Panen Sayur bersama Keluarga Petani tekun
Bersama mas Rudi Lubis dan dr. Rina kami panen bermacam sayur bersama suami istri yang tekun memelihara sayur dari persemaian sebagai anak balita sampai dewasa dan siap dipetik. Seperti manusia sayur ada yang suka berendam dalam air dan menyajikan daunnya untuk dipetik dan enak dimakan. Ada yang suka menunjam tanah yang kelihatannya kotor dan keras tetapi menghasilkan buah yang beraneka warna, ada yang jingga ada juga yang putih seakan keturunan kulit putih yang biarpun bergelut tanah tetap tidak terpengaruh, menyajikan warna putih yang bersih.
Bergelut dengan bidang pertanian memang menarik perhatian, apalagi kalau sempat mengadakan dialog secara teratur. Tanaman, sayur dan lainnya, akan memberikan respons yang menarik dan membalas kasih sayang kita. Lebih dari itu, barangkali tumbuhan sayur itu suka disiarkan melalui jaring sosial karena setiap kali kita datang ada saja sudut-sudut indah yang diperlihatkan untuk diambil gambar sebagai bagian dari cerita menarik untuk disajikan.
Pada panen kali ini ada beberapa jagung yang buahnya sudah cukup besar dipetik semata hanya untuk konsumsi sendiri. Minggu depan hamparan jagung itu akan siap petik dalam jumlah besar. Kita berdoa tidak ada angin puyuh lagi yang mengganggu jagung yang hampir siap panen tersebut. Itulah barangkali doa setiap petani kalau melihat tanamannya sedang berkembang sangat menarik. Berjalan di antara sela-sela pohon jagung sungguh sangat indah seakan kita berada dalam kerumunan bersama ibu-ibu muda calon peserta KB tatkala di masa lalu sedang kampanye KB bersama ibu-ibu yang polos dan mendengar tentang KB tidak tertarik pada mekanisme sel mani yang masuk dalam rahim bertemu dan bercinta dengan sel telur. Tetapi kagum pada para pemimpin di hadapan ribuan ibu-ibu yang secara “guyon yang menarik melalui bahasa sederhana” mengajak bersatu untuk masa depan anak mereka tercinta.
Begitu juga ibu-ibu muda yang tidak tahu ilmu gizi dan mendengar cerita dan melihat tetangganya ikut KB, biarpun anak mereka kurang gizi, nekat juga ingin ikut KB tidak berusaha sungguh-sungguh memelihara anaknya agar sehat dulu. Akhirnya dengan sabar Petugas Lapangan KB bersama bidan meyakinkan agar anak dipelihara dengan masukan makanan bergizi. Di Posyandu dipamerkan makanan bergizi untuk dengan mudah ditiru di dapur masing-masing. Rupanya memasak makanan tidak diajarkan dalam lingkungan keluarga sehingga pilihan jenis sayur pada setiap pameran Posyandu menarik untuk ibu-ibu muda. Suami yang semula memandang rendah pada Posyandu makin tertarik karena Posyandu lebih “membawa kenikmatan” kepada suami yang sejak istri ikut KB “tidak kaku dan selalu siap bercinta”, kebutuhan suami yang semula “sering ditolak” secara tidak langsung oleh istri yang takut hamil karena melayani suami.
Peserta KB dalam gerakan UPGK, Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, mulai kenal gizi untuk hidup sehat, sebagai kebiasaan baru minum Pil atau memakai Spiral yang makin populer diantara para ibu, tetapi juga makin kenal pada berbagai jenis sayur yang mengandung vitamin dan nilai gizi tinggi. Mereka kenal kembali ungkapan sederhana “empat sehat lima sempurna” yang diringkaskan oleh sesepuh ahli gizi dalam bahasa sederhana. Oleh ibu-ibu PKK diperkenalkan secara gegap gempita sehingga mulai tahun 1990-an berita media masa yang satu tahun sebelumnya selalu penuh kritik pada pemerintah bahwa anak-anak kurang gizi dan banyak yang tidak tumbuh sehat, hilang dari pemberitaan. Akhirnya tidak dikenal kasus stunting.
Sayang pada tahun 2000, karena kalah populer dengan program politik, para aktivis UPGK kendor dan setelah lima belas tahun, pada tahun 2015, “tidak dipetrhatikan”, kasus kurang gizi merebak kembali dan kasus stunting sebagai puncaknya muncul dengan jumlah yang mengejutkan. Semoga dihidupkan kembali Program UPGK disertai gerakan “Kebun Bergizi”, berupa tanaman aneka sayur, pemeliharaan kolam ikan, pemeliharaan ayam dan pohon buah yang bergizi tinggi pada setiap halaman rumah penduduk. Masukan gizi pada anak-anak dan ibu hamil harus mendapat perhatian tinggi agar tidak ada lagi anak kurang gizi dan anak-anak tumbuh cerdas siap membangun bangsa yang maju di masa depan.