Para Cucu Kumpul Bersyukur

Akhir bulan Desember ini kesibukan sangat meningkat. Disamping acara siaran Zoom dan Radio menyapa sahabat yang giat dalam berbagai organisasi sosial, menerima tamu-tamu sahabat yang berkonsultasi, dengan sangat menggembirakan cucu-cucu yang kuliah di Surabaya, Semarang dan Jakarta pada kumpul. Kita makan bersama dan bercengkerama menceritakan suka duka sebagai mahasiswa jaman modern, terutama setelah masa serangan Covid dengan “libur terpaksa” berupa “percobaan kuliah on line” selama dua bulan. Sekarang Kembali normal dengan kuliah biasa yang makin banyak diilhami penambahan materi dari  situs nasional dan global.

Cucu kami mbak Dea Wicha yang cantik dan kuliah di UI, baru saja selesai kuliah dan sudah mendapat pekerjaan. Cucu Dea adalah cucu adik kami mas Slamet Sugianto, anak mas Wicha dan Dian yang bekerja sebagai konsultan setelah mengabdi sampai pensiun di Telkomsel dengan karier yang berhasil.

Cici Triadi Suparta, anak mas Triadi dan mbak Ria Indrastuty, libur dari UNDIP di Semarang. Cici yang rambutnya dipotong sangat pendek bikin kejutan. Semula wajah dan potongan tubuhnya mirip neneknya Astuty, sekarang menjadi gadis modern yang sudah berada pada semester akhir pada study diplomasi internasional yang setiap hari bicaranya dengan Bahasa Inggris melulu. Semoga segera lulus dan meniti karier sebagai diplomat ulung di kemudian hari.

Mas Bima Wiyono yang sebentar lagi diwisuda sebagai Sarjana Kedokteran dari Unair di Surabaya, anak mas Fajar Wiryono termasuk paling gendut dan kelihatan cocok sebagai dokter yang sehat. Mas Bima sedang libur tetapi segera Kembali ke Surabaya untuk menyelesaikan tugas akhir sebelum diwisuda bulan Maret tahun depan.

Sungguh hari libur ini semua pada kumpul membuat hidup yang pada masa muda penuh tantangan sebagai orang desa yang pindah mukim untuk sekolah di Yogya, kemudian ke Jakarta menikah dan bekerja, hari-hari ini kerja keras menyekolahkan anak-anak, kini sudah pada berbagai perguruan tinggi dan sebentar lagi akan lulus dan hidup mandiri.

Alhamdulillah sungguh mengharukan mereka tetap cinta dan hormat pada orang tua dan kerabatnya, masih ingat asal usul orang tuanya dari desa dan belajar giat menghargai jerih payah kekek, nenek, ayah dan bundanya yang bekerja keras menyekolahkan mereka sampai ke tingkat perguruan tinggi terhormat. Apabila mereka terima rapor dengan nilai 9 atau 8 kita bangga karena rupanya mereka tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Setelah mereka hampir tamat perguruan tinggi kita semua terharu karena anak-anak “membayar kasih sayang” kakek nenek dan orang tua dan kerabatnya dengan prestasi yang membanggakan. Kita terkenang pada embah buyut Siti Padmirah di Pucang sewu yang kerja sangat keras, dalam keadaan buta aksara seumur hidup, tetapi mengirim anak-anaknya sampai cucu cicitnya sekarang bakal lulus sebagai Sarjana yang trerhormat. Taerima kasih nenek dan doa syujur untuk Tuhan Yng Maha Kuasa. Aamiin YRA.

Haryono SuyonoComment