Menyatu Bersama Masyarakat Luas
Hari Rabu sejak pag para Dosen dan mahasiswa Sekolah Tinggi Kesehatan dan Kebidanan Mitra RIA Husada di Cibubur telah berkumpul di Aula Ruang Kuliah. Mereka akan mendengarkan Kuliah Umum Pembinanya Prof Dr Haryono Suyono tentang pengalaman bersama para bidan dan tenaga keshatan masyarakat berjuang membangun bangsa melalui berbagai program pembangunan yang pada umumnya berbasis dan mengikut sertakan masyarakat luas sebagai pelaksana yang terpercaya. Pendekatan itu ternyata berhasil dengan baik. Bahkan dalam program KB pendekatan tersebut telah berhasil mencapai target penurunan fertilitas yang ditetapkan pemerintah dan DPR sepuluh tahun lebih cepat. Karena itu Indonesia mendapat pengharhaan PBB berupa UN Population Awards pad tahun 1989 dan banyak negara berbondong belajar di Indonesia.
Kuliah Umum yang dihadiri oleh Ketua STIKES Dra Sri Danti Anwar MA sebagai Ketua, para wakil Ketua, Dosen, Tim Ahli Dr dr Andy julia Rifiana MKes, Dr Mulyono D prawiro SE, MM dan para mahasiswa itu berlangsung lancar diakhiri dengan pesan Pembicara mengutip ungkapan singkat Srevent Cavey tentang syarat utama yang harus dimiliki tiap mahasiswa untuk ikut terjun dalam pembangunan.
Kelima syarat itu merupakan komitmen setiap mahasiswa memperkuat lima kepercayaan utama, pertama percaya pada diri sendiri yang tinggi melalui menuntut ilmu seluas dan setinggi-tinggimya sehingga mampu menghadapi segala macam persoalan, kedua percaya peda teman sejawat sehingga hidup kita tidak terisolasi tetapi bisa menggalang kebersamaan bersama rekan sejawat, ketiga pervaya pada institusi yang memberi bekal dan kekuatan pada diri pribadi sebagai sumber referensi materi pembangunan yang tidak pernah kering, keempat percaya pada kekuatan masyarakat yang kita bangun sehingga timbul sinergi positip demi suksesnya upaya pembangunan dan akhirnya sanggup menumbuhkan umpan balik positif dari kerja sama yang sangat erat anatar kita dengan semua kekuatan pembangunan yang ada di dalam masyarakat luas.
Kelima kepercayaan itu perlu dibangun secara sistematis karena “Bersama kita kuat dan Bersama kita hebat” akan membuahkan hasil pembangunan positif yang menguntungkan masyarakat luas dengan penuh kebanggaan karena partisipasi yang luas.
Ceramah umum yang dimulai dengan mengulas peran 8000 bidan untuk membangun keluarga berenacana itu dimulai dengan pendekatan medis di tahun 1879 yang menghasilkan 50.000 akseptor KB selama kegiatan operasionnal satu tahun pertama, 100.000 akseptor pada tahun kedua dan sekitar jumlah itu pada tahun ketiga, suatu hasil yang bagus tetapi tidak akan pernah menurunkan tingkat kelahiran di Indonesia.
Pada khir tahun 1972 datang Dr Haryono Suyono yang baru lulus Doktor ahli Kependudukan yang menyatakan bahwa peserta KB yang harus diajak dalam prpgram minimal adalah 5.000.000 setiap tahun dan program harus digelar di seluruh Indonesia sampai ke [eposok desa.
Tentu saja management program terheran-heran karena mengajak 100.000 peserta KB saja sudah sulit apalagi sampai 5.000.000 peserta mustahil bisa tercapai. Karena itu management menantang Dr Haryono Suyono muda untuk memimpin Deputy bidang Penelitian dan Pengembangan yang dengan pembiayaan berbagai Lembaga Donor Internasional mencari dan mencoaba strategi pendekatan kemasyarakatan guna mendongkrak agar aseptor KB mencapai jumlah sekitar 5.000.000 setiap tahun.
