Berkumpul Anak dan Cucu di Kediaman Mas Sudibyo
Setelah perjalanan Nostalgia yang berhasil dari keluarga Alimoeso, Haryono dan Sutarto, hari Sabtu kemarin keluarga itu mengadakan “konsolifasi” dengan acara pijat refleksi di kediaman Mas Sudibyo, keluarga termuda dari jajaran mas Sutarto. Hadir keluarga mas Haryono, Ria Indrastuti, Fajar Wiyomo, isterinya Bubu dan anaknya terkecil Lola. Jajaran Mas Tarto lengkap dengan isterinya yang lansung datang dari Dinas di Yogyakarta, mas Bagio, mas Prapto, mbak Endang dengan suaminya, anak-anak mereka, ada yang kecil dan ada yang gendut sekali.
Biarpun sekarang sudah pensiun, pada waktu muda mas Sudibyo disekolahkan pada Akademi Ilmu Statistik AIS di Jakarta dan kemudian ditarik ke BKKBN pada jaman pak Haryono. Dalam lingkungan BKKBN di kirim ke Washington DC untuk mendapat gelar MA oada Universitas Washington. Sekembali di tanah air melanjutkan untuk Doktor pada dua Perguruan Tinggu, satu di Bandung dan satu di Jakarta sehingga Sudibyo mengantongi dua gelar Doktor di depan namanya. Kariernya di BKKBN sampai tingkat Sestama. Pada masa SBY menjabat Prresiden tidak sempat diangkat ke tingkat Kepala, mungkin SBY ingat bahwa Mas Sudibyo semasa mudanya “hanya tukang pijat” bagi SBY karena runah yang berdampingan di Pucangsewu.
Sudibyo dipilih sebagai “tuan rumah” untuk Pertemuan keluarga karena diantara sesama Saudara dianggap paling seniman dan berani tampil menyanyi ikuti karaoke. Karena itu dianggap memiliki simpanan lagu-lagu yang lebih lengkap disbanding Saudara yang lain.
Kita semua terkecoh karena system IT dewasa ini telah memungkinkan “Prof Google” memiliki catatan lengkap tidak saja berupa Ilmu Pengetahuan, tetapi juga lagu-lagu segala versi dari seriosa sampai ribuan lagu dangdut. Karena itu seiring kegiatan satu demi satu dipijat pak Dadang, ahli Refleksi, dan selalu terdengar berteriak kesakitan, karena sentuhan jari-jari pak Dadang, teriakan itu tidak terdengar karena ada nyanyian bersama lagu-lagu dangdut yang selalu dikoreksi oleh pak Dibyo yang nebgetahui lebih dulu bahwa koleksi lagu-lagu itu sudah terekam dengan system IT yang canggih.
Biarpun anak-anak muda, cucu-cucu kita telah ikut dalam rombongan hari Sabtu kemarin, tetapi hiburan nyanyi masih dikuasai oleh bapak ibunya yang “kasih unjuk” sesama satu generasi. Acara sungguh sangat meriah karena “lomba karaoke” itu berhadiah makan siang nasi soto yang dimasak system Pacitan dengan kacang dan Nasi Pecel mirip Pecel Pacitan yang pedas. Biarpun isteri mas Dibyo orang Jakarta, diperkirakan punya pembantu orang Pacitan.
Acara silaturahmi yang diantar dengan pijat refleksi, makan soto dan nasi pecel itu diisi dengan silaturahmi omong ngalor mgidul membahas persoalan yang tidak pernah ada ujungnya kecuali bahwa masing-masing menjadi saling terkejut karena yang dulu selalu “dilamarkn pak Haryono” sebagai sesepuh diantara Saudara, mewakili orang tua, dewasa ini anak-anak mereka sudah siap untuk segera menikah karena sudah mengantongi ijazah Sarjana dari berbagai Perguruan Tinggi. Atau sudah bekerja dengan gajih melebihi gajih orang tua merka. Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri bahwa di Negara RI tercinta ini terdapat kesempatan kemajuan bagi yang tekadnya tinggi untuk maju.