Menjelang Perang Baratayuda
Setelah utasan pertama dan kedua, pihak Pandawa kepada pihak Korawa mengalami kegagalan, maka pihak Pandawa menggelar pertemuan lebih lengkap tingkat tinggi dengan para sesepuhnya dipimpin Raja Malwapati diadakan dengan mengundang para sesepuh lebih lengkap. Kepada para sesepuh kerabat kaum Pandawa Raja Salyo memberikan latar belakang hasil pertemuan terdahulu serta langkah-langkah tindak lanjutnya., Pertemuan itu dihadiri oleh keluarga Pandawa lengkap, Raja Dwarawati Prabu Kresna, para punolkawan dan sesepuh lainnya.
Raja Salyo adalah seorang raja yang disegani, besar pengaruhnya dan memiliki kesaktian yang dikenal oleh musuh-musuhnya. Setelah pertemuan itu usai,terbetikk berta bahwa Astina menunjuk Begawan Durno sebagai p Durno Panglima perang melalui suasana panas seiring sikap dan tingkah laku ara elite politik yang tidak lompak dam memberi kesan jalan sendiri-sendiri. Penunjukan sesepuh ini sekaligus suatu tindakan nyata bahwa para sesepuh dalam setiap pertemuan tidak bicara ngawur dalam menilai hasil lapangan. Raja dengan seksama melihat persiapan panglima yang baru serta secara sungguh-sungguh memberi petunjuk yang diperlukan untuk memenangkan perang dan menyatakan agar targetnya tidak muluk-muluk tetapi secara nyata membawa hasil yang positif.
Tampilnya pemipin senior ini membawa dampak positif untuk pasukan Astina dan mitra kerjanya di lapangan karena ditambah pasukan tinggalan Ratu Pasukan Jin yang ditinggal mati induknya. Pasukan ini membantu tanpa kelihatan mata dan membunuh serta makan bangkai musuh-musuhnya. Dengan gelar pasukan yanga makin rapi, pasukan ini menyusup ke kubu musuh sangat nggegirisi.
Sementara dialog antar keluarga Pandawa terasa tidak kompak, seakan permintaan Astina dikembalikan tidak sungguh-sungguh. Raja Judistira tidak banyak bisa berbuat apabila tidak disekati oleh Raja Astina, sehingga permintaan perunding tidak membawa tekanan politik yang berarti. Raja Yudistira bahkan berkata kalau tidak ikhlas ya sudah mengalah saja. Suasana ini membuat jengkel Raja Kresna, dan dua putra Pandowo Bima dan Janaka. Raja Dworowati ngambek pada Werkudara yang menyerah tidak mau membantu lagi. Werkudara marah mengungkit sikap dan tingkah laku Burisrawa yang menggoda Ibu Kunti pada pesta di Astona yang kelewat batas dibiarkan oleh Korawa sampai Dewi Kunti bersumpah akan meminum darah Burisrawa yang menggodanya pada saat Perang Besar Barata Yuda nanti. Bima -persilahkan Yudistira duduk nyaman saja dan Bima akan menyelesaikan pertempurannya sendiri. Arjuna sama jengkelnya melihat dan mendengar suasana diskusi dan sikap tidak kompak keluarga Pandowo yang disaksikannya. Srjuna akan tetap setia bersama Werkudara bertempur membela keadilan untuk seluruh keluarga Pandowo. Mendengar pembicaraan dan kaluhan terang-terangan dua adiknya itu akhirnya Yudistira menyerah tunduk pada konsensus adanya Perang tetapi yang jujur dan ksatria tidak bersiiat saling menipu.
Setelah pembiraraan yang dpimpin Pabu Salyo secara terbuka antar seluruh kerabat senior itu diputuskan Duta untuk misi ketiga ini diiserahkan kepada Pabu Kresna dengan pengawal Setyaki sebagai kusir merangkap sebagal pengawal pribadi tanpa pengerahan pasukan sama sekali. Di tengah perjalanan brtemu dengan para Dwa an selanjutnya diangkut bersama dalam lereta bersama menuju Kratton Astino sebagai saksi.