Bersahabat dengan Burung Gereja dan Kutilang

Beberapa bulan ini pertanian perkotaan di atap rumah kami di Jalan Perdatam yang kita rombak menjadi pusat pertanian perkotaan “Haryono Suyono Center” makin hari makin marak dengan kunjungan peminat. Hati kami juga berbunga-bunga gembira dan bangga karena bisa mempertontonkan inovasi baru dalam bidang pertaian dengan menanam diatas dak atap rumah dengan media tanam yang siap d[tanami sayur, buah-buahan dan pohon peseling lainnya. Waktu awal tanaman diatas atap itu mengundang para sahabat untuk brtkunjung sambil menikmati dan berminat meniru dengan mengikuti pelatihan di HS Center. Dosennya kami ambil dari IPB dan Universitas Trilogi yang memiliki ahli khusus bidang oertanian umum, bukan sekedar sayur dan tanaman cepat panen untuk melengkapi meja makan.

Keberhasilan di Jalan Pengadegan itu kita tularkan pada Kebun di Cinangka dan Loji dalam area yang lebih luas di Desa dan di Pegunungan. Perluasan di Desa belum berhasil membiayai tanamannya karena tidak murni tanaman tetapi ada lahan untuk kamping yang selama zaman Covid kegiatannya berhenti sama sekali. Yang di Kebun Loji setiap hari Kamis panen sayur yang dipasarkan dengan system on lone dan Warung khusus jualan hasil sayur Organik. Setiap panen tidak ada tersisa satu butir jagung untuk konsumsi senndiri kecuali sengaja disisakan karena ingin test apakah benar eunak atau tidak.

Rupanya popularitas Kebun tidak hanya untuk sesama manusia yang kita beritahu dan yakinkan bahwa sayur yang ditanam dengan sistem Organik memiliki keuntungan yang tinggi, bisa dipilih mengandung vitamin tinggi, masa tumbuh cepat dan hasilnya secara ekonomis menguntungkan. Teman-teman ahli Pertamiam dari berbagai Perguruan Tinggi belum seluruhnya mahir membedakan jenis sayur atau tanaman tersebut. Karena itu perlu diyakinkan agar makin paham sehingga bisa membangun lahan sayur yang menguntungkan petani, bukan hanya memperluas lahannya saja.

Sahabat saya Prof Susilo Arifin dari IPB yang halaman rumah beliau dijadikan Kebun atau Prof Ir Wayan, belum memberi tahu bahwa disamping pengunjung yang memuji tanaman yang bisa tumbuh di lahan yang di reka yasa itu, ada juga pengamat dari atas langit dan bawah tanah. Mula-mula mereka mengirim satu dua ekor burung kutilang dan burung gereja melihat-lihat apakah ada ditanam sayur yang langsung bisa di konsumsi. Begitu ada bayem coklat atau hijau, mereka catat dengan cermat musim tanam dan daunnya siap di konsumsi. Berikutnya dengan rombongan sepuluh duapuluh burung mereka datang lagi langsung melakukan pesta kebun. Sementara dibiarkan karena jumlahnya tidak mengganggu hasil panen. Tetapi karena rombongannya bertambah besar sehingga mas Rudi dan mas Fajar terpaksa beli jarring lembut untuk memisahkan sayur dan tamu yang lansung pesta kebun karena hanya menyisakan batang dekat tanah saja. Dua jenis burung itu mengatur kunjungannya segingga tidak ada tawuran sesame burung-burung tersebut. Dengan adanya jarring-jaring, banyak nurung keco;-kecil yang terkena jarring tetapi diepaskan karena burung yang kecil sekali tidak tega untuk menggorengnya. Rupanya dengan system jarring itu tidak perlu menggunakan peptisida burung-burung sebagian bear bisa dihalau.

Rupanya ada juga peminat dari dalam tanah yaitu semut. Kedatangan semut ini juga bersifat seperti diatur, ada pasukan pengintai ada pasukan penyerang yang datang bergerombol langsung mengadakan pesta kebun. Pasukan semut ini sementara diatasi dengan menyiram paukan dengan air panas dan biasanya, pada waktu ini, semut2 tersebut masih tidak tahan air panas tersebut.

Bermacam godaan itu tidak datang pada waktu bersamaan, tetapi ada tenggang waktunya  sehingga kewaspadaan sebagai ‘petani kota’ tetap harus dipelihara. Ada kalanya burung dan semut sementara masih bisa diatasi tanpa bantuan bahan kimia sehingga tubuh yang mengkonsumsi tnaman bebas polusi masih tetap nomor satu sedunia.   Selanat menikmati hasil tanaman Organik yang behas polusi.

Haryono SuyonoComment