Mempersiapkan Gelar Akademis Doktor dalam Satu Tahun

Dalam praktek sesungguhnya gelar Akademis Doktor dari Universitas Chicago dapat ditempuh dalam waktu kurang dari satu tahun dengan adanya system belajar merdeka seperti hari hari ini diberlakukan di Indonesia. Pada Summer 1971 kami telah mengantongi gelar Akademis Master dari Universitas Chicago tetapi karena kewajiban kembali ke tanah air begitu mendapat gelar Master, maka Penasehat Akademis Prof Dr. Bogue menahan kami untuk tidak diwisuda agar gelar itu tidak resmi belum diberikan. Tetapi kami didaftarkan masuk program Doktor secara resmi sehingga bisa mengambil kuliah mata kuliah untuk program  doktor pada jajaran Universitas Chicago yang terkenal itu.

Pada awalnya kami di daftarkan pada spesialisasi Psychologi Massa karena pada waktu itu ada perang Vietnam dan para Dosen Ilmu Psychologi sangat popular kampanye analisa perang yang menurut penasehat Akademis cocok untuk perang KB di Indonesia. Tetapi setelah mengikuti kuliah selama satu minggu kami merasa bahwa ilmu itu tidak cocok dengan situasi dan kondisi di tanah air sehingga menurut kawan Amerika yang sama-sama satu kuliah, kami boleh protes, perlu bicara lebih mendalam dengan penasehat akademis. Setelah bicara kami dipindah ke Program Sosiologi yang menurut kami lebih cocok karena dengan spesialisasinya  perubahan sosial.

Kuliah Psychologi tetap berjalan satu semester tetapi selanjutnya langsung mengambil kuliah pokok untuk bidang sosiokogi. Luar biasa, dalam bidang baru ini bacaannya banyak sekali. Mahasiswa Amerika sudah faham masalah Negro di Chicago dan New York sehingga kalau ambil contoh dari kedua belahan itu mereka sudah faham. Kami terpaksa membaca dan mencoba mengerti sifat-sifat kedua kelompok itu dengan bacaan yang banyak sekali. Belum kelompok Itali dengan mafianya yang terkenal rupanya merupakan bagian kuliah yang menarik. Krena itu setiap hari kami makin berubah menjadi seorang sosiolog dengan latar belakang perubahan sosial di Amerika yang sifatnya sangat revolusioner, cepat dan sangat kompleks.

Tetapi satu hal yang menarik semua itu ada aktor dan tujuan akhir yang jelas dan dibagi atas tahapan sistemaris yang kami tangkap sebagai pembagian waktu yang bersifat logis dan bisa dirancang dengan baik asal demensi wakunya bisa dikembangkan dengan komitmen yang tinggi. Bagian ini sangat baik dan kami anggap sangat cocok guna menyakinkan semua pihak akan pentimgmya lomitmen yang tinggi pada program KB di Indonesia.

Setiap minggu kami melapor dan makin dekat dengan Penasehat Akademis, kami saling mempengaruhi dan pertemuan itu dianggap sebagai bagian konsultasi wajib seorang calon doctor dengan penasehat akademisnya. Disamping itu, kami beruntung karena bisa meyakinkan bahwa kami sudah “kenyang dan paham dengan rencana penelitian” sehingga tidak harus mengikuti bagian rancangan penelitian dan tugas meneliti lapangan lagi. Tetapi mendapat ijin melakukan Analisa dari hasil suatu survey di Jakarta yang belum ada laporannya.

Untuk itu kami beruntung mendapat jatah “waktu komputer” hamper tidak terbatas untuk mengedit dan mengolah hasil survey fertilitas di Jakatta yang disponsori Ford Foundation yang bahannya dikirim dari Jakarta langsung kepada kami di Chicago. Kami seakan bebas mengolah hasil survey yang di Jakarta mandeg belum ada yang menyentuh tersebut. Melalui kerja keras bahan-bahan itu selesai kami olah dan draft Desertasi kami siapkan sebelum musim Summrr tahun 1972. Untuk Menyusun desertasi sebagai syarat seorang Doktor, kepada kami diugaskan tiga orang guru besar senior dengan spesialisasi masing-masing. Penasehat senior kami sebagai Ketua, seorang ahli methodologi dan seorang dosen senior ahli Analisa.

Kami akrab karena Dosen senior kami ingin agar hasil survey itu bisa dijadikan dasar awal dari gerakan KB di Indonesia, termasuk teori  yang mendasarinya. Semangat kami menggebu sehingga pada Summer 1972 Desertasi kami selesai disetujui oleh tiga tokoh gurubesar pembimbing yang ditunjuk. Kami siap diuji akhir tentang tulisan Desertasi tersebut.

Tetapi penasehat utama kami yang memimpin acara tahunan Universitas mengadakan Summer Workshop internasional punya agenda lain. Beliau akan keliling dunia berkunjung pada Kantor US AID dan alumnus acara Workshop yang telah berjalan selama 10 tahun dan menunjuk kami sebagai Co-Director untuk acara Workshop Summer 1972. Ujian kami ditunda sampai akhir Summer karena selama Summer kami ditugasi memimpin Workshop internasional yang ditinggal penasehat utama kami keliling dunia itu.

Beliau kembali pada akhir Summer dan merasa happy workshop yang kami pimpin selama bulan Summer yang sangat sibuk itu tenyata brerjalan lancar.

Akhirnya kami diuji oelh para guru besar dengan lancar dan dinyatakan lulus dengan naskah kami diringkas untuk diterbitkan dan dibagi keseluruh dunia, utamanya pada negara yang mulai dengan program KBnya. Pada akhir Summer itu kami ikut wisuda Doktor dtemani isteri tercinta Astuty Haryono yang ikut bangga karena dia adalah pengetik lima ratusan halaman disettasi yang beberapa kali diketik ulang manakala ada koreksi dari Tim Penasehat. Wiuda Doktor yang sangat membanggakan karena kami selesaikan dalam waktu yang relative sangat singkat, mulai Summer tahun 1969 sampai akhir Summrer 1972, diseling praktek lapangan sebagai Co Director Internasional Summer Workshop yang terkenal pada Universitas Chicago. Alhamdulillah Tuhan Maha Besardan Maha menolong sehingga negara dan bangsa menda[at keuntungan yang sangat besar dan luar biasa.

Haryono SuyonoComment