Saatnya Ayah Menjadi Teladan Dalam Pendidikan Keluarga

Drs H Iskandar Muntu, MM

GEMARI.ID-KENDARI. Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional sebagai momentum refleksi atas perjalanan pendidikan bangsa. Pendidikan sejatinya bukan hanya urusan sekolah dan guru, tetapi tanggung jawab bersama, termasuk yang utama: keluarga. Dalam konteks inilah, Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) hadir sebagai sebuah inisiatif yang mengajak para ayah untuk mengambil peran strategis dalam pendidikan anak-anaknya.

Ayah merupakan Pilar Pendidikan yang Terlupakan.

Selama ini, figur ibu kerap menjadi pusat perhatian dalam dunia pengasuhan dan pendidikan keluarga. Padahal, peran ayah tidak kalah penting. Dalam Al-Qur’an, peran ayah dalam mendidik tampak jelas pada kisah Luqman al-Hakim. Allah SWT berfirman: > "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya: 'Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar  kezaliman yang besar.'"(QS. Luqman: 13). Ayat ini menunjukkan bagaimana seorang ayah secara langsung memberi nasihat dan pendidikan nilai-nilai tauhid kepada anaknya. Ini adalah contoh klasik dan mulia bagaimana peran ayah sangat sentral dalam pembentukan karakter anak.

Tantangan Zaman dan Kebutuhan Akan Ayah yang Hadir.

Di era digital dan serba cepat ini, banyak ayah yang terjebak dalam rutinitas kerja dan tuntutan ekonomi sehingga kehilangan momen penting dalam mendidik anak. GATI hadir untuk menjawab tantangan ini dengan menyerukan tiga peran kunci seorang ayah:

1. Hadir secara fisik dan emosional di tengah keluarga.

2. Menjadi teladan dalam akhlak, disiplin, dan tanggung jawab.

3. Aktif mendukung pendidikan anak, baik formal maupun non-formal.

Berdasarkan riset dari Child Development Journal (2010), keterlibatan ayah dalam pendidikan anak berdampak signifikan pada prestasi akademik, perkembangan emosi, dan kepercayaan diri anak.

Pendidikan Dimulai dari Rumah

Tema Hari Pendidikan Nasional tahun ini mengingatkan kita bahwa pendidikan karakter, literasi, dan keterampilan abad ke-21 tidak dapat hanya dibebankan pada lembaga pendidikan formal. Pendidikan yang utama dan pertama adalah dari rumah. Dan di rumah, ayahlah yang sering kali menjadi figur otoritatif yang memiliki kekuatan untuk membentuk arah kehidupan anak-anaknya. Melalui GATI, para ayah diajak untuk kembali ke panggilan fitrahnya: sebagai imam, pendidik, pelindung, dan sahabat terbaik bagi anak-anaknya.

Mari kita jadikan momentum Hari Pendidikan Nasional ini sebagai ajakan bagi seluruh ayah Indonesia untuk mengambil kembali perannya dalam pendidikan keluarga. Karena membangun generasi emas Indonesia bukan hanya tugas sekolah, tetapi tanggung jawab bersama, dimulai dari rumah dan dari ayah. Penulis adalah Ketua Juang Kencana Provinsi Sulawesi Tenggara