Selamat Jalan Kak Tanri Abeng

Aam Bastaman*

 Kabar duka meninggalnya Tanri Abeng tanggal 23 Juni 2024 dini hari saya dengar melalui grup WA AFS, sewaktu saya masih di Johor Bahru Malaysia. Setelah itu hampir semua grup WA yang saya ikuti mewartakan meninggalnya Tanri Abeng. Publik hanya mengetahui Tanri Abeng masih bugar dan aktif memimpin berbagai organisasi di usianya yang sudah tidak muda lagi, 82 tahun. Kabar meninggalnya tentu mengagetkan banyak kalangan.

Tanri Abeng adalah alumni program pertukaran pelajar AFS Intercultural, senior kami. Kami memanggil semua alumni AFS dengan sebutan khas “Kak” – Kak Tanri Abeng. Pertemuan saya yang terakhir kali dengan kak Tanri Abeng di Intercontinental Pondok Indah 7 Oktober 2023, jam  10.00 sampai sekitar jam 11.30, dengan difasilitasi rekan Andries Sibarani, sesama alumni AFS yang seumuran. Kami mendiskusikan perkembangan Universitas Tanri Abeng yang didirikan Kak Tanri sendiri, dan sekaligus menjadi rektornya. Bukan itu saja, kak Tanri juga sempat mendiskusikan sebuah peluang bisnis di bidang kesehatan (padahal kesibukannya sudah luar biasa padat).

Kenangan bersama Tanri Abeng - Intercontinental Pondok Indah.

Sebelumnya kami beberapa kali bertemu di acara kumpulan alumni AFS, salah satunya di kediaman kak Tanri sendiri di Kawasan Simprug, Jakarta Selatan, juga saat kami menjadi panitia reuni alumni AFS angkatan 60-an di sebuah hotel yang dimiliki oleh Iman Taufik, yang juga alumni AFS. Tapi saya yakin kak Tanri baru mengenal saya dengan baik setelah pertemuan di Intercontinental Pondok Indah.

Tanri Abeng di lingkungan alumni AFS (American Field Service) Intercultural merupakan tokoh inspiratif, bukan hanya karena pencapaiannya sebagai profesional sukses di beberapa perusahaan, sampai kemudian ditunjuk pak Harto menjadi Menteri BUMN pertama, lebih dari itu  Tanri Abeng merupakan pribadi aktif, peduli dan hangat.

Dengan latarbelakang keluarganya yang miskin di Sulawesi Selatan, tepatnya pulau Selayar sebelum pindah ke Makassar untuk sekolah dengan menumpang hidup pada kerabatnya,  Tanri Abeng terpilih menjadi peserta program pertukaran pelajar AFS Intercultural di Buffalo Amerika Serikat, selama satu tahun. Tinggal Bersama keluarga Gibson, yang memperlakukannya sebagai anggota keluarga Gibson sendiri. Program AFS inilah yang menjadi titik balik dan membuka cakrawala berpikir  Tanri Abeng, dari seorang anak daerah yang terpinggirkan menjadi sosok terbuka dengan cakrawala pemikiran yang luas dan inspiratif.

Selepas program AFS Tanri Abeng melanjutkan kuliah di Universitas Hasanuddin (Unhas) sampai mendapatkan gelar Sarjana Muda, namun kemudian kuliah di Unhas ditinggalkannya setelah mendapat beasiswa untuk belajar di State University of New York at Buffalo Amerika Serikat (ini berkat dukungan kelurga Gibson, keluarga angkat AFS-nya di Amerika Serikat).  Selesai menamatkan kuliahnya dan memperoleh gelar MBA Tanri Abeng bekerja di perusahaan multinasional Union Carbide asal Amerika Serikat. Dari situ karirnya menanjak, sempat menduduki posisi direktur, bahkan direktur termuda di Union Carbide (29 tahun). Kemudian setelah itu memimpin PT. Multi Bintang Indonesia yang penuh tantangan (perusahaan bir di pasar Indonesia yang mayoritas Muslim). Sukses, kemudian diminta memimpin grup Bakrie. Sukses. Dari situlah kemudian Tanri Abeng dijuluki sebagai manajer satu milyar (manajer mahal, diperebutkan banyak perusahaan terkemuka). Selanjutnya diminta pak Harto menjadi Menteri BUMN.

Selepas menjadi Menteri Tanri Abeng terus memimpin beberapa organisasi bisnis sebagai CEO ataupun komisaris dan komisaris utama. Diantaranya Komisaris Utama Telkom, Komisaris Utama Pertamina, dan kemudian Komisaris utama Bio Farma, sampai akhir hayatnya. Termasuk mendirikan universitas dengan menggunakan Namanya sendiri dan memimpin langsung sebagai rektor, Tanri Abeng University.

Sebelum wafat karena sakit, Tanri Abeng selalu terlihat enerjik, fit dan aktif, sama sekali tidak terlihat sakit. Hidupnya tidak pernah mengenal pensiun, bahkan sampai akhir hayatnya di usia 82 tahun. Tidak heran sosok Tanri Abeng memberikan inspirasi di banyak kalangan, termasuk kami di Alumni AFS, sebagai role model. Sangat aktif di berbagai kegiatan AFS, bahkan salah satu pendiri Yayasan Bina Antar Budaya, bersama Taufiq Ismail, Irid Agoes, Kartono Mohamad dan Sophie Gunawan Satari, yang sekarang menaungi program AFS di Indonesia.

Tanri Abeng di acara Yayasan Bina Antar Budaya/AFS Indonesia.

Hidupnya telah berbuat banyak yang memberikan manfaat bagi banyak orang, dan telah menorehkan sejarah sebagai professional di Tanah Air yang tangguh dan handal. Kontribusinya terhadap bangsa dan negara terlihat dari tangan dingin dan kepemimpinanya di berbagi perusahaan, lembaga non-bisnis dan lembaga negara yang pernah ditanganinya.

Selamat jalan kak Tanri!

Tangerang, 25 Juni, 2024.

*Dr. Aam Bastaman, Ketua Senat Universitas Trilogi. Alumni Program AFS Intercultural.

Aam BastamanComment