Belajar dari Sinetron Korea

Salah satu yang gencar ditayangkan di televisi dewasa ini bukan lagi film produksi Amerika yang setiap kali menyajikan bunuh-bunuhan antara orang kulit putih dengan Indian atau koboi yang selalu menang perang karena memiliki senjata yang lebih ampuh, tetapi seri Sinetron yang sangat menarik dari Korea. Sinetron Korea ini biasanya tidak habis dalam satu seri tetapi bisa sampai sangat detail yang panjang sehingga kita kenal pada bintang muda yang bermain karakter sangat bagus.

Ada yang selalu bermain sebagai pemuda dengan anak gadis yang selalu jatuh cinta yang dalam seri panjang akhirnya menjadi isterinya tercinta.

Tetapi sebelum menjadi isterinya kita belajar bagaimana gigihnya sang pemuda memelihara cinta kasihnya mulai dari rumah, kantor, restoran sampai piknik ke pantai, ke Mall atau tempat-tempat turis yang indah di banyak tempat.

Kita mulai dari rumah. Salah satu yang menonjol dari setiap rumah adalah rak buku hampir di setiap rumah, yang memberi kesan bahwa penghuninya rajin membaca. Buku bacaan ditata rapi di setiap rumah agar bisa dibaca oleh anggota rumah lainnya. Buku nampak sebagai referensi bahkan dalam cerita kunonya diceritakan adanya Perpustakaan Istana yang menyimpan dokumen sejarah dan keputusan raja yang penting dengan rapi sebagai dokumen penting dalam suatu Gedung Pustaka yang lengkap.

Pelajaran yang disampaikan dengan menyolok itu seakan merupakan standar suatu rumah tinggal biasa di Korea sehingga kita patut merenung kenapa kita tidak melakukan hal yang sama ? Kita bisa, kalau mau, menyediakan suatu kotak di salah satu sudut rumah kuta guna menyimpan catatan sewaktu anak-anak sekolah di PAUD, SD, SMP dan sampai Perguruan Tinggi sebagai awal dari gerakan mengingat dan melestariakan segala sesuatu yang kita peroleh dalam menyiapkan diri menuju kehidupan yang lebih kopleks berupa bhakti perjuangan kepada Nusa dan Bangsanya.    

Kebiasaan yang terlihat itu ditambah tata ruang keluarga yang akrab untuk makan dengan duduk bersama mengelilingi meja penuh dengan makanan dan minuman dimana yang muda selalu menuangkan minuman untuk yang dianggap tua dan patut dihormati. Suatu kehormatan bahwa air tehnya dituangkan oleh anak atau mantunya, waduh senengnya bukan alang kepalang.

Kalau ada tamu dan tidak siap diterima di rumah, maka di pojok gang selalu ada kafe lengkap dengan warung kopi yang biasanya digabung dengan toko serba ada seperti Warung Mart yang mewabah di tanah air. Persediaan makanan dan keperluan lain tertata rapi dan hampir semua keperluan tersedia sehingga keluarga setempat tidak perlu pergi kemana mana apabila ada keperluan, mulai makanan bayi sampai keperluam pacaran, rumah tangga sampai  orang tua tersedia dengan pilihan yang sangat luas. Kalau belum puas mampir ngopi dan Kembali lagi menyelesaikan belanja yang tertunda.

Tempat semacam ini bisa menjadi ajang anak muda berdua ngopi atau minum minuman keras tanpa ada yang mengganggu sampai mabuk. Suatu kesempatan bersenang atau berduka yang ditempatkan sesuai selera yang datang. Penjaga wqarung selalu tut wuri tanpa ada kewajiban melarang atau mengganggu kepentingan pribadi yang sangat ketat dihormati tersebut.

Tempat publik yang diramu dengan mengutamakan kepentingan pibadi yang tidak terganggu tersebut merupakan ciri semua “warung pojok” yang secara sengaja dipertontonkan dengan menyediakan berbagai keperluan yang dikemas rapi dalam bungkus plastik seakan bebas dari segala resiko kontaminasi virus yang memberi kebebasan berbuat dengan ciri kenersihan sebagai nilai utama yang dihormati sebagai nilai publik atau standar pribadi yang baku.

Bakunya nilai publik itu terlihat manakala kita naik bus umum. Dalam setiap adegan  selalu anak-anak muda secara spontan memberikan tempat duduk yang dinikmatinya kepada sesepuh yang baru masuk dan mencari peluang untuk duduk. Anggukan sederhana disertai senyum manis selalu terpancar dari mereka yang menyerahkan trmpat duduk disertai pelaku yang berdiri sambil maggut terus berdiri mencari pegangan untuk berdiri dengan kokoh mengantisipasi bahwa manakala bus siap jalan yang bersngkutan tetap siap berdiri dengan kokoh karena rasa hormat pada sesepuh yang diberinya tempat duduk yang semula dinikmatinya.

Rasa hormat pada sesepuh itu rupanya menjalar kepada kaum Wanita yang sedang dijadikan pacar oleh calonnya. Manakala sifatnya masih berpacaran maka kemesraannya terbatas dalam nilai-nilai ketumuran sehingga kalau trpaksa menginap maka yang sedang berpacaran tidur di kamar atau di tempat tidur terpisah menghindari tindak keliwat batas yang tidak dapat dicegah tatkala lampu mati. Jarang Sinetron Korea menyajikan lakon hamil sebelum nikah yang memaksa kedua orang tuanya kebingungan menata nilai-nilai luhur yang ingin ditegakkannya. Suatu pelajaran bagi anak muda bahwa masa pacaran hanya terbatsa pada ciuman bagian atas saja tidak boleh melewati batas yang melanggar tata susila sebelum resmi menikah. Karena itu batas usia nikah tampaknya terjadi secara otomatis bahwa kedua pasangan sudah bekerja dan membawa penghasilan untuk hidup mandiri.  

Tidak heran bahwa Sinetron Korea membawakan adegan pacaran bagi sepasang anak muda yang bagi kita di Indonesia sudah lewat usia baru pacaran seakan orang tua muda sedang selingkuh karena tidak cinta lagi pada isteri atau pasangannya, padahal karena mereka sedang memadu kasih lebih serius untuk mempersiapkan diri dalam suatu ikatan perkawinan yang mapan dan lestari.

Haryono SuyonoComment