Posdaya sebagai Cikal Bakal Koperasi
Bapak Dr Moh Sudarmadi mantan SesMenko Kesra dan Sekretaris Yayasan Damandiri, kemarin kelihatan masih gagah dengan rambut putihnya hari Rabu 13 September tampil pada Acara Radio 103,4 Fm di Jakarta. Dengan sangat lancar seakan seorang kandidat Doktor menghadapi ujian dimuka para guru besar yang mengujinya bercerita tentang bagaimana sebagai petugas Kementerian mengawal Mahasiswa Universitas TRILOGI dan Universitas Panca Sila Bersama Dr Maswar Nurdin menyusur desa-desa di sekitar Jakarta melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Hasil KKN yang massif di banyak Desa di Jakarta dan di daerah-daerah bervariasi di setiap masyarakat yang di datangi mahasiswa tersebut. Ada yang maju seperti di Jakarta, Brebes, Padang, Lampung, Yogyakarta, Malang dan daerah lainnya yang banyak kelompoknya bergerak cepat, bersatu dan mengadakan kegiatan dengan prakarsa awal oleh para mahasiswa tersebut. Sebagian dari masyarakat tersebut lalu dikelompokkan dalam kelompok kecil serta langsung didampingi untuk berkarya. Sebagian lagi cuek atau masa bodoh tidak ada kelanjutannya.
Mahasiswa setelah satu bulan kembali ke kampus dan kelompoknya bubar tanpa bekas kecuali beberapa tetangga saling kenal saja. Lainnya Kembali pada kehdupan rutin tanpa ada perubahan yang berarti. Konon perlu waktu yang lebih lama untuk membangun masayarakat yang mandiri.
KKN Trilogi dan Pancasila di sekitar pinggiran Jakarta tergolong maju. Mereka tidak sekali saja didatangi mahasiswa tetapi berulang kali sehingga kelompoknya makin solid dan diberikan berbagai aktifitas yang dimulai oleh para mahasiswa yang didukung oleh Dosen pendampingnya. Mungkin saja mahasiswa yang datang ke Desa itu sekarang sudah jadi sarjana bisa terkejut atau heran karena kerjanya sudah menghasilkan persatuan dan kesatuan ekonomi mikro. Setelah berkembang dengan usaha membuat sesuatu yang berharga ada yang makin pinter bikin gado2, minuman bir pletok, nasi uduk, dan lainnya.
Usaha bir pletok yang tadinya hanya dibuat oleh satu kelompok, dewasa ini sudah jadi industry dengan kapasitas cukup luas dari beberapa kelompok yang menyusul kemudian, sehari sudah memproduksi lebih dari 1000 botol bir pletok yang makin laris. Usaha gado-gado sudah buka warung dan mengambil pinjaman dari koperasi yang mereka bentuk dari Posdaya yang mula-mula hanya kegiatan sosial semata, Koperasi lahir secara spontan dan dewasa ini telah memiliki tabungan sekitar Rp 1,5 milyar yang menjadi cadangan modal yang dipinjam oleh anggotanya yang maju.
Dari 4500 anggota koperasi itu tidak sedikit yang maju. Anggota yang maju tersebut tetap mendapat binaan dari koperasi yang mereka buat dan mendapat pinjaman dari dana yang terkumpul secara gotong royong, Sebagian modal awal dari Yayasan Damandiri. Anggota yang punya usaha juga berkembang maju menjadi industry rumah tangga dengan kegiatan ekonomi. Rupanya kegiatan yang dimulai dengan usaha memperkuat gotong royong bisa dan sangat kuat mendukung Gerakan koperasi yang menghasilkan anggota yang tahan terhadap serangan Virus Corona beberapa bulan lalu. Selamat buat anggota yang maju dan semoga yang masih belajar usaha tidak kendor belajar dari keluarga yang sudah maju.