Istri Raja Boma Naroko Sura Minta Di Madu
Istri Raja Boma Naroko Sura, anak Raja Kresno dari Dworowati yang terkenal gagah dan digdaya tetapi hampir tidak pernah kebagian wahyu atau penghargaan dari para Dewa. Nasibnya mirip putra mahkota Ngastina Raden Lesmono Mondro Kumoro yang karena cacat “gila”, selalu sial dalam setiap langkah mendapatkan istri atau penghargaan Dewa. Kedua tokoh ini masuk dalam satu kisah yang menarik dalam wadah episode yang menarik bersama para lancur (anak-anak) Pandowo, Ontoseno dan Wisanggeni
Lakon yang menarik ini dimulai pada Acara Pertemuan Lengkap di Kerajaan Ngamarta yang kebetulan sedang menerima Begawan Durna. Pada kesempatan itu datang pula Wisanggeni menyatakan niatnya akan menikah dengan putri Kencana Resmi anak dari Pendeta Tjokrowolo yang akhir-akhir ini sedang terkenal. Bahkan sebelum Wisanggeni datang, Betara Durna terlebih dulu datang ke tempat pertemuan minta tolong Arjumo ikut melamar Putri Begawan tersebut. Karena itu, tatkala mendengar cerita anaknya Wisanggeni, Arjuna anjurkan agar Wisanggeni ambil putri lain. Wisanggeni tidak mau mundur, nekat tetap dengan pilihannya dan siap melamar sendiri. Maka Wisanggeni dibantu saudaranya Ontoseno berangkat sendiri ke pesanggrahan sang Begawan di Pertapaan Cokrowolo.
Di Pesanggrahan, Pendeta sedang menerima Raja Bomo dari Traju Trisno yang menyatakan bahwa permaisurinya minta dimadu. Karena pada waktu itu ada Wisanggeni dan Onyoseno, segera beliau berpaling kepada kedua satria muda dan menanyakan maksud kedatangan keduanya. Dijawab polos kepada Pendeta Dewa Kartika mereka ingin melamar anak Pendeta yang terhormat. Kemudian datang utusan Astina yang lengkap, termasuk Raden Arjuno sebagai Konsultan. Seperti tamu-tamu sebelumnya mereka menyatakan maksudnya dengan nada sombong. Melihat gelagat itu, Pendita diam tidak menanggapi lamaran dari Asiina. Untuk memecahkan keheningan, Ontoseno yang menjawab lantang dan meminta semua pihak dengan maksud sama menurut sabar menunggu keterangan pendita.
Akhirnya sang Pendita memberi jawab bahwa pelamar yang bisa membawakan dua pusaka yang ampuh yaitu Senjata Cokro andalan Raja Dworowati dan Pusaka Andalan berupa selendang dengan gambar yang disimpan istri Raja Kresna yang akan dilayani sebagai suami puteri sang pendeta tercinta. Pendamping Wisanggeni Raden Ontoseno segera minta saudaranya Raden Gatotkoco menghadap Prabu Kresno meminjam pusaka andalan beliau Senjata Cakra. Beliau juga mengutus Abimanyu untuk meminjam pusaka kain bergambar yang disimpan istri Raja Kresna.
Melalui kecepatan tinggi kedua utusan Raden Ontoseno berhasil ketemu pemilik pusaka dan meminjam pusaka andalan tersebut. Boma Naroko Suro yang pura-pura istrinya minta dimadu bingung cari alasan untuk pinjam pusaka yang disimpan bapaknya atau ibunya, Dari Ngastino tidak mampu mengirim utusan sama sekali memenuhi permintaan Kencana Resmi anak Pendita Dewa Kartika. Akhirnya Raden Wisanggeni menjadi pelamar satu-satunya yang mampu memenuhi permintaan putri sang Begawan dan menikah resmi dengan Kencana Resmi. Yang iain gagal dengan segala akibabatnya.
Dalam cerita selanjutnya Raja Boma Naroka Sura tidak diceritakan bagaimana melapor kepada istri atau bapaknya Raja Kresno. Tidak juga ada cerita tentang Putera Mahkota Ngastina yang dengan konsultan ahli kawin Sang Arjuna tidak berhasil melawan anaknya sendiri yang mampu mengembangkan kemitraan antara sesepuh dan generasi muda gun mendapatkan istri yang dicintaianya.