Pendidikan pada Akademi Ilmu Statistik

Setelah menemukandikan pada Akademi Ilmu Statistik kegagalan menyelesaikan kuliah pada Fakultas Kedokteran Gajah Mada, kami ditarik ke Jakarta. Kebetulan pendaftaran di Fakultas Kedokteran UI sudah ditutup, kedua kakak kami yang bekerja di Kementerian Dalam Negri dan Akademi Ilmu Pelayaran di Ancol, mulai kasak kusuk mencari Universitas atau Sekolah Tinggi agar kami segera tidak menganggur di rumahnya di Jalan Bidara Cina dan masuk Perguruan Tinggi.

Setelah perundingan yang matang diputuskan bahwa kami masuk suatu Akademi agar segera setelah lulus langsung bisa bekerja. Cita-cita menjadi dokter dipendam karena pendidikannya berjangka panjang dan keadaan orang tua dan kakak-kakak terbatas.

Ir H Juanda, Pj Presiden RI

Atas rekomendasi dari gadis cantik di kelompok pemuda Gowongan yang mempunyai orang tua pegawai tinggi di Pos Indonesia kami dianjurkan mendaftar di Akademi Pos di Bandung yang mahasiswanya ditempatkan di Asrama serta mendapatkan beasiswa setiap bulan. Rekomendasi kedua datang dari tetangga di Bidara Cina yang kebetulan pegawai BPS yang membuka suatu Akademi Ilmu Statistik memasuki tahun ketiga. Sebagai pegawai menengah beliau sangat  mengagumi Akademi  ini karena setelah lulus kuliah tiga tahun dijanjikan akan segera ditempatkan langsung di Jakarta atau di seluruh Indonesia.

sensus industri

Pada Akademi ini disediakan beasiswa yang cukup setiap bulan. Lamaran pada Akademi Pos di Bandung tidak ada jawaban, tetapi lamaran di Akademi Ilmu Statistik di Jakarta diterima dengan baik.

Pak Haryono Suyono menghadapi petugas Sensus

Kami mulai kuliah di Kantor BPS jalan Dr. Sutomo Jakarta karena Akademi Ilmu Satistik (AIS) belum memiliki gedung sendiri yang terpisah. Karena itu setiap hari kami mengetahui betapa rajin pegawai BPS bergelut menyusun buku laporan bermacam statisrik melayani kebutuhan pemerintah.

Beberapa Kepala Bagian yang bergelar Sarjana seperti Kepala Bagian Statistik Industri dan Kepala Bagian Statirik Pertanian mengajar kelas kami sambil menunggu Dosen tetap yang kabarnya akan menjadi “tenaga ahli BPS” yang akan datang dari PBB membantu BPS mempersiapkan berbagai macam Sensus dan Survey.

Pada waktu itu seorang Kepala Bagian seakan seperti seorang Deputy, eselon dua, yang memiliki wibawa ringgi dalam mengolah dan menyajikan bermacam jenis statistik yang diperlukan pemerintah. Karena itu kami memberi hormat pada para dosen yang berasal dari bagian-bagian BPS tersebut, dalam hati berfikir bahwa kami nanti akan menggantikan mereka apabila sudah lulus AIS.

Tidak lama satu demi satu Dosen yang tenaga ahli PBB untuk BPS itu datang. Disamping tugasnya sebagai tenaga ahli yang dibantu oleh para kepala bagian, mereka langsung mulai mengajar berbagai Ilmu statistik pada mahasiswa angkatan pertama, kedua dan ketiga. Kami beruntung karena sebagai mahasiswa angkatan ketiga langsung dibimbing Dosen tenaga ahli PBB yang datang dari berbagai negara.

Kami merasa  lega karena sejak awal kuliah setiap hari ada Dosen baru dari luar negeri. Biarpun Bahasa Inggris kami masih sangat jauh dari sempurna, karena Ilmu Statistik tidak saja mengolah data tetapi ternyata penuh dengan rumus-rumus yang menarik serta membuat kami bangga dan yakin bahwa data statistik yang diolah telah melewati uji petik dan editing yang njlimet sebelum diterbitkan untuk umum.

Setiap hari kami makin bangga menjadi mahasiswa AIS karena Dosen sangat rajin memberi pekerjaan rumah untuk mengetes apakah pelajaran yang diberikan dapat diterima. Setelah belajar pada Universitas Chicgo di Amerika kami jadi tahu nahwa mata kuliah statistik yang diberikan memiliki level yang tinggi karena tenaga ahli yang mengajar itu bukan dosen tetapi ahli statistik. Karena itu bagi yang melanjutkan kuliah pada tingkat tinggi setelah lulus AIS nendapat keuntungan karena ilmu yang dipelajarinya adalah ulangan masa kuliah di AIS di masa lalu.

