Perempuan Harus Hadir Dan Mampu Melakukan Perubahan di Tengah Masyarakat Sesuai Dengan Kapasitasnya

Prof Dr Hj Mufidah Ch, MAg saat menjadi Narasumber di acara Haryono Show XVI

GEMARI.ID-JAKARTA. Perempuan tidak boleh diam, harus beraktivitas dimana pun berada, demikian diungkapkan Guru Besar Sosiologi Hukum Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang, Prof Dr Hj Mufidah Ch, MAg saat menjadi salah satu narasumber Haryono Show yang digelar oleh Yayasan Anugerah Kencana Buana yang bekerja sama dengan Maestro Digital Services. Kamis (21/04/2022)

Srikandi Posdaya dari Malang ini mengatakan, dirinya melihatnya Kartini sebagai sosok perempuan yang memiliki visioner, masih muda tetapi jangkauan berpikirnya sudah sangat jauh dibanding dengan perempuan lainnya pada waktu itu dan juga sebagai sumber inspirasi bagi masyarakat Indonesia. Inspirasi bagi semua termasuk lintas suku dan lintas agama.

Menurutnya cita-cita Kartini tidak semuanya bisa tercapai, oleh karena itu yang ada adalah warisan semangat. Warisan semangat itu yang harus kita implementasikan saat ini tidak hanya sekedar sebagai wacana, tetapi harus memasuki peran-peran perempuan, bagaimana mengisi kemerdekaan, bagaimana melakukan rekayasa sosial, dan perempuan harus memiliki pendidikan, keterampilan dan wawasan yang cukup, kemudian juga mampu melakukan perubahan-perubahan di tengah-tengah masyarakat dan juga mereka harus melek teknologi, imbuhnya.

Prof Dr Hj Mufidah Ch, MAg bersama para Narasumber lainnya dan juga Host Prof Dr Haryono Suyono

Sekarang ini kita sedang perhatin, karena masih banyak ibu-ibu yang kurang wawasan dan belum bisa ber-media sosial dengan santun dan beretika. Ini merupakan bagian dari kerja kita, pekerjaan rumah kita ke depan, kemudian perempuan harus beraktivitas, tidak boleh diam, perempuan itu dimana pun. Buktinya di masa pandemi banyak penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa maupun oleh dosen, itu menunjukan bahwa peran perempuan cukup signifikan, karena semua tersentral di dalam rumah dan juga kegiatan-kegiatan ekonomi dijalankan dari rumah, lanjutnya.

Isue perempuan sebagai proscating isues dimana semua sebenarnya bidang-bidang kehidupan ini bersentuhan dengan kebutuhan perempuan, bagaimana peran-peran perempuan dalam pembangunan. Oleh karena itu perempuan harus berkontribusi menurut patien-nya masing-masing dan menurut bidangnya masing-masing, sehingga sudah tidak ada lagi sebenarnya, meskipun ada tetapi kita harus berusaha mendorong, terutama adalah keluarga-keluarga milenial, keluarga milenial ini harus bisa menata dalam konten masyarakat pada saat ini, tambahnya.

Dr Mulyono D Prawiro saat tampil sebagai Co-Host pada acara Haryono Show XVI

Lebih lanjut, mantan Ketua LPPM UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini berharap ke depan, seperti yang telah saya lakukan bersama dengan teman-teman dosen dan perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia yang sudah menerima sosialiasi maupun pelatihan-pelatihan workshop yang telah diimplementasikan di berbagai masjid, ada juga yang tidak di masjid tetapi cara-caranya adalah sama. Yang seperti ini kita terus mengawal dan ternyata masyarakat yang menggunakan metodologi Posdaya, seperti bagaimana pengembangan pemberdayaan itu adalah partisipastif. Dulu merubah mindset itu sebenar luar biasa susahnya, apalagi ditambah basisnya ada di masjid, maka orang-orang di masjid itu harus disadarkan dahulu dan kemudian dihubungkan dengan masyarakat, katanya.

Menurutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, pertama, bagaimana partispasi pelaksanaan kegiatan yang ada di masyarakat berbasis masjid itu. Kedua, tetap mengawal siapa pun yang memiliki peran dalam masyarakat baik terkait dengan kiblat sosial maupun kiblat ritual itu perempuan harus hadir sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Ketiga, bagaimana semua kegiatan itu harus memiliki efek domino dan sustainable, karena tidak bisa dilakukan seperti proyek, tetapi sebagai program yang berkelanjutan dan semua harus bersinergi dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat sesuai dengan kegiatan yang diprogramkan. Meskipun mereka tidak menggunakan kata Posdaya, tetapi yang terpenting mindset mereka sudah berubah dibandingkan dengan sebelum ada Posdaya berbasis masjid dengan menurunkan mahasiswa KKN, pungkasnyanya. @MDP

Mulyono PrawiroComment