Mas Teguh jadi Instruktur di Desanya

Selama satu minggu mas Teguh yang sehari-hari di Jakarta bertindak sebagai asisten Mas Fajar Wiryono dan mas Rudy Lubis dari Yayasan Kencana Buana untuk Kebun Sayur di HSC Jakarta dan Kebun Nenek di Loji berubah jadi pahlawan di desanya. Setiap hari Kamis mas Teguh melakukan panen sayur di Loji dan menunjukkan kepada petani di Loji sayur apa yang sedang “in” sehingga sayur produk kebun ibu Astuty yang melimpah mudah diserap pasar yang tersedia. Tidak jarang karena pengalamannya membantu mas Fajar dan mas Rudy melakukan dan melayani pelatihan, mas Teguh menjadi tenaga ahli yang bisa memberi ”nasehat” kepada tukang kebun di lapangan.

Setelah mengantar rombongan keluarga ke Pacitan, mas Teguh teringat isteri dan anaknya di Desa Selapajang, Kecamatan mBalado di Kabupaten Batang . Dia minta ijin untuk pulang kampung menengok isteri dan anak satu-satunya yang baru berusia tiga tahun.

Ijin diberikan, maka berangkatlah mas Tegus dengan Travel langsung ke Kampung halamannya. Isteri dan anaknya menyambut kedatangan Bapaknya senang bukan main dan dengan manja menempel tidak mau lepas. Padahal ibunya juga kangen pengin dipeluk bintang hatinya seperti pemain Sinetron dari Korea. Dua “kekasih” yang berebut tersenut membuat hati mas Teguh berbunga-bunga merasa happy dicintai isteri dan anak perempuan semata wayang, Maka ketiganya kompromi menyatu dalam pelukan dengan mesra seakan tidak boleh pisah lagi Kembali bekerja di Jakarta.

Keluarga muda itu dalam bisik-bisik di tempat tidur setalah aanaknya puas dipeluk dan tidur nyenyak, timbul gagasan bahwa isterinya bisa ikut urbanisasi bekerja di Jakarta sambal momong anaknya. Kalau kangen pada Bapaknya bisa meluncur ke Perdatam dimana Bapaknya bekerja di Kebun sehingga cinta kasih untuk seluruh keluarga bisa secara langsung dipenuhi. Setelah keputusan itu bulat, lamgsung dibahas dengan orang tua kedua pihak untuk mendapat persetujuan. Orang tua yang pernah muda juga sepakat bahwa isteri dan anaknya ikut ke Jakarta. Segala nasehat ditumpahkan agar pasangan muda itu tetap akur dan Bahagia di rantau yang penuh godaan. Drama pasangan muda mulai bergulir. Pasangan ini pamit pada para sahabat yang umumnya memberi dukungan perjuangan baru pasangan muda tersebut.

Mas Teguh yang mulai hidup praktis dan efisien tidak mau keliling kampung untuk pamitan pada teman-temannya. Dengan persetujuan isteri dan orang tuanya tenan-teman mas Teguh diundang silaturahmi ke kediaman mas Teguh. Acaranya silaturahmi dan omong-omong pengalaman beberapa bulan ikut kegiatan Yayasan selama beberapa bulan yang sangat padat, termasuk Peresmian Pusat Pemberdayaan Keluarga Siti Padmirah di Pacitan.

Sungguh membesarkan hati, tidak kurang empatpuluh lima pemuda pemudi sebaya hadir pada pertemuan tersebut. Rupaya kerajinan mas Teguh mengirim postingan nersama Yayasannya mas Fajar tentang aktifitas di lapangan menarik perhatian teman-temannya. Dengan hati berbunga bunga dan percaya diri mas Teguh menawarkan kepada teman-temannya untuk berkebun di halaman rumah. Langsung mas Teguh berubah jadi instruktur seperti layaknya mas Fajar dan mas Rudi menghadapi para siswa di Jakarta.

Dengan mengingatkan teman-temannya agar mulai dengan yang mudah sebelum menanam sayur yang sukar tumbuh, mas Teguh mengajar tata Kelola tanah system Organik tanpa pupuk kimia. Setelah tanah diolah dengan sabar agar siap tanam, sekaligus dicintai seakan isteri dan anak sendiri, dengan harapan membalas cinta dengan kesuburan yang memberi hasil positif, sehingga  tanahnya subur dan sayurnya hijau enak dimakan.

Sungguh di kuar dugaan bahwa dalam waktu singkat teman-temannya telah siap memenuhi pasar, menanam tidak dalam waktu yang sama agar setiap hari bisa melayani “pemungut sayur” yang datang tengah malam untuk panen agar bisa sampai di pasar pada waktu subuh, dimana keluarga mulai belanja untuk masak pada pagi harinya. Para pemuda segera mengtahui waktu panen dan melayani para pembelinya. Tidak mustahil bahwa segera terbentuk koperasi untuk keseragaman harga dan pemeliharaan kualitas yang tinggi sayur yang dihasilkan.

Akibatnya mas Teguh dituntut menjadi Ketua kelm[ok yang dengan sopan ditolak, karena harus Kembali ke Jakarta melanjutkan cita-cita belajar lebih banyak agar bisa berbagi dengan lebih banyak masyarakat luas lainnya. Semoga semangat berbagi mas Teguh menjadi kenyataan yang teguh kalua kita bersatu desa asal mas Teguh bisa berubah menhadi desa penghasil sayur Organik di Jawa tengah yang subur dengan hasil yang kontinue tidak pernah putus karena diatur dengan system bergilir yang mapan tidak saling berrebut untuk menjaga stabilitas supply. Selamat mas Teguh dengan karya nyatanya di Desa.

Haryono SuyonoComment