Keunggulan AIS mulai angkatan ketiga luar biasa yang memiliki jumlah mahasiswa terbanyak dibanding dua Angkatan sebelumnya karena BPS mendapat suntikan dana APBN pemerintah untuk persiapan berbagai Sensus dan Survey.

Karena mahasiswa Angkatan ketiga melimpah maka existensinya juga sangat menonjol. Dengan pengalaman kuliah di Fakultas Kedokteran Gajah Mada kami dianggap senior sehingga sewaktu ada pemilihan Ketua Senat Mahasiswa AIS kami didorong untuk maju. Nyaris terlilih kami menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua Senat Mahasiswa dengan beberapa mahasiswa sesama Angkatan menduduki berbagai jabatan Pengurus  Senat Mahasiswa.

Ketua Senat Mahasiswanya adalah seorang yang sangat serius dan rajin belajar sehingga organisasi senat tidak banyak bergerak. Tahun berikutnya kami terpilih secara mutlak sebagai Ketua Senat Mahasiswa. Segera setelah pengurus senat dilengkapi kami bergerak cepat karena pengalaman memimpin pemuda di Kampung Gowongan di Yogyakarta.

Karena tahun itu ada pelatihan militer, maka mahasiswa AIS juga terlibat sangat kuat Latihan militer itu disusul dengan kerja bhakti melakukan cacar bagi penduduk Jakarta. Pengalaman dalam mencari yang dicacar sungguh unik karena banyak ibu-ibu atau anak-anak bersembunyi dibawah tempat tidur karena takut di cacar.  Informasi melalui radio hampir tidak ada, kalau ada yang memiliki radio juga sangat terbatas. Sungguh suatu model kerja bhakti seperti jaman Kuliah Kerja Nyata (KKN) model jaman kuno yang menarik dengan mahasiswa berseragam TNI.

Karena pengalaman itu Senat Mahasiswa makin dipercaya anggota sehingga melihat pegawai BPS setiap bulan mndapat jatah beras dari kantor, Senat mengajak mahasiwa “unjuk rasa” agar diberi pembagian beras setiap bulan. Demo itu berhasil dengan baik karena dari yang supply beras dijamin berasnya ada. Yang perlu adalah keputusan Kepala BPS dan Direktur AIS. Disamping itu Senat berhasil Menyusun simbul dfan tanda kebesaran AIS.

Berbagai keberhasilan Senat dan anggotanya itu menambah kepercayaan Direktur AIS dan Kepala BPS. Pada tingkat terakhir seluruh anggoa Senat harus berhenti digantikan mahaswa angkatan dibawahnya. Tetapi karena keprcayaan Direktur AIS, para mantan Pengurus Senat tetap diajak berunding menyangkut kepentingan mahasiswa.

Salah satu hasil perundingan itu mahaswa tingkat terakhir, Angkatan kami, yaitu Angkatan ketiga,  ikut “merencanakan acara wisuda” bagi angkatannya. Setelah meyakinkan Direktur AIS dan Kepala BPS kami berani mengusulkan agar acara wisuda itu dihadiri oleh Pj Presiden RI Bapak Ir. H. Juanda karena Presiden Bung Karno sedang berada di luar negeri.

Upacara wisuda diadakan di Aula LAN di Jakarta yang megah dan sangat luas. Kepala BPS setelah meninjau Gedung LAN menjadi was was bagaimana kalau Ir. Junada kecewa karena lebih separo aula tidak ada isi tamunya. Kami segera mencari akal dan mempersiapkan surat dan menemui Direktur LAN agar “Kegiatan berbagai kursus dihentikan” dan semua peserta pada saat wisuda dan para peserta kursus hadir pada acara wisuda Akademi Ilmu Statistik.

Luar biasa seluruh mahasiswa yang akan di wisuda ikut mengejar agar peserta kursus tidak pulang tetapi berkumpul menghadiri acara wisuda yang Anggun bersama Presiden RI Ir. Haji Juanda. Suatu kenangan yang luar biasa bagi Angkatan ketiga yang kaya dengan inovasi dan mampu melaksanakannya secara gotong royong. Setelah lulus dan mendapat penempatan konon amgkatan ketiga ini sempat menduduki jabatan sangat penting dalam lingkungan BPS dan Kantor cabangnya di daerah-daerah.

Haryono Suyono1 Comment