Membahas Kemandirian melalui Pendidikan Berkelanjutan
Hari ini selama lebih dari dua jam Brink di Jakarta Bersama Prof Dr Haryono Suyono, mantan Menko Kesra Taskin pada jaman Kabinet Pak Harto dan pak Habibie, dua-duanya sudah wafat, melalui system Webinar hybrid membahas usaha Pemberdayaan dengan pola SDGs menuju kemandirian.
Acara ini disponsori oleh Brin – Badan Riset dan Inovasi Nasional yang dipimpin oleh Dr. Tina Fizzanty dengan moderator Prof Dr. Oos Anwas serta peserta pusat dan Jaringan Penelitian yang ada di kantor-kantornya di seluruh Indonesia. Setelah acara dibuka oleh Dr Tina Fizzanti selaku ketua Pusat, acara diserahkan kepada Prof Dr Oos selaku moderator yang memperkenalkan pembicara kepada para peserta tingkat pusat dan daerah.
Kemudian Prof Dr Haryono Suyono yang tergolong sangat senior disbanding para peserta jajaran Brin mulai memperkenalkan SDGs sebagai kelanjutan MDGs yang disponsori PBB dan telah dilaksanakan selama 15 tahun mulai tahun 2000 sampai tahun 2015. Selanjutnya SDGs akan berlangsung di seluruh anggota PBB selama 15 tahun sebagai pedoman Pembangunan khususnya pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan perincian pada 17 target utama dan ratusan target yang diturunkan dari target utama tersebut.
Setiap tahun semua negara memberikan laporan kepada PBB tentang pencapaian target tersebut sehingga PBB membuat ringkasan pencapaian global kemajuan semua negara dalam proses pemberdayaan. Karena pelaksanaan Pembangunan di Indonesia tidak diarahkan secara khusus untukpencapaian SDGs maka Indonesia sejak awal sangat ketinggalan dalam pencapaian SDGs, bahkan kesenjangannya makin menganga.
Ada perbaikan yang sangat penting dari SDGs disbanding MDGs yang dilaksanakan selama tahun 2000-2015 lalu yaitu diperhatikannya komponen lingkungan hidup untuk menjamin pembangunan berkelanjutan yang menjadi perhatian dan focus pembangunan selama limabelas tahun sejak tahun 2015 lalu.
Setelah menjelaskan hubungan antar komponen SDGs Prof Haryono Suyono langsung mmilih keluartga miskin dan tingkatp pendidikan rendah yang masih menghambat Pembangunan berdasar SDGs yang jalan lamban. Pemerintah biarpun memberi bobot tinggi terhhadap usaha Pembangunan untuk entaskan kemiskinan dan kemandirian tetapi tanpa memberi focus kepada keluarga miskin dan pendidikan rendah selalu tertinggal dibanding negara-negara yang memberi perhatian sesuai target SDGs. Berbagai penelitian Brin perlu difokuskan pada unsur2 SDGs tersebut agar menghasilkan nilai hasil pembangunan yang bisa meningkatkan posisi Indonesia dalam pencapaian SDGs.
Sealanjutnya Panjang lebar Prof Haryono menjelaskan contoh-contoh pemberdayaan sederhana yang menguntungkan keluarga yang tertinggal dalam SDGs juga dengan program-program murah tetapi mampu menaikkan nilai SDGs. Program-program tersebut diyakini mampu meningkatkan nilai SDGs bagi keluarga Indonesia secara terarah dan kumulatif.
Setealah itu sesi yang dipimpin Prof Dr Oos memberi kesempatan para peserta mengajukan pertanyaan dengan dijawab secara langsung oleh pembicara. Dari penanyan yang banyak sekali itu Nampak bahwa perhatian para peneliti senior sangat tnggi sehingga diharapkan bahwa dalam proposal nanti mereka tidak segan mengajukan ptoposal yang relevan kebutuhan Masyarakat di lapangan yang sederhana tetapi sangat mempengaruhi kemandirian dan kesejahteraan rakyat banyak.