Legenda Srikandi Pahlawan Barata Yudha
Dewi Srikandi mungkin satu-satunya isteri Janaka yang tidak mempunyai anak, sehingga kecintaannya pada anak-anak melebihi isteri-isteri Janaka lainnya. Srikandi mula-mula belajar memanah dan olah keprajuritan pada Janaka sehingga keahliannya memainkan anak panah sangat tinggi. Srikandi juga terkenal menjatu dan merupakan kecintaan para isteri Arjuna sehingga setiap kali Raden Arjuna suami mereka pergi bertapa ke gunung-gunung untuk beberapa bulan, keamanan para osteri itu dikawal secara ketat oleh Srikandi. Termasuk kalua Eaden Arjuna pergi ke padepokan berkunjung dan tinggal belajar pada para sesepuh menuntut ilmu. Biarpun semua hafal bahwa dalam semedi dengan para sesepuh itu selalu ditambah, seperti biasa, dilayani dan mengambil anak brahmana pondok yang sengaja Arjuna incer sebelum memilih sesepuh tempat belajar pada penditanya.
Legenda yang sangat terkenal sepanjang cerita pewayangan adalah tatkala Prabu Kresno sebagai sesepuh menentukan siapa yang menjadi Panglima Perang dalam awal Bratayuda dimana Raja Astina pada awal perang menentukan Resi Bisma seorang sesepuh yang sangat disegani di kalangan Pandawa dan Korawa diangkat sebagai Panglima untuk Astina.
Raden Werkudara tidak enak melawan Resi Bisma. Raden Arjuna juga segan melawan sesepuh yang sangat dihormati di kalangan keluarga Pandawa tersebut, biarpun diketahui bahwa Resi Bismo mengajukan diri dengan sangat terpaksa melihat situasi pembicaraan dalam istana yang saling menyalahkan antar para punggawa tingkat tingginya melawan Raja Kurupati.
Dalam keadaan para prajurit andalan seperti itu, Dewi Srikandi secara menyatakan secara spontan siap menjadi Panglima Perang untuk kelompok Pandawa mengatasi keengganan para jagoan yang diandalkan. Setelah lama direnungkan semua pihak setuju bahwa Srikandi diangkat sebagai Panglima untuk keluarga Pendowo.
Dengan bantuan isteri Resi Bismo yang sudah meninggal dan berada di Surga, Dewi Srikandi memenangkan pertempuran melawan Resi Bismo. Raja Kurupati dari Astina dan seluruh kerabatnya sangat terpukul bahwa Resi Bismo yang sangat disegani itu dikalahkan oleh seorang Panglima yang seorang perempuan sehingga beberapa kali dilakukan usaha pembunuhan untuk mencelakakan Dewi Srikandi, tetapi selalu gagal karena kewaspadaan yang tinggi.
Dewi Srikandi dengan Raden Arjuna tidak dikaruniai seorang anak, karena itu sangat sayang pada cucunda Pari Kesit. Tidak jarang biarpun ditunggui ibunya, Dewi Srikandi ikut menemani nunggu di peraduan Parikesit.
Pada saat yang sama anak Pendita Durna, Raden Aswatomo yang Bapaknya menjadi Panglima Pengapit Resi Bisma merasa sangat terpukul dan marah besar karena Resi Bisma yang dikawal Bapaknya Begawan Durna, dapat dikalahkan oleh Dewi Srikandi.
Karena itu Aswatama selalu berusaha mengintip gerak gerik Dewi Srikandi untuk membalas dendam. Sokur-sokur sekaligus bisa membunuh Parikesit yang sangat dicintai olehnya karena direncanakan bakal menjadi Maharaja Astina.
Begitu melihat Parikesit tidur nyeyak bersama Dewi Srikandi, kemarahan Aswatama meluap dan dengan menggunakan pusaka yang ampuh peninggalan ayahnya Pendita Durna secara spontan leher Dewi Srikandi yang melindungi Pari Kesit ditebas tanpa ampun dan wafatlah sang Dewi. Aswatama lari dan di luar langsung dihajar habis oleh Werkudara.
Dewi Srikandi yang sangat sayang pada anak-anak meninggal dunia dan Parikesit aman tanpa cidera. Sehingga Dewi Sriakndi sangat dikenang sebagai Pahlawan oleh kerabat Pendowo karena sanggup menjadi Panglima yang pertama dalam Perang Berata Barata Yudha Jayabinangun serta melindungi cucu tersayang yang digadang bakal menjadi raja diraja di Astina pada waktunya nanti.