Mempertahankan Kesertaan Pemberdayaan Keluarga

Gaya Prof Haryono Suyono saat tampil di acara Plengkung Gading TVRI Yogyakarta

GEMARI.ID-JAKARTA. Sejak  akhir tahun 1990-an Prof Dr Haryono Suyono yang mendapat tugas menjabat sebagai Kepala BKKBN selama 17 tahun karena Presiden HM Soeharto (alm) mengundurkan diri sebagai Presiden, dan Gus Dur menerima banyak permintaan sahabatnya menjadi Menteri, diminta agar Haryono pensiun sebagai Menteri, demikian dikatakan mantan Menko Kesra dan Taskin, Haryono Suyono.

Prof Haryono Suyono saat bertemu dengan Dewi Hughes di Bandara Juanda Surabaya

Menurutnya, karena itu  Pak Harto menugaskan agar pak Haryono yang bersama beliau mendirikan Yayasan Damandiri diminta memimpin Yayasan itu secara langsung. Salah satu tugasnya melanjutkan program dan kegiatan untuk rakyat banyak, utamanya dalam mempertahankan keberhasilan kegiatan dan program-program strategis, antara lain KB dan upaya pemberdayaan keluarga, tuturnya.

Prof Haryono Suyono seusai tampil di acara Plengkung Gading TVRI Yogyakarta sempat berfoto bersama dengan Kepala BKKBN Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, SpOG(K), Rektor Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Dr Alimatus Sahrah, MSi, MM, Perwakilan dari UNNES, Dr Prastiti Kusumo dan mantan Dirut BULOG, Ir Sutarto Alimoeso, MM

Lebih lanjut Haryono menjelaskan, setelah tahun 2000 kondisi BKKBN agak sedikit kacau, Kepalanya berganti-ganti dan kebijaksanaan pemberdayaan keluarga yang dimulai tahun 1990-an dikembalikan pada upaya KB awal di tahun 1970. Para pejabat Pusat dan Daerah tidak kompak karena peserta yang sudah tinggi diperintahkan ditambah lagi dengan “program kuno” yang “tidak lagi mengginggit.” lanjutnya.

Prof Haryono Suyono saat tampil sebagai pembawa acara Plengkung Gading TVRI Yogyakarta bersama Siwi Lungit

Untuk sekedar menolong situasi, Yayasan Damandiri mengajak kalangan Perguruan Tinggi bergerak dalam upaya pemberdayaan mengacu pada Keputusan PBB hasil Konperensi Kependudukan Dunia di Kairo tahun 1994. Haryono yang pakar Komunikasi menghubungi seluruh jajaran TVRI di pusat, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya menyelenggarakan “acara TV Show terbuka” yang menarik bersama tokoh-tokoh Perguruan Tinggi, Gubernur, Bupati dan tokoh masyarakat lainnya.

Lebih lanjut ia mengakatakan, di TVRI Pusat Jakarta acara TV Show itu dikelola bersama Dewi Hughes pembawa acara yang sangat terkenal melalui acara TV show yang setiap kali mendatangkan penonton langsung di Studio dengan jumlah peserta sekitar 250 orang dengan berhasil. Acara tersebut terpaksa dihentikan karena pemerintah memutuskan agar TVRI mandiri sehingga untuk acara tersebut dikenakan biaya yang sangat tinggi. Tetapi acara di TVRI Semarang, Yogyakarta dan Surabaya berjalan terus dengan biaya dari Yayasan Damandiri atas ijin dan restu Pak Harto sebagai Pembina Yayasan, katanya.

Acara di Yogyakarta yang dikemas sebagai acara budaya dengan kostum yang berubah ubah setiap bulan dikemas dengan bagus sekali oleh sutradara Srikandi tokoh Batak, Ibu Sari Nainggolan yang selalu berdiri di belakang layar, pembawa acara Haryono pendamping Ibu Siwi Lungit yang mampu mengimbangi bintang-bintang tamu seperti Rektor, Bupati, Walikota, mahasiswa, RT, RW dan tokoh masyarakat setempat, imbuhnya.

Pembawa acara dipimpin langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan mbak Siwi Lungit yang cantik dan cekatan. Acara itu sangat sukses sehingga TVRI Yogya untuk beberapa bulan mendapatkan penghargaan nasional berupa tropi yang menghiasi ruang tamu TVRI di Yogyakarta. Acara yang berhasil di Yogya itu menjadi pedoman untuk ditiru di stasiun televisi lain di Semarang dan Surabaya, tetapi kurang berhasil karena beberapa keterbatasan.

Di Semarang juga diselenggarakan acara bulanan dengan mengundang para tokoh Perguruan Tinggi, Bupati, Walikota, mahasiswa  dan tokoh masyarakat se tempat. Seperti di Yogya acara ini berhasil mempertahankan perhatian pimpinan daerah se tempat tetap memberi perhatian upaya pemberdayaan yang tidak lagi mendapat pehatian BKKBN. Pemda tidak lagi merasa wajib melakukan pemberdayaan apalagi BKKBN menjadi birokratis hanya memperhatikan penggunaan aparatnya berbeda dengan pendekatan masyarakat dengan jaringan PKK, Pos KB serta tokoh lokal di desa-desa. Acara ini menarik dengan peserta sampai dengan Universitas Jendral Sudirman di Purwokerto dan Bupati di Jajaran yang sangat jauh dari Semarang yang datang untuk acara Live show di TVRI Semarang.

Acara TVRI di Surabaya mirip di Yogyakatrta karena perhatian Kepala Studio TVRI yang tinggi. Acara ini juga mendatangkan pembicara Gubernur, para Bupati, Walikota, Rektor, tokoh-tokoh lokal dan para mahasiswa. Sebagai hiburan setiap akhir acara pendamping pak Haryono mas Dr Mulyono Dani Prawiro selalu mengajak para peserta yang memenuhi studio bersama-sama menyanyi bersama dengan ceria, jelasnya.

Selanjutnya, berhubung Ketua Yayasan Damandiri berganti pada tahun 2016, acara di semua TVRI terpaksa berhenti karena Ketua Yayasan merasa kurang nyaman dalam kerja sama dengan berbagai Perguruan Tinggi, lebih dari itu mengira bahwa kesertaan dosen, mahasiswa Perguruan Tinggi dan masyarakat memakan biaya tinggi. Padahal semua dilakukan sebagai partisipasi secara gotong royong dengan pembiayaan yang dipikul bersama-sama. Sayang peran tokoh-tokoh Srikandi yang sangat tinggi pada acara-acara tersebut terpaksa diakhiri. Mantan Kepala BKKBN ini berharap, mudah-mudahan acara untuk masyarakat banyak seperti ini bisa dilanjutkan lagi setelah Hari Raya Idul Fitri nanti, pungkasnya.

Haryono SuyonoComment