Selamat Ulang Tahun Nenek Astuty di Sorga
Hari ini Jum’at 3 September, Nenek, Ibu, istri dan kekasih kami Astuty HS andaikan masih hidup akan ulang tahun ke 77, suatu usia yang tidak sempat dijalaninya karena pada Hari Ulang tahun yang lalu beliau dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Pagi ini juga kami bersama anak-anak, Ria, Triadi, Fajar, Rina dan Rudi melakukan ziarah ke Makam beliau di Kali Bata. Kami merasa terharu bahwa sejak beliau menghuni makamnya telah banyak di sekitar beliau para sahabat, termasuk Pak Harmoko yang ibu dan anak-anaknya datang juga berziarah ke makam beliau, yang menyusul. Ada banyak para Mantan Menteri, para Jendral dan sahabat sehari-hari yang biasa bergaul dalam kegiatann pembangunan, Dharma Wanita dan Organisasi masyarakat lain berjejer secara rapi di Makam yang terhormat tersebut.
Kami datang medoakan almarhumah, mengucapkan selamat ulang tahun dan kami berdoa kiranya alamrhumah tenang bersama para sahabat yang ditempatkan di sisi Nya yang terbaik karena ketaatannya beragama dan jasa-jasanya kepada pembangunan Nusa dan Bangsanya. Kami terharu bahwa almarhumah yang tidak kenal siang atau malam menikmati sebagai istri pejabat ternyata tugasnya tidak ringan. Sungguh suatu kebetulan bahwa selama mendampingi kami di Universitas Chicago, idsteri yang asli Betawi, dikira “orang Jawa” karena kami “orang Jawa” sehingga oleh seorang Guru Besar Bahasa Jawa asal Perancis langsung diaajak membantu sebagai “asisten karena dianggap orang asli” untuk membacakan “contoh percakapan” bagi para mahasiawa. Akibatnya setiap malam Asisten Astuty belajar membaca percakapan pendek dalam bahasa Jawa kromo yang paginya harus di pertontonkan dengan tepat kepada mahasiwa yang menyimak dengan tekun.
“Sinten niku”, “kulo”, “Kulo sinten” dan seterusnya, sampai akhirnya para mahasiswa segera tahu bertegur sangat sopan kepada tuan rumah yang didatanginya sebagai tamu. Suatu pelajaran praktis yang sekaligus mengajarkan tata krama kepada mahasiswa yang belajar bahasa dengan cepat. Setelah lulus sebagai Asisten Percobaan di Chicago, maka Dosen yang pindah mengajar pada Universita Illinois di Champaign Urbana mengajak Ibu Astuty yang makin mahir berbahasa Jawa kromo itu sebagai asisten dosen dengan tingkatan yang lebih tinggi. Honornya berlipat karena dianggap “sudah berpengalaman”. Suatu keuntungan bahwa selama ini Ibu Astuty sebagai istri orang Jawa telah belajar Bahasa Jawa ngoko, sehingga makin diperdalam bersama mahasiswa Amerika belajar Bahasa Jawa kromo. Akibatnya sekembali di Jakarta, langsung dipraktekkan kepada Ibu Mertua dalam Bahasa Jawa kromo. Membuat Ibu Mertuanya terkagum dan tambah cinta kepada mantunya gadis Betawi yang makin mengerti tata krama, bukan lagi seperti tokoh wayang Werkudara yang tidak bisa kromo dan selalu menyapa dalam “Bahasa Jawa ngoko”.
Pengalaman Ibu sebagai Asisten Dosen itu menguntungkan karena para mahasiswa yang lulus Doktor Ilmu Politik atau Doktor Ilmu Ekonomi ada beberapa yang bekerja di Indonesia sebagai asisten Expert dan lama-lama sebagai tenaga ahli Politik dan Ekonomi di Indonesia. Kebetulan kami juga menanjak sebagai Kepala Lembaga dan Menteri sehingga memperluas pergaulan dan “nilai tambah” kami sebagai keluaran Amerika yang bergaul dengan tenaga ahli dari Amerika dan kenal baik serta saling ketawa sewaktu belajar menyapa dalam bahasa Jawa. Ibu nAstuty makin pandai bergaul melebihi kelincahannya sebagai anak Betawi dari Kampung Melayu.
Karena itu dalam lingkungan masyarakat Betawi Ibu Astuty “naik daun” langsung masuk dalam jajaran sesepuh, biarpun masih muda serta menduduki posisi Organisatoris yang terhormat dengan kegiatan aneka ragam yang bervariasi. Kegiatan tersebut menambah beban kegiatan beliau dalam lingkungan Organisasi ibu-ibu di Kantor BKKBN, kemudian di Kantor Sekretariat Negara dan akhirnya dalam lingkungan Dharma Wanita secara Nasional. Karena setiap ibu di pesan agar mensukseskan KB, maka Ibu Astuty menjadi penghubung anatara BKKBN dengan Dharma Wanita. Kegiatