PB PWRI Siapkan Program menyongsong Era Digital

Pengurus PB PWRI dipimpin Ketua Umum Bapak Prapto Hadi didampimgi Sekretais Jendral Ir. Agung M. Saleh, Kepala Biro Hukum dan mantan Ketua Koperasi telah datang menengok mantan Ketua Umumnya untuk tiga periode yang sekarang diberi kehormatan sebagai Penasehat. Selain melakukan kunjungan silaturahmi, ketiganya menceritakan beberapa rancangan program besar yang dengan semangat tinggi dicoba untuk dilaksanakan oleh Pengurus baru yang memiliki semangat tinggi.

Salah satu program yang segera akan dilaksanakan adalah Rakernas yang biasanya bisa dilaksanakan di Kantor PB, tetapi karena lantai ytiga kantor terbakar kesambar petir, Rakernas itu akan diselenggarakan di tempat lain yang sudah tersedia.

Sekjen adalah seorang pensiunan dari Kementerian Dalam Negeri yang memiliki semangat tinggi diberi kesempatan oleh Ketua Umum untuk menceriterakan program-program utama yang umumnya bersifar digital yang sedang dirancang guna mendapat komentar dari mantan Ketua Umum yang berpengalaman luas mengelola para pnsiunan selama tiga periode dimana PB tidak memiliki sumber dana dan tenaga muda yang dinamis. Program-program itu adalah Kartu Anggota yang sesungguhnya sudah sangat lama direncanakan tetapi karena kegunaannya sangat minimal sampai sekarang belum pernah terwujud. Oleh Sekjen diceritakan bahwa Kartu Anggota ini bersifat elektronik sehingga relatif mudah dibuat sehingga dapat diketahui jumlah dam ciri anggota PWRI.

Langsung mantan Ketua Umum berkomentar kalau KA hanya untuk pegangan idfentitas, pasti tidak akan berhasil. Tetapi karena bersifat elektronik dan bisa dibuat versama Bank-bank yang menyalurkan dana pensiun anggota kartu itu bisa berlaku seperti Kartu Kredit dengan jaminan uang pensiun yang dikirim langsung ke KA sehingga kartu itu bisa untuk belanja. Dengan demikian KA itu ada gunanya dan disukai para anggota. Jadi KA itu disokong oleh Bank-bank langganan anggota yang biasa menyimpan dana pensiunnya. Lebih laku lagi kalau KA itu makin banyak fungsinya untuk berbagai keperluan, yang pembuatannya relatif mudah tetapi perlu dukungan professional yang canggih yang sementara tidak dimiliki oleh PB PWRI.

Program kedua yang diceritakan adalah Bantuan Hukum untuk para anggota. Gagasan ini bagus hanya perlu diperhatikan bahwa mereka yang memerlukan bantuan hukum bisa saja terletak jauh di desa yang guna mencapai lokasi yang memerlukan bantuan hukum tempatnya sukar dan mahal dijangkau. Bisa-bisa kurang menarik bagi ahli hukum memberikan bantuan Cuma-Cuma kepada klien yang jauh dan hasilnya tidak memadai. Persoalan yang menimpa klien yang mampu biasanya bisa diselesaikan dengan jajaran bantuan hukum yang telah ada sehingga bamtuan hukum PB akan kekurangan dukungan dana guna menjangkau klien yang jauh dan miskin. Karena itu disarankan agar untuk program ini dipikirkan manfaat secara luas dan menguntungkan banyak anggota PWRI tetapi lebih bersifat santai dan tidak terlalu banyak menderita kasus hukum. Bantuan Hukum ini lebih baik kalau diganti dengan program wisata tanah air atau Wisata Religius yang memberi hiburan santai atau kunjungan bersama ke tempat-tempat yang mengandung nilai menambah iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atau sesepuh bangsa yang masih hidup.

Program ketiga yang ditawarkan adalah pembuatan Rumah Sakit untuk para pensiunan. Sementara telah tersedia tanah di kompleks Real Estate di Tanggerang. Prof Haryono memiliki pengalaman membuat rumah sakit dengan dana yang cukup melalui dukungan Yayasan Damandiri. Membuat RS itu relatif mudah tetapi operasionalnya sungguh sulit kalau tidak memiliki jaringan yang luas dengan beberapa RS seperti yang ada di Indonesia dewasa ini, kecuali RS Pemerintah yang bisa didukung dana yang tidak ada habisnya. Yang lebih bijaksana adalah setiap Pengurus Wilayah memiliki hubungan yang akrab dengan beberapa RS setempat yang dengan dukungan BPJS dapat menerima pasien anggota PWRI dengan nyaman. Suatu Tim Pengurus Pusat dan Daerah mengembangkan kerja sama dengan BPJS menunjuk RS yang menjadi sahabat PWRI dan siap memberikan fasilitas seperti kita punya RS sendiri. Seperti kita punya sendiri tetapi hanya memiliki pengaruh dan memperoleh manfaat yang baik saja.

Ada lagi dirancang program untuk kesejahteraan dan kebahagiaan lansia yang kami sarankan lebih berorientasi daerah sehingga tdak perlu disusun oleh PB PWRI karena daerah bisa menyusun program dan kegiatan yang mampu dilaksanakan daerah masing-masing.

Pertemuan yang penuh keakraban itu diakhiri dengan foto bersama yang memberikan kenangan antara pengurus baru dan mantan Ketua Umum yang secara blak blakan memberi komentar bahwa rekan rekan anggota PWRI pada umumnya ingin lebih santai dan pensiun dengan tenang tanpa program yang relatif berat. Mereka ingin menjadi seorang pensiun menikmati hidup santai dan keren, yaitu sehat jasmani dan rohani, mendapat perhatian dari masyarakat sekitarnya, bermanfaat untuk masyarakat sekitarnya karena itu harus tetap aktif, beramal dan berbagi dengan sekitar, mengadakan kunjungan silaturahmi kepada sanak dan sahabat sekitar, selalu belajar sepanjang hayat agar tetap dibutuhkan oleh sahabat di sekitarnya.

Haryono SuyonoComment