Mengenal Program PAUD Nenek Astuty di Loji

Prof. Dr. Haryono Suyono

paudl1.jpg

Rencaca semula bersama Mas Rudi Lubis, dr. Rina Mardiana, pak Keling dan Bibit, kita pagi-pagi menuju Loji untuk berjemur dan panen aneka macam sayur di Loji nenek Astuty. Kami sungguh kaget, PPKM belum berakhir tetapi perjalanan melalui jalan Tol menuju arah Bogor sudah padat dan “relatif merangkak” seakan larangan keluar rumah sudah dicabut.

 Setelah sampai di Loji, kami bertemu dengan dua orang guru PAUD yang mengajar pada PAUD Nenek Astuty. Bincang-bincang diketahui bahwa jumlah siswa PAUD ada 16 anak yang rajin datang sesuai aturan selama musim Pandemi Covid-19. Ada dua pengasuh PAUD yaitu Ibu Zubaidah dan Ibu Siti Aminah. Kedua ibu itu ternyata kakak beradik sehingga secara rajin keduanya saling isi mengisi seakan seperti momong anak-anaknya sendiri. Ibu Zubaidah suaminya bekerja di Kebun menjadi Sesepuh Kebun yang menghasilkan bermacam sayur dan buah yang hampir setiap minggu di petik oleh mas Rudi dan mbak Rina.

paudl2.jpg

 Anak-anak itu mendapat pelajaran secara teratur termasuk kalau perlu ditambah sekali-kali dengan makanan tambahan bergizi sebagai stimulan agar orang tuanya mengikuti kebiasaan makan dengan masukan gizi tinggi. Bersama adiknya, kalau punya adik, maka anak-anak itu di bawa ke Posyandu untuk ditimbang dan mendapat masukan dari bidan yang ada di Posyandu. Posyandu ini dipimpin oleh Ibu bidan dan PLKB secara terpadu dan memiliki beberapa anggota staf Posyandu yang rajin seperti Ibu Bidan Ayu dari desa Pasir Jaya untuk posyandu Cryssan, dan para Ibu yang rajin seperti Ibu Nanni, Ibu Mul, Ibu Santi, Ibu Etis dan Ibu Ida. Para ibu itu menangani masin-masing “meja” yang ada pada setiap Posyandu.

paudl3.jpg

Dalam bincang-bincang itu timbul gagasan untuk mengajak para orang tua anak-anak balita bersama anak-anaknya mengadakan Lomba Kebun Bergizi di halaman rumah masing-masing. Ibunya menjadi komandan di lapangan dimulai dengan kebiasaan memungut sampah daun yang berserakan di halaman. Dicacah seperlunya. Ibunya memungut sampah sayur dan lainnya dari dapur, diaduk ulang dan dijadikan pupuk. Kalau perlu ada perkenalan yang diadakan di PAUD bagaimana membuat pupuk Organik yang biasa dilakukan oleh suami Ibu PAUD yang pekerjaannya sehari hari memelihara Kebun Nenek. Setelah pelatihan maka ibu-ibu dari siswa PAUD praktik di rumah dan hasilnya di periksa dan dibandingkan bersama di halaman Loji Nenek dan diberikan petunjuk praktis, sederhana agar pupuk buatan ibu-ibu dan anak balita itu layak untuk memberi pupuk lahan di halaman masing-masing. Setelah mahir membuat pupuk, maka ibu-ibu bersama dukungan bapaknya, atau anaknya yang lebih besar menggarap tanah di sekitar halaman rumah untuk layak menjadi media tanam. Kemudian setelah dicangkul atau diaduk dengan baik, diberikan pupuk yang telah tersedia dari hasil yang dilakukan oleh masing-masing ibu yang praktik membuat pupuk tersebut. Tanahnya siap untuk mulai disemai dengan bibit sayur. Untuk lomba antar ibu-ibu pertama kali bibit bisa disediakan olah Yayasan Anugerah.

paudl4.jpg

Kalau tumbuh dengan baik, hasilnya bisa di panen bersamaan dengan panen yang dilakukan di Kebun Nenek sehingga hasilnya yang lebih untuk konsumsi sendiri bisa dijual melalui Yayasan Anugerah untuk dibawa ke Jakarta dan dijual oleh Ibu dr. Rina. Lama-kelamaan para ibu akan mahir dan bisa juga diikuti oleh ibu lain yang tidak punya anak pada PAUD, sehingga akhirnya Desa tersebut bisa jadi penghasil sayur yang ditanam melalui sistem Organik. Sayur bisa dijual di pasar atau tetap dititipkan pada penjualan oleh Yayasan melalui Ibu dr. Rina. Semoga uji coba ini memperluas jangkauan di Desa berkembang menjadi Desa yang maju dan penghasil sayur yang membuat masyarakatnya makin sejahtera.

Haryono SuyonoComment