Kuliah Ilmu Sosiologi pada Universitas Chicago

Dalam urutan di Amerika Serikat pada tahun 2024, Universitas Chicago termasuk dalam lima besar, tepatnya nomor lima setelah MIT, Harvard, Stanfort, dan University of California. Masuk perguruan tinggi ini sangat sukar karena persaingan yang ketat dari pendaftar yang berasal dari seluruh dunia.

University of Chicago adalah salah satu universitas riset swasta yang terletak di Chicago, negara bagian Illinois dan telah berdiri sejak tahun 1890. Universitas ini menawarkan ratusan program untuk tingkat sarjana dan pascasarjana untuk sekitar 16 ribu siswanya. Universitas ini termasuk salah satu kampus papan atas di Amerika Serikat dan dikenal sebagai institusi pendidikan terbaik. 

 University of Chicago dikenal dengan Professional School-nya di bidang kedokteran, bisnis, hukum, administrasi layanan sosial, dan lain-lain. Lulusan-lulusan Chicago University telah tersebar sebagai orang-orang yang berkontribusi dalam berbagai bidang mulai dari bisnis, politik, seni, dan lain-lain. Hingga tahun 2019, sebanyak 100 penghargaan nobel telah diterima oleh afiliasi University of Chicago, sehinga apabila kita jalan-jalan melewati ruangan dosen selalu terlihat sertifikat penghargaan itu di dinding kamar Guru Besar yang bersangkutan. Urutan dalam Jurusan Sosiologi dimulai dari Harvard, Stanford, California dan Chicago, Sungguh sangat membanggakan. 

 

Menurut penilaian kami, masuk Uiversitas Chicgo harus memiliki latar belakang Pendidikan SMA yang sangat tinggi  karena pelamarnya melimpah dan yang diterima relative sedikit. Tetapi sesudah di dalam kita sangat dipacu persaingan yang berat sesama mahasiswa karena hampir semua mahasiswa harus menghasilkan nilai A atau B untuk mata kuliah yang diambilnya, kalau tidak tercapai akan tidak bisa melanjutkan untuk gelar Akademis Doktor.

Setelah pindah pada jurusan Sosiologi kami segera berkonsentrasi kuliah mata kuliah pokok yang harus dilengkapi untuk gelar doktor. Pelajaran pilihan lain bisa diambil sebagai bagian dari “kuliah Merdeka” yang mulai diterapkan di Indonesia. Tetapi ada beberapa kuliah wajib dan tidak kurang dari 50 buku-buku tebal sekali yang harus dibaca, dibuat ringkasannya, bila perlu dibahas bersama mahasiswa lain guna memperoleh gelar Doktor.

 

Salah satu rahasia keberhasilan Universitas Chicago untuk jurusan Sosiologi adalah didatangkannya dosen-dosen tamu yang membeberkan buku-buku dan penemuan mereka dalam kuliah yang wajib diikuti setiap mahasiswa. Karena itu kami sangat kenal gaya dan pikiran mereka yang tertuang dalam buku-buku yang menjadi bacaan wajib bagi setiap mahasiswa. Kita pernah mendapat kuliah dari guru besar Talkot Parsons, Etzioni dan lainnya, sehingga kita makin tahu apa rahasia yang digagas oleh nenek moyang Sosiologi tersebut.

 Pada setiap liburan Summer atau Winter kami diacarakan berkunjung ke Perguruan Tinggi lain memberikan ceramah atau mengikuti ceramah ilmiah yang digelar pada Perguruan Tinggi yang dikunjunginya.

 Karena kami ditunjuk sebagai pembimbing mahasiswa asal Jepang dan Korea, kami selalu siap memberikan presentasi dalam berbagai masalah yang hangat saat itu, sekaligus menambah rasa percaya diri berkembang dengan pesat.

 Disamping liburan yang diisi ceramah atau mengikuti Seminar, kami diberi “kesempatan belajar” pada berbagai perusahaan yang hasilnya diberi nilai akademis sebagai kuliah Merdeka sehingga kami mengenal berbagai pengetrapan ilmu yang kami ambil di bangku kuliah.

 Untuk resmi sebagai calon doktor dalam bidang Sosiologi kami harus menempuh ujian tertulis selama tiga jam penuh yang intinya adalah tes apakah mahasiswa menguasai berbagai teori Sosilogi. Tidak  kurang dari limapuluh buku yang sangat tebal harus dibaca dan dipahami isi teori dan alasan penggunaannya disamping bahan kuliah dari para guru besar didalam kelas.

Ada yang lucu pada sat ujian itu. Seorang kawan satu Angkatan kebetulan duduk di depan kami. Sedang asyiknya kami menulis jawaban, tidak lebih setengah jam kawan tersebut menyerahkan garapannya kepada dosen pengawas. Kami kaget tetapi tetap bekrja keras menyelesaikan ujian.

