Haryono Suyono : Presiden Terpilih Prabowo Subianto Sangat Hormat Kepada Presiden Soeharto

Dr Mulyono D Prawiro beserta istri, Neneng Lutfiah Fitriah, SE saat berkunjung di kediaman Prof Dr Haryono Suyono di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan

GEMARI.ID-JAKARTA. Menjelang dilantiknya Presiden Republik Indonesia yang baru pada bulan Oktober 2024 mendatang, ada baiknya BKKBN yang diserahi tugas mengkoordinasikan penanganan stunting bergerak dengan lincah, memperkenalkan pendekatan masyarakat dengan mengarahkan para PLKB di seluruh Indonesia untuk bergerak kembali bersama bidan dan keluarga di desa-desa, demikian disampaikan mantan Kepala BKKBN Prof Dr Haryono Suyono kepada awak media saat berada di kediamannya di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Jum’at (26/07/2024).

Menurutnya, Presiden terpilih Prabowo Subianto pasti sangat hormat pada mantan Presiden Soeharto yang berhasil memberi kesempatan pada rakyat untuk ikut berjuang bersama TNI sampai ke desa-desa. Rakyat desa pasti dengan mudah bisa mengenali keluarga mana yang rawan terkena stunting dan dengan rekayasa sederhana bisa dikurangi dengan usaha keluarga menanam kebun bergizi di halaman rumahnya, katanya.

Lebih lanjut mantan Menko Kesra dan Taskin di Era Presiden Soeharto dan Presien BJ Habibie ini menambahkan, akan lebih baik apabila rakyat dipersiapkan oleh bidan desa dan PLKB untuk secara ilmiah mengadakan intervensi kepada keluarga rawan stunting, termasuk minta bantuan guru PAUD dan guru TK. Perhatian itu tidak saja pada stunting yang ada di PAUD, tetapi juga dilihat pada anak-anak yang selalu keluar dari bangkunya untuk membaca tulisan gurunya di papan tulis, mungkin juga karena penglihatan atau matanya kurang terang. Anak-anak itu pasti menderita kurang jelas pada jarak dalam kelas. Perlu juga guru SD mengadakan rotasi anak-anak yang duduk paling depan, dengan yang duduk paling belakang, agar ada latihan membaca jarak jauh, imbuhnya.

Selanjutnya Guru Besar dari Universitas Airlangga Surabaya ini menekankan, siswa-siswa perempuan di SMP atau SMA, kalau perlu tidak saja dijatah makan sekali di sekolah, tetapi makan dua kali dengan mengambil jatah orang kaya di desa untuk dibagi kepada anak keluarga miskin agar nilai gizinya bertambah baik dan apabila nanti mereka siap menikah dalam keadaan cukup bergizi. Semua diusahakan agar anak perempuan memperoleh masukan gizi yang memadai, utamanya menjelang usia 18 tahun yang dibenarkan menikah. Program itu akan mencegah stunting dan anak Perempuan siap menikah dalam keadaan sehat dan cukup gizi, tuturnya.

Pada waktu Prof Dr Haryono Suyono menjadi Ketua Yayasan Damandiri, ia pernah mengadakan Kuliah Kerja Nyata bersama sekitar 400 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, baik negeri maupun swasta. Menurutnya, kegiatan semacam ini perlu dihidupkan kembali guna mendukung pecegahan stunting dan pendekatan kepada masyarakat luas, pungkasnya. @mulyono_dp