Waspadai Faktor Resiko Stroke

dr Dodik Tugasworo, SpS (K), saat menjadi nara sumber Webinar dengan Yayasan Stroke Indonesia

GEMARI.ID-JAKARTA. Stroke bisa menimpa siapa saja, tidak mengenal status sosial maupun usia, namun jika usia semakin tua maka risiko untuk terkena stroke semakin besar, untuk itu kita musti mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan stroke, demikian dijelaskan dr Dodik Tugasworo, SpS (K), saat menjadi nara sumber Webinar dengan Yayasan Stroke Indonesia dengan tema Hidup Bersama Stroke yang diselenggarakan pada tanggal 28 April lalu di Jakarta.

Lebih lanjut ia menjelaskan, faktor risiko stroke yang tidak dapat di modifikasi, seperti Umur, Gender dan Ras/etnis, sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi (90%). Hipertensi, DM (diabetes Melitus) dan Dislipidemia, adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan kadar komponen lipid dalam plasma. Dislipidemia ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol dan atau trigliserida atau penurunan kadar high-density lipoprotein (HDL), katanya.

Sementara itu menurut dr Dodik, CVD/penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung dan pembuluh darah, Genetik/ keturunan (17,3% - 38%), Gaya hidup : Healthy, diet, BB,  berhenti merokok, aktivitas rutin, berhenti minum yang mengandung alkohol, harus menjadi perhatian penting, tegasnya.

Dr Dodik menambahkan, bahwa faktor risiko stroke yang perlu diturunkan, Family history/riwayat keluarga : risk stroke 30 %, Monozy twin/ kembar monozy – vs Dizy twin/ kembar dizy : increased/ meningkat 1,65% X risk stroke, CSVD : 0.61 vs 0.38, Younger stroke 1st degree of familial stroke. /stroke usia muda  pada keluarga meningkat, ini yang harus diwaspadai. Stroke in woman : parental history most likely / stroke pada wanita terjadi kemungkinan besar turunan dari orang tuanya. Bila kita sudah terkena stroke, ya sudah terima saja tetapi kita jangan pasrah atau menyerah, pasien stroke perlu menjalani pola hidup sehat dengan diet seimbang, latihan fisik, kontrol berat badan, berhenti merokok (Smoking cessation), pungkasnya. Sumber : Budi Yastroki.