Membangun Sanggar Pembangunan Desa

Setelah berhasil melampaui masa jabatan yang pertama sebagai sesepuh desanya, Bagong yang selalu nampak sebagai sosok ceplas ceplos, polos dan berkata secara jujur tanpa embel-embel tersembunyi itu mengumpulkan seluruh warganya sebagai rasa syukur dengan mengundang bapaknya Ki Lurah Semar dan Gareng dan Petruk yang keduanya duduk sebagai anggota Perangkat Pengurus di Desa masing-masing.

Dalam masa jabatan yang kedua ini Bagong ingin mengajak anggota masyarakat di desanya menciptakan desa yang mempunyai keunggulan yang unik dalam pertanian pangan sekaligus menghasilkan buah-buahan yang sangat bagus, menarik dan bisa menghasilkan kunjungan wisata pada saat musim panen. Disamping itu, Desa yabg menghasilkan masukan gizi yang baik untuk penduduk, utamanya sebagai masukan yang baik untuk anak balita. Slah satunya adalah Pelem Ketangga Jiwo dan Jambu Dipo Nirmolo yang konon menjadi sangat terkenal di desanya.

Pada waktu mencari variasi buah-buahan Bagong menerima saran mencari bibit Mangga Dipa Nirmala  dan Jambu  yang konon memiliki rasa sangat enak itu mengesankan tingkatan yang bersifat elite dan bisa dijual dengan harga tinggi. Tingkatan yang sangat tinggi itu mengesanakan bahwa tanaman yang dikela mayarakatnya memang bermutu tinggi. Tatapi Bagong dan kawan-kawannya sudah mencari bibit jedua jenis buah itu  tidak pernah ketemu di pasaran di desanya.

Bagong kemudian mememinta pendapat dan petunjuk Semar dan Saudara-saudaranya tentang gagasan yang brilian itu dan dua jenis pohon yang bisa jadi daya tarik penduduk untuk berkunjung ke desanya. Kyai Semar memuji kepemimpinan Bagong yang memberi kesempatan anggotanya untuk maju dengan dukungan positif yang saling mendorong. Tidak dibuka kesempatan bersaing kecuali untuk penyjian yang mendorong kualitas unggul yang konsisten. Kyai Semar selanjutnya berkomentar bahwa dua jenis buah yang disebut Bagong adalah buah makanan sehari-hari para dewa di Kahyangan, tidak di dunia. Karena itu Semar berjanji akan meminta batuan Batoro Guru yang adik Semar.

Dasar Bagong yang ingin serba cepat, minta Semar menindak lanjuti permintaan Bagong kepada Bathoro Guru di Kahyangan. Semar segera mengambil sikap sedakep mnyilangkan tangan di dada, mengheningkan cipta, mengundang Bathoto Guru untuk datang ke tempat pertemuan anaknya Bagong di desanya. Dikiranya reakasi bathoto Guru sama, yaitu positif mendengar gagasan cemerlang anaknya Bagong tersebut. Reaksi Beliau biasa-biasa saja, malah mengeluh bahwa di dunia ini masih ada seseorang yang tidak bisa memberi hormat dan tidak bicara dengan bahasa kromo kepadanya, yaitu Ki Semar. Beliau merasa dilecehkan.

Terjadi perebatab yng tidak bermutu antara Semar mempertahankan permintaan Bagong dan Bethoro Guru yang gila hormat. Akhirnya Semar mengalah siap dibawa ke Kahyangan sebagai Bagong untuk mendapat hukuman dari Guru atas perbuatannya. Maka Semar, Gareng dan Petruk dibawa ke Kahyangan bersama Guru.

Dirumahnya setelah tamu2nya pulang, Bagong merasa kesepian dan selalu teringat pada mereka. Akhirnya Bagong putuskan dirinya melapor pada  Togog dan mBilung, kakak Semar tang sama-sama berasal dari kahyangan. Semua peristiwa diceritakan pada Togog agar dibantu siap tolong Semar. Togog terang-terangan tidak bisa bantu tetapi bisa rekayasa mengubah Bagong jadi Arjuna yang bebas keluar masuk kahyangan tanpa dicurigai.

Akhirnya sampailah Arjuna ke Kahyangan, menghadap Bathara Guru dan mendapat keterangan tentang Kyai Semar dan  dua Saudaranya. Arjuna mengamuk dan Bathara Guru lari ke Amarta melapor kepada keluarga Pandawa. Sementara Bhatara Guru ke Amarta,  Arjuna membebaskan Jyai Semar dan dua anaknya dari tepi Danau Maut di Kahyangan. Setelah perundingan Raja Amarta, Bathara Kresna dan keluarga Pandawa ikut Bathara Guru ke Kahyangan membuktikan bahwa ada Arjuna lain yang sedang mengamuk menikmat singgasana Bethara Guru dengan santai,

Dalam pertemuan berama leitudian diketui bahwa Arjuna yang berasal dari Bagong didukung Pukullun Dewa Asih Prana yang menegaskan kepada Bathara Guru dan memberi buah nangga dan jambu kepada Bagong untuk tumbal pembangunan di desanya, Arjiuna tidak perlu marah karena kembarannya berbuat baik kepada masyarakat luas.

Haryono SuyonoComment