Membaca Menulis Merupakan Modal Pertama Bagi Seseorang Untuk Bisa Meningkatkan Kualitas Diri

Dra Umi Mar’atun, Guru SMA Negeri 4 Semarang saat tampil di acara HARYONO SHOW Edisi XVI

GEMARI.ID-JAKARTA. Perempuan itu memiliki fungsi ganda, selain memiliki kebebasan dia tidak bisa meninggalkan kodratnya sebagai seorang perempuan, kodratnya baik itu kalau yang sudah menikah berarti kodrat sebagai seorang istri yang harusnya mengabdi kepada suami dan juga mendidik anak-anaknya di rumah, demikian diungkapkan Dra Umi Mar’atun, seorang guru SMA Negeri Semarang saat tampil pada acara HARYONO SHOW edisi XVI. Kamis (21/04/2022).

Dalam paparanya ia menceritakan, sekolah kami luar biasa sekali, karena kelulusan tahun kemarin SMA Negeri 4 Semarang itu menduduki rangking kedua yang bisa diterima di perguruan tinggi dan itu lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-lakinya, itu menunjukkan bahwa apa yang diperjuangkan oleh Kartini pada masa itu, yang mana pada saat Kartini hidup itu masih bersifat feodal yang ada keterbatasan perempuan, sehingga dibatasi untuk tidak bisa mengikuti pendidikan yang lebih tinggi, bahkan Kartini sendiri mengalami dipingit pada usia 12 tahun, namun meskipun dalam kondisi seperti itu kita bangga sekali dengan kegigihan Kartini dalam pingitan pun masih melakukan kegiatan membaca dan menulis yang ini sangat sesuai dengan program yang dicanangkan pemerintah yaitu literasi dalam dunia pendidikan, paparnya.

Dra Umi Ma’atun saat diwawancarai Prof Dr Haryono Suyono sebagai Host acara HARYONO SHOW

Lebih lanjut isteri Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang ini menjelaskan, ada kebijakan untuk membiasakan anak-anak untuk selalu membaca dan itu dimasukkan dalam kebijakan sekolah, itu 15 menit sebelum jam pelajaran pertama. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai yang ditanamkan oleh Kartini sudah sedemikian diakui di dunia pendidikan. Membaca menulis itu adalah merupakan modal pertama bagi seseorang untuk bisa meningkatkan kualitas diri, jadi bagaimana apakah Kartini sekarang dengan Kartini masa lalu itu berbeda, ya tentu berbeda karena Kartini dulu, mereka menginginkan emansipasi dan persamaan yang berlebih, itu memang belum didapatkan, sedangkan saat ini kita yang hidup di masa ini itu sudah mendapatkan kebebasan itu. Tinggal bagaimana kita bisa menggunakan dengan secara bijaksana karena kebebasan atau persamaan-persamaan derajat itu bukan berarti persamaan secara semuanya, itu pasti ada perbedaan karena wanita juga tidak bisa digantikan dengan laki-laki, lanjutnya.

Dra Umi Mar’atun saat tampil bersama narasumber lainnya di acara HARYONO SHOW Edisi XVI

Perempuan itu biasanya itu lebih disiplin dan lebih terus lebih fokus terhadap pembelajaran sehingga rangking-rangking di kelas yang biasanya menduduki rangking satu sampai rangin tiga itu diborong oleh perempuan, kerajinannya dan juga semangatnya ini sangat membanggakan bagi wanita saat ini, jelasnya.

Perempuan itu memiliki fungsi ganda, selain memiliki kebebasan dia tidak bisa meninggalkan kodratnya sebagai seorang perempuan, kodratnya baik itu kalau yang sudah menikah berarti kodrat sebagai seorang istri yang harusnya mengabdi kepada suami dan juga mendidik anak-anaknya di rumah. Karena kita tahu bahwa wanita adalah merupakan Madrasah pertama bagi seorang anak sentuhan-sentuhan seorang itu adalah merupakan dasar bagi jiwa anak-anaknya dalam mendidik. Dalam mendidik anak tentu anak perempuan dan anak laki-laki itu berbeda, ternyata memiliki anak 4, yaitu 3 laki-laki dan 1 perempuan. Mendidik anak laki-laki itu lebih gampang dibanding perempuan, kenapa kalau perempuan itu mau diterapi, dan juga kalau di sayang-sayang menjadi anak manja. Itu yang kita hadapi juga di sekolahan, imbuhnya.

Mengapa saya dulu Pengen jadi guru, karena pada waktu itu kita hanya sampai jam 13.30 jadi pada jam 14.00 itu sudah sampai rumah. Sampai rumah itu sudah bisa ketemu anak dan mengerjakan hal-hal yang rumah tangga, tetapi sekarang inipekerjaan guru seperti kayak pekerja kantoran, tidak ada bedanya karena berangkat jam 07.00 sudah fingerprint dan juga pulang jam 15.30 dan kira-kira jam 16.00 baru pulang, katanya.

Yang berhubungan dengan bapak karena kebetulan suami saya itu tipe suami yang mandiri, jadi bisa membawa dirinya baik dalam mempersiapkan untuk pekerja, berangkat bekerja dan sebagainya atau mungkin ke luar kota, kalau saya yang packing itu tidak terlalu banyak. Kalau saya ngitungnya berapa hari, berarti bajunya berapa hari itu berapa, sesuai dengan hari yang di luar, tapi untuk laki-laki ternyata lebih simple beliau untuk kesibukan bapak juga bisa diselesaikan sendiri oleh bapak, sehingga tidak pernah masalah kantor dibawa ke rumah, pungkasnya. @MDP

Mulyono PrawiroComment