Mengenang Dr Srihartati S Pandi MPH Yang Telah Dipanggil Tuhan
Setelah sekitar dua bulan kondisi kesehatan Ibu tercinta dr. Srihartati S Pandi, MPH turun naik, mula-mula terkena Covid-19, kemudian sembuh, ada ikutan penyakit lainnya, keluar masuk rumah sakit lagi, segar dan ceria seperti sedia kala. Kesempatan dalam keadaan sehat, digunakan Ibu Pandi melakukan Safari silaturahmi berkunjung secara fisik kepada para sahabatnya. Bahkan Ibu Pandi menyediakan waktu berkunjung ke rumah kami di Jalan Pengadegan Barat tanpa memberi kabar, sehingga pada waktu datang, beliau juga tidak mau menunggu di ruang tamu tetapi langsung masuk ke kamar tempat kami beristirahat. Kamar itu diatur seperti kamar RS lengkap dengan tabung Oksigen dan alat-alat medis lainnya. Ibu Pandi secara santai merasa nyaman ngobrol mengenang masa lalu dengan ceria di ruang seakan seperti ruang RS tersebut.
Ibu Pandi yang berusia lebih dari 90 tahun menganggap keluarga Prof Dr Haryono Suyono seperti keluarga sendiri sehingga beliau merasa bebas masuk dan bertemu tidak lagi sebagai tamu tetapi sebagai anggota keluarga. Sikap seperti itu oleh rekan-rekannya yang lebih muda atau jauh lebih muda dianggap sebagai sosok yang sangat rajin memelihara silaturahmi dengan mendatangi rumah rekan-rekannya atau tempat pertemuan alumni pensiunan pegawai yang semasa hidupnya bekerja sama di BKKBN sampai akhir tahun 2000. Bahkan sesudah itu beliau tetap dipercaya menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra RIA Husada Jakarta yang menghasilkan bidan dan Sarjana Kesehatan Masyarakat yang kini tersebar di seluruh Indonesia. Jabatan sebagai Dewan Penyantun dalam STIKes Mitra RIA Husada Jakarta itu tetap dipegangnya sampai kini.
Ibu Pandi yang semasa mudanya bekerja pada BKKBN sangat terkenal sebagai Kepala Biro Kontrasepsi yang menguasai jutaan alat kontrasepsi untuk konsumen peserta KB yang tersebar di seluruh pelosok desa di Indonesia. Sebagai seorang dokter di BKKBN hidupnya sangat dilematis untuk tunduk pada aturan medis yang sangat ketat dibanding banyak kelonggaran yang secara ilmiah diberikan BKKBN dan Gerakan KB Dunia yang sangat menghargai kemampuan masyarakat mengelola Gerakan KB yang berbasis masyarakat. Ibu Pandi biasa bertahan sesuai basis masyarakat yang dianut BKKBN, biarpun tidak murni berbasis kesehatan dengan aturan yang sangat ketat itu. Karena itu, Ibu Pandi termasuk ‘pasukan yang happy’ pada waktu BKKBN membantu program Gizi secara nasional yang penyelenggaraannya dilakukan Departemen Kesehatan. Lebih-lebih pada waktu BKKBN membantu program imunisasi nasional oleh Departemen Kesehatan yang berhasil seakan ‘hutang pada bantuan aparat Departemen Kesehatan terbayar lunas’.
Di kalangan internasional Ibu Pandi yang saat itu menjabat sebagai Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan BKKBN Pusat, beliau sangat terkenal karena merupakan otoritas penentu sangat penting yang memutuskan apakah suatu alat kontrasepsi bisa diterima di Indonesia atau tidak. Dalam posisi ini, Ibu Pandi yang bersuamikan Prof Dr Purnaman S Pandi, seorang dokter spesialis THT sangat dihargai di kalangan ilmuan medis di dalam maupun di dunia internasional.
Jenazah Ibu Pandi dimakamkan pada hari Minggu di Komplek Pemakaman Mewah di San Diego Hills di Karawang bersama suami yang mendahului beliau menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Selamat jalan Ibu Pandi yang sangat kami cintai, semoga Ibu dan Bapak Pandi diterima dengan baik oleh Tuhan yang Maha Kuasa dan segala kesalahan dan dosa diampuni, serta Ibu Bersama Bapak Pandi ditempatkan di sisiNya yang terhormat, Aamiin Ya Rabbal Alamin.