Melalui kombinasi Komunikasi, Informasi dan Edukasi dengan petugas lapangan mengikuti langsung dengan program advokasi dari rumah kerumah dan pelayanan kontrsepsi diberikan hampir ada pada setiap kesempatan, para pimpinan management terkejut bahwa jumlah pederta KB meloncat melebihi 3.000.000 pasangan usia subur. Kegiatan penelitian yang luas itu di dengar dan diamati oleh Presiden RI Pak Harto sehingga Kepala BKKBN diperintahkan memindahkan Deputy Penelitian menjadi Deputi Operasional mengatur keterpaduan KIE dan pelayanan bidan secara efektif.
Pda kewsempatan itu, daerah Garapan program diperluas dari enam propnsi ditambah 11 propinsi yang memiliki potensi pasangan usia subur tinggi. Dengan partisipasi yang makin tinggi terasa sekali bahwa kebutuhan bidan untuk pelayanan kontrsepsi jauh dari mencukupi. Begitu juga kebutuhan tenaga ahli Kesehatan Masyarakat yang tidak terikat karena harus praktik dokter swasta pada sore hari menjadi terasa sangat kurang.
Sejak saat itu kebutuhan ahli Kesehatan masyarakat dan bidan menjadi “kancah perjuanagn baru” untuk menjamin suksesnya program disamping usaha mengajak sekitar 5.000.000 pasangan usia subur muda menjadi peserta KB. Perjuanagn ini dilakukan dengan menunjukan kepada publik antrian ibu-ibu yang menunggu giliran dipasang spiral atau sekedar diperiksa tekanan darahnya. Karean dilakukan secara terbuka maka kebutuhan bidan dan tenaga Kesehatan masyarakat itu mendapat perhatian yang tinggi karena semua gubernur dan bupati walikota bersama menjadi sahabat yang ikut prihatin melihat situasi antri yang panjang itu.
Bersama Unit Kesehatan Masyarakat UI kita bentuk puluhan Unit Kesehatan Masyarakat diberbagai Perguruan Tinggi. Melalui Inpres Bidan kita latih tenaga-tenaga bidan baru tang diikuti dengan tumbuhnya sejolah kebidanan di banyak tempat. Karena tempat dan kesempatan praktik yang kurang, terdapat beberapa sekolah bidan meluluskan calon bidannya tidak cukup praktik lapangan, sehingga disebut sebagai bidan pandangan mata. Maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bersama BKKBN mengadakan berbagai Gerakan perbaikan mutu bidan dengan bantuan Lembaga donor. Ada bidan Deima dan lainnya yang kemudian jumlah bidan dari 8000 melompat menjadi lebih dari 70.000 bidan sesuai jumlah desa di Indonesia. Tetapi sungguh susah memenuhi target agar setiap desa memiliki minimal seorang bidan.
Dengan infra struktur yang makin baik itu target 5.000.000 peserta KB setiap tahun bisa dilampaui dan akhirnya pada sekitar akhir tahun 1980-an, tepatnya tahun 1989 Indonesia bisa dikatakan mencapai keadaan fertiltas yang rendah, sehingga PBB memberikan Penghargaan UN Population Awards kepada Presiden RI.
Dengan diterimanya penghargaan PBB itu program KB memasuki era baru yaitu pembangunan keluarga sejahtera dengan memperbaiki nilai gizi keluarga, menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan memperbaiki mutu kualitas anak balita yang ada. Sampai sekarang program untuk itu sudah ada tetapi masih belum terfokus sehingga kalau makin focus maka indicator yang ada akan berubah dan perlu penyesuaian yang lebih sistematis. Karena itu para luluasan FKM dan Bidan dewasa ini masih memiliki perjuangan yang tinggi guna mencapai kualitas penduduk yang diharapkan. Karena itu diharapkan agar para mahasiswa mmakin gigih berjuang agar tidak kalah dengan negara lainnya. Semoga dan selamat berjuang.