Mas Said Pulang Kampung
Mas Said anak Pacitan yang sejak kecil ikut keluarga kita membantu berkebun dan segala urusan belakang, konon sampai nikah diatur orang tuanya dapat seorang gadis desa yang cantik berkulit putih yang kemudian ikut tinggal di Perdatam.
Mas Said Pulang Kampung
Mas Said anak Pacitan yang sejak kecil ikut keluarga kita membantu berkebun dan segala urusan belakang, konon sampai nikah diatur orang tuanya dapat seorang gadis desa yang cantik berkulit putih yang kemudian ikut tinggal di Perdatam.
Kedua suami isteri muda ikut membantu dirumah sambil nikah baru seakan berpacaran. Biarpun perkawinannya diatur orang tua, keduanya jodoh dan saling mencinta. Akhirnya isterinya hamil. Setelah hamil agak besar isterinya pengin pulang agar pada waktu melahirkan ditunggu orang tuanya.
Akhirnya benar juga isterinya melahirkan anak laki-laki ngganteng yang sekarang jadi anak cerdas sudah tamat D3 komunikasi yang disayang neneknya tidak boleh pergi kemana saja. Sampai ibuya meninnggal dunia, anak semata wayang dan ibunya tetap bersama kakek neneknya. Kalau suaminya kangen, terpaksa pulang ke Pacitan.
Said bekerja di BKKBN Jakarta Selatan bertugas sehari hari mengatur supply jalur Pos KB yang ada di Desa-desa agar para akseptor dapat memperoleh supply kontrasesi, khususnya pil KB, dengan mudah. Mas Said bertanggung jawab bahwa supply di setiap jalur terjamin dan tidak kekurangan supply. Dari BKKBN dia dapat jatah sepeda motor untuk antar supply, keren juga gayanya.
Di Pos KB yang urus penerimaan kiriman supply adalah ibu-ibu PKK, ada yang bersuami, janda dan single. Setiap kali Said datang ada seorang ibu yang rajin menerima dan mencatat kiriman kontrasepsi.
Lama-lama Said kenal ibu itu Bernama Ibu Lekha seorang janda muda yang cantik dengan dua orang anak. Lama lama Said tidak mau menyerahkan kirimannya kalau tidak diterima ibu Lekha, Said mulai bermain cinta seperti Raden Janaka dalam wayang kulit karena tidak punya isteri lagi.
Singkat cerita keduanya menikah dan Said pindah ke rumah kontrakan isterinya tidak lagi di rumah Perdatam biar bebas katanya. Kalau ada acara di rumah Perdatam dia datang membantu dengan isteri barunya.
Hari Lebaran dua tahun berurut-turut Said puang ke Pacitan keada orag tua dan kakek neneknya. Biarpun tidak kaya, kedua orang tua Said punya rumah dan sawah. Di sekitar rumahnya di Pacitan, Said ajari orang tuanya menanam sayur seperti di Perdatam. Kegiatan itu ditiru tetangganya sehingga di desa Sangrahan Kecamatan Kebon Agung banyak keluarga tidak perlu lagi pergi ke pasar untuk membeli sayuran. Cukup memetik dari halaman sendiri. Pak Said menjaadi pahlawan pembaharu di Desanya. Ibu Lekha Said jatuh cinta pada kehidupan Desa yang serba tenang dan dalam hati memutuskan akan tinggal di Desa manakala pak Said nanti pensiunsebagai Pegawai Negeri. Kegiatan di Kampung di Jakarta bisa diteruskan pada kelompok ibu-ibu di Kampung halaman pak Said, sehingga kegiatan sehari-hari akan cukup sibuk.