Peringatan Hari Lansia Internasional dan Perhatian pada Diabetes

Sejak beberapa tahun terakhir tanggal 1 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Internasional. Panti Wreda salah satu unit yang disediakan untuk penduduk lanjut usia yang didirikan atas Prakarsa Almarhumah Ibu Tien Soeharto yang kita kenal sangat memiliki perhatian yang sangat tinggi menggelar acara yang menarik. Cita-cita beliau adalah bahwa setiap daerah memiliki satu panti yang bisa memberi petunjuk dan pelayanan kepada keluarga lansia di daerah itu. Sekaligus sebagai contoh bagaimana memberdayakan keluarga lansia agar seluruh keluarga menjadi keluarga yang Bahagia dan sejahtera.

Untuk menyebar luaskan gagasan Almarhumah Ibu Tien Soeharto tersebut hari Kamis lalu Sasana Lansia RIA Pembangunan mengadakan Acara Webinar Nasional guna mengisi peringatan Hari Lansia Internasional. Disamping mengangkat tema tahun ini Webinar tersebut membahas penyakit diabetes yang banyak diderita penduduk lanjut usia.

Setelah Acara diantar oleh Pembawa Acara yang cerdas, Dr Nia Rahmiatun MKM, kemudian dilanjutkan dengan Sambutan Pembukaan olh Ketua Umum Dr. Sri Kusumo Amdani Sp A(K) MSc yang memberi semangat kepada para peserta untuk menghormati penduduk lanjut usia. Para peserta diharapkan memberi perhatian terhadap kenaikan presentasi penderita penyakit diabetes yang makijn usia lanjut  makin meningkat.

Setelah itu diberikan kesempatan kepada Pembina Prof Dr Haryono Suyono untuk mengantar Acara Webinar yang pertama ini. Secara bertahap beliau menjelaskan bahwa sejak program KB makin gencar di tahun 1970an, para ahli kependudukan dunia makin berani meramalkan dengan lebih akurat masa depan struktur dan jumlah penduduk dunia. Para ahli Kependudukan Dunia mengadakan berbagai pertemuan membahas berbagai alternatip pertumbuhan penduduk dunia. Salah satu pertemuan yang relative besar adalah pertemuan di Vuena. Pertemuan itu mangadopsi proyeksi penduduk dunia dimana sejak tahun 2020 jumlah penduduk lansia sedunia melebihi jumlah anak balita sedunia. Jumlah penduduk dunia mengalami peristiwa yang berbalik. Jumlah penduduk lanjut usia sedunia akan melebihi jumlah penduduk balitanya.  Padahal produksi balita terrus berlangsung, sedangkan untuk menjadi penduduk lansia harus berjuang agar tidak meninggal dunia pada usia muda agar jumlahnya tidak berkurang atau bertambah banyak.

Hasil Pertemuan di Viena, Vienna International Plan of Action on Ageing itu menjadi tonggak dan masuk berbgai Sidang Tehnis PBB. Hasil pertemuan itu disebar luaskan sehingga menghasilkan kesepakatan PBB yang mengadopsi keputusan VienA bukan lagi sebagai Keputusan World Assembly on Ageing tetapi sebagai ketetapam PBB yang berlaku si seluruh dunia.

Akhirnya pada akhir yahun 1990, pada Pertemuan Global PBB, keputusan Hari Lansia sedunia itu disyahkan sebagai Hari Lansia sedunia. Indonesia ikut memberi dukungan dengan Pertemuan di Istana Wakil Presiden RI yang atas prakarsa Yayasan Damandiri, yang semula akan dihadiri Presiden SBY, di laksanakan oleh Wakil Presiden RI, Prof. Dr Budiono dan melahirkan Organisasi Lansia Peduli pada masyarakat luas sampai saat ini.

Lebih lamjut perlu diperhatikan bahwa dalam tiga puluh tahun mendatang atau sekitar tahun 2050, jumlah penduduk lansia di seluruh dunia akan berlipat tiga kali mencapai jumlah sekitar 1,5 milyar, yaitu dalam tahun 2050 mendatang. Karena itu tidak tepat  kalau kita hanya membudayakan moto  “peduli lansia” tetapi perlu dikembangkan moto baru yang lebih dinamis yaitu “lansia peduli” kepada sesama anggota masysrakat luas yang belum menikmati hidup sejahterra dan panjang usia. Karena itu lansia yang memiliki banyak waktu dan pilihan tempat kerja yang lebih bebas perlu menggunakan technologi digital yang lebih bersahabat untuk mengembangkan jiwa peduli terhadap sesama anggota masyarakat luas, utamanya yang belum menikmati kesejahteraan dan hidup yang Bahagia. BKKBN sebagai Lembaga Kependudukan perlu mengambil pimpinan untuk pemerataan kualitas kehidupan keluarga yang makin sejahtera.

Para lansia bisa berbagi pengalaman dengan menggunakan alat-alat elektronil atau hape yang dimilikinya dengan menyapa anak cucunya dengan penuh kasih sayang disertai tranfer ilmu dfan pengalaman yang luas. Atau mempelajari ilmu baru dan mengolah serta memberi perkenalan ilmu dan praktek ilmu itu dalam kehidupan sehari hari. Kalau itu terjadi maka hubungan antar generasi tetap bisa dipertahankan sebagai hubungan antar generasi karena lansia peduli dan mampu menambah ilmu dan pengalaman mutakhir kepda generasi yang lebih muda.

Presentasi kedua disampaikan oleh dr. Lydia tan Sp PD, FINASIM, MARS, yang secara jelas menerangkan tentang perkembangan penyakit Diabetes. Penyampaian materi dokter Lydia sangat bagus serta sangat terperinci sehingga setiap peserta dengan mudah dapat mengikuti paparan tersebut. Kita berhrap dalam acara berikutnya dr. Lydia bis membahas bagaimana seseorang dapat mengundurkan mulainya muncul gejala diabetes tersebut pada keluarga yang memiliki pengalaman diabetes sehingga dibetes baru muncul pada usia yang sangat tua.

Beliau menggambarkan juga pada penderita diabetes yang tidak terkontrol yang bersangkutan terpaksa harus ,emjalani amputasi atau pemotongan bagian yang terlika agar ydak merembet ke bagian tubuh lainnya. Gambaran perkembangan itu tidak menakut nakuti tetapi penduduk lansia diharap tidakterrkejut kalua pada usia lanjut makin banyak penyakit yang muncul.

Acara Webinar yang berhasil ini perlu dilanjutkan dengan petunjuk sederhana praktis bagaimana penduduk lanjut usia bisa membahas cara mengerem atau memperlambat datangnya berbagai penyakit seperti diabetes, jantung dan lainnya sehingga masa tua tidak harus kawatir tetapi siap sedia “payung” sebelum hujan. Selamat berbahagia dan selamat Hari Lansia di seluruh dunia.

Haryono SuyonoComment