Setelah selesai bersama kawan lainnya kami cari kawan yang hanya memanfaatkan waktu ujian selama hampir setengah jam itu. Kami puji kemampuannya menjawab pertanyaan, tetapi dia senyum bahwa pekerjaannya tidak selesai karena tokoh yang akan dibandingkan ada dalam buku yang dia belum pernah baca, jadi sama sekali tidak bisa membandingkan kedua tokoh yang diujikan. Kami lega dan siap menunggu hasil ujian komprehensif. Pengumuam segra tiba dan kami dinyatakan lulus, diberikan nama-nama guru besar pembimbing dan boleh melakukan riset atau mnulis Disertasi.

Para pembimbing kami datangi satu persatu dan kami beritahukan bahwa di Jakarta kami sudah melakukan riset dengan bantuan Ford Foundation tatapi belum diolah atau dianalisa. Kami minta ijin mengolah dan menganalisa hasil riset tersenut sebagai Disertasi. Setelah tiga orang penasehat itu berunding, maka ijin diberikan.

Kami mendapat dukungn “computer time” hampir tdak terbatas dari Lembaga Community and Family Studi Center (CFSC), dimana kami bekerja sebagai salah satu asistennya. 

Dengan kesempatan mengolah data dan waktu computer yang tidak terbatas kami bekerja keras pada siang hari mempersiapkan tabel-tabel analisis yang diperlukan dan pada malam hari ditemani isteri yang mengetik naskah, kami menulis Desertasi dengan tekun. Paginya setiap hasil kami bahas dengan Team Guru Besar yang sangat koperatif karena Ketua Tim sangat tertarik pada hasil Survey Demografi dan KB di DKI Jakarta.

Dalam waktu singkat menjelang musim Summer penulisan Desertasi selesai dan telah diperiksa para penasehat dan dosen tamu siap diujikan. “Ujian yang serem” berlangsung tegang karena kami mengajukan beberapa penemuan yang tidak selalu sejalan dengan pikiran dan teori ahli-ahli di bagian barat. Tetapi ternyata perbedaan itu tidak menyebabkan kami tidak lulus, malah mereka menantang agar kelak setelah kembali ke Jakarta penemuan kami iu diuji kembali. Kami lulus tetapi para penguji lama sekali dikamar sementara kami menunggu di luar sambil hati gemuruh menunggu hasil ujian.

Rupanya mereka berunding siapa yang akan menerbitkan ringkasan Desertasi. Diputuskan akan diterbitkan oleh CFSC dimana kami bekerja sehari hari.

Begitu keluar ruangan mereka kaget kami masih menunggu. Penguji senior segera memberi salam dan mulai saat itu tidak boleh panggil beliau professor tetapi sebut namanya saja karena sudah sama-sama bergelar doktor. Beliau dan para penguji memberikan salam dengan menyebut Dr Suyono yang membuat hati ini bergetar. Sekaligus menarik kami ke kantin untuk minum bir bersama-sama, suatu beda waktu sedikit saja, dari penguji yang nampak galak menjadi sahabat yang mentraktir minum bir.

Setelah minum dan guyonan selesai, kami Kembali ke apartemen memberi kabar gembira pada isteri Astuty yang menunggu di kamar sambil duduk gelisah. Begitu ketemu beritanya ditunda tetapi kami sajikan kejutan ciuman mesra bahwa hasil ketikannya telah lulus dinilai oleh Tim Guru Besar sehingga kami berhak menyandang gelar Doktor dalam bidang Sosiologi dengan spesialisasi Perubahan Sosial.

Malam itu  sungguh merupakan malam yang indah sehingga setelah kami menikmati keindahan, kami menangis ingat anak-anak dan keluarga lain yang ada di Indonesia.

Hari berikutnya kami ke kantor untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang diminta oleh Tim Penguji. Pada saat yang sama Prof Bogue yang setiap tahun mengadakan suatu Workshop internasional KB minta saya sebagai Dr. Suyono untuk mendampingi beliau dalam acara Workshop yang dibuka tidak lama lagi. Jadi sejak saat itu kami ikut sibuk mempersiapkan suatu Worshop yang kesepuluh yang diikuti peserta dari 55 negara. Suatu kehormatan yang bahkan pada acara pembukaan, hadir juga rombongan dari Indonesia, kami diperkenalkan sebagai Dr. Suyono dari Indonesia sebagai Co-Director yang akan memimpin acara workshop internasioanal tersebut. Biarpun resmi tidak boleh terima bayaran tetapi kami memperoleh honor cukup buat beli mobil yang dibawa pulang ke

Haryono SuyonoComment