Semar Ingin Membangun Kahyangan

Konon keadaan NegaraAmarto berda dalam duasana yang tidak kondusif. Anak-anak muda, utamanya, lebih suka berfoya-foya meengerjakan hal-hal dengan meninggalkan kewajiban belajar dan bekerja membangun untuk kepentingan masyarakat banyak. Ada kecenderungan bermain judu dan hal-hal lain yang tidak produktif. Semar sebagai sesepuh Desa Karang Kadepel mersa iba da ingin memprakarsai membangun puat pelatihan mencoba memperbaiki keadaan di desanya, Tercetus gagasan membangun pssat pelatiahn untuk anak muda dan masyarakat yang dinamakan Kahyangan.

Dalam suasana bulan suci Ramadan gagasn ini perlu direnungkan untuk ditiru dan dilaksanakan dengan variasi lain untuk memberdayakan masyarakat luas.

Untuk mendpatkan restu dari keluarga Pendowo Semar mengutus Petruk dan Bagong menghadap kaluarga Pendowo yang kebetulan mengadakan Pertemuan Bulanan sehingga semuanya lengkap sambil diembel embeli indangan untuk membawa Pusaka Kraton Jimat Pusaka Surat Kalimosodo,

Kedatangan Petruk dan Bagong tepat pada Pertemun bulanan yang kebetulan dhadiri pula oleh raja Dwarawati Sri Bathoro Kresno dan Raja Ngawonggo, Pabu Baladewa, kakak Sri Bathoro Kresno. Secara kebetulan mereka datang lebih dulu dan Sri Kresno sempat menyampaikan kepada Raja Ngamarto Puntadewa untuk pinjam surat Wasiat Jimat Kalimasoso untuk tumbal karena negaranya Dwarawati sedang terkena pageblug, yaitu    sore orang terkena sakit, paginya meninggal dunia, pagi sakit sore meninggal dunia. Konon Jimat Kalimasoso bisa mnejadi tumbal untuk mengatasi pageblug tersebut.

Tiba-tiba datang Petruk dan Bagong dengan permintaan ousaka yang sama. Raja menanyakan pendapat adiknya Werkudara dan Janaka yang setuju permintaan Petruk. Tetapi Raja Baladewa nyelutuk bahwa telah ada kesepakatan dengan Bathara Kresna untuk kasih kapada Raja Dwarawati terlebih dulu. Petruk protes perlu ada pertimbangan kepentingannya dengan seksama.

Terjadi  silang pendapat yang seru antara Bagong Petruk dan Baladewa tntang kepentingan dan prioritas. Akhirnya tantangan itu memuncak sehingga Baladewa mengjak Bagong berkelehi dan keluar ruang sidang, tetapi Petruk yang keluar dan Bagong masih ingin mendapat bekal dari yang hadir dalam pertemuan yang penting itu. Bagong mengira pasti Baladewa menyampaikan pertngkaran itu kepada putra Pendowo yang hadir  pada pertemuan itu. Pasti detelah itu Petruk dan Bagong akan dicegat dan disiksa jkarean itu kebiasaan Raja Balaewa yang suka keroyokan.

Kemudian juga terbukti Bethara Guru yang takut kayangannya disaingi juga anti maksud Semar dan mengadakan perlawanan yang sengit. Tatapi seperti biasa Semar tetap tegas dan melanjutkan pembanunan khayangannyan untuk pemberdayaan masyarakat.

Haryono SuyonoComment