Memberi Hormat Dalam Peperangan

Pada suatu ketika Kerajaan Wirata diserbu habis-habisan oleh Kerajaan Astina yang dipimpin langsung oleh Panglimanya Adipati Karno, Prabu Bismo, Begawan Durna dan Patih Sengkuni lengkap dengan pasukannya. Melihat serbuan yang begitu massif, Putera Mahkota Kerajaan Wiroto  Raden Seno membujuk kakaknya seorang Dewi agar bersamanya mengungsi untuk tidak menjadi puteri taklukan musuh. Pembicaraan ini terdengar Raden Permadi yang dalam pengungsian di Wirata bertindak sebagai guru tari dan nyanyi. Melihat sikap Putera mahkota itu, Raden Permadi kecewa dan memberi saran agar Putera mahkota bertahan sampai titik darah yang penghabisan sebagai simbul kehormatan Kerajaan yang dicintainya.

Setelah diskusi yang hangat akhirnya Raden Seno sepakat bertempur dan akan naik kereta pusaka Kerajaan. Raden Permadi siap sebagai kusir “dikatakan” bahwa dia berpengalaman sebagai kusir Raden Janaka.

Maka berangkatlah Raden Seno dengan kereta yang dikusirin Raden Permadi. Belum begitu lama bertempur, karena anak panah yang bertubi, Raden Seno mencoba lari keluar dari kereta dan dicegah oleh Raden Permadi.

Akhirnya disepakati bahwa Raden Seto bertindak sebagai kusir dan Raden Permadi sebagai panglima yang naik dalam kereta. Sebelum bertempur mereka mengarahkan kereta ke  gunung untuk mengambil pusaka yang disimpan Raden Permadi diatas pohon.

Setelah perdebatan ramai akhirnya Raden Seto yang memanjat pohon dan mengambil bungkusan pusaka tersebut. Setelah membuka bungkusan dan Raden Permadi menjelaskan satu persatu nama dan kasiat pusaka terbukalah bahwa Raden Permadi tidak lain adalah bagian dari Pendowo yang ngungsi di Kerajaan Wiroto pada saat-saat terakhir masa hukumannya selama 12 tahun.

Maka Raden Permadi mulai mengarahkan panahnya kepada para sesepuh Kerajaan Astina, Raja Bismo, Adipati Karno dan Pendito Durna. Tetapi panah tersebut tidak diarahkan untuk membunuh tetapi hanya sampai didepan para sesepuh tersebut. Mulai dari Raja Bismo sampai Pendito Durno sadar bahwa para anggota Pendowo masih hidup dan akhirnya mereaka kembali ke Astina karena Kerajaan Wirata dibantu oleh keluarga Pendowo. Inilah cara Raden Permadi memberi hormat pada sesepuh ditengah peperangan.

Panah-panah Raden Permadi tidak seluruhnya untuk membunuh musuh tetapi berperan mengingatkan lawan bahwa mereka berhadapan dengan keluarga sendiri yang sama kuatnya. Dengan demikian perang berakhir dan para keluarga Pendowo kembali Bersama akrab dengan keluarga Kerajaan Wiroto.

Haryono SuyonoComment