Sekolah ke Luar Negeri Michigan dan Chicago
Selesai p’endidikan pada AIS kami langsung menikah dan mengambil cuti selama satu minggu. Kembali ke kantor rupanya pembagian staf baru untuk bagian-bagian di BPS sudah penuh sehingga Pimpinan BPS, utamanya Bapak Nugroho MA, Direktur AIS, menugasi kmi untuk sehari hari membantu beliau ikut mengatur dan memeberi bantuan Dosen dan mahasiswa kuliah.
Penugasan ini tidak terlalu lama karena ada Tenaga Ahli PBB bidang Sensus Industri yang telah dibantu oleh Mas Sukarno BSt kedua duanya kurang kompak sehingga minta tambahan lagi. Bapak Nugroho rela melepas kami membantu tenaga ahli tersebut. Dan ternyata tenaga ahli merasa nyaman dan cocok dengan cara bantuan yang kami berikan.
Peran kami sebagai Asisten Expert bidang Sensus Industri luar biasa. Kami keliling ke seluruh Indonesia menyebar luaskan rencana Sensus Industri yang pertama untuk seluruh Indonesia.
Dalam setiap pertemuan Expert yang berasal dari India membuka pembicaraan dengan Gubernur, Bupati, Walikota dan pengusaha dalam Bahasa Inggris. Tetapi karena tidak jelas kemudian kami membeberkan rencana Sensus Industri dalam bahasa Indonesia. Lama kelamaan Expert hanya ikut datang dan bicara selama lima menit dan kami bisa sampai tigapuluh menit dan secara langsung menjawab pertanyaan yang datang dari tamu undangan yang hadir. Jadi kami mendadak menjadi tenaga ahli yang membuat Dr. KGC Nair, expert PBB itu puas dengan tugas dan bantuan asistennya.
Kami mendapat pengalaman yang berharga melayani tenaga ahli PBB tersebut yang sekaligus mengajar pada Akademi Ilmu Statistik untuk mata kuliah Sampling. Sehingga biarpun nilai kami kalah dengan para mahasiswa lain sewaktu masih kuliah, tetapi karena membantu beliau, kami mahir dalam metoda Sampling yang gunanya tinggi pada kuliah lanjutan di Universitas Chicago di Amerika Serikat.
Kinerja dan cara kami melayani tenaga ahli PBB itu mendapat apresiasi dari Dr Nair itu sehingga pada akhir Sensus Industri kami direkomendasikan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Michigan untuk gelar Master dalam bidang Statistik. Segera beasiswa itu diurus ileh BPS lengkap dengan urusan mendapatkan tiket dan beasiswa dari PBB. Alhamdulillah semua beres termasuk Tes Bahasa Inggris dan lainnya sehingga kami siap berangkat untuk studi di Michigan University.
Pada saat BPS mengurus Visa ke Amerika, Bung Karno enyerukan agar Indonesia keluar dari PBB karena alasan politik sehingga Visa tidak diberikan dan beasiswa ke USA batal. Suatu kegagalan yang menyedihkan.
Sebagai kompensasi kesedihan itu, Kepala BPS Bapak Abdulmajid, mempromosikan kami sebagai Wakil Kanwil BPS untuk DKI Jakarta. Posisi itu sebelumnya tidak ada tetapi karena posisi Kepala diisi bekas pejabat senior Departemen Dalam Negeri, perlu didampingi tenaga tehnis di kantor cabang BPS yang dianggap penting tersebut. Tugas sebagai Wakil Kepala tidak lama karena Kepala menderita sakit dan sudah sepuh sehingga kami dikukuhkan sebagai Kepala Kantor Statistik DKI Jakarta. Jabatan sangat tinggi dipercayakan kepada lulusan AIS yang pertama sebelum golongan pangkat pegawainya memenuhi syarat.
Jabatan ini tidak lama tetapi kami sempat menerbitkan penerbitan baru yang kenudian menjadi acuan nasional yaitu buku lapora statistik tahunan dengan judul “Jakarta Dalam Angka” yang kemudian menjadi acuan Kantor-kantor Statistik Provinsi di seluruh Indonesia. Pengalaman itu membuat Gubernur Ali Sadikin memerintahkan ajudannya, Dr. Wardiman Djojonegoro, untuk menugasi Haryono sang Kanwil membantu “proyek KB” yang diprakarsai Gubernur Ali Sadikin di DKI Jakarta.
Penugasan pada waktu program KB menjadi program rintisan di Jakarta merupakan awal dari kegiatan Haryono yang belajar Ilmu Demografi pada AIS dengan baik. Pada posisi itu Haryono diserahi tugas mempersiapkan Pidato Gubernur Ali Sadikin untuk suatu Konperensi Kependudukan Dunia di Jakarta.
Konperensi dan Pidato itu berhasil dengan baik sehingga Haryono yang bekerja di belakang layar nendapat kesempatan ikut suatu Workshop KB internasional selama tiga bulan di Chicago, Amerika Serikat. Tawaran itu ditolak karena Haryono ingin mendapatkan gelar Master kalau belajar di luar negeri.
Akhirnya setelah negosiasi yang intens antara US AID Jakarta dan Washington, diputuskan apabila kinerja dalam Worshop berhasil baik, maka beasiswa diperpanjang sampai memperoleh gelar Akademis Master.
Maka berangkatlah Haryono pada saat yang hampir bersamaan dengan rombongan untuk Workshop di Universitas Chicago di Amerika. Haryono mengikiti Workshop itu sebagai tes untuk melanjutkan pada Pendidikan bergelar Master. Sehingga apabila yang lain sangat santai, Haryono bekerja keras mengumpulkan kesan yang baik bagi para Dosen yang sama-sama mengajar pada acara Workshop tersebut.
Kerja keras tersebut berhasil dengan baik sehingga Haryono diterima sebagai kandidat program Master pada Universitas Chicago dengan pilihan khusus Ilmu Demografi.
Dalam waktu Sembilan bulan program ini diselesaikan dengan baik sehingga guru besar Universitas Chicago Prof Dr Bogoe menahan dan langsung mendaftarkan Haryono untuk Program Doktor dalam Ilmu Psychologi. Setelah kuliah satu minggu, Haryono tidak yakin apakah ilmu ini laku jual di Indonesia. Atas saran sahabatnya dari Amerika Haryono menghadap Penasehat Akademisnya dan disarankan pindah pada pilihan Ilmu Sosiologi dengan focus pada perubahan sosial.
Seri berikutnya Kuliah Sosiolagi yang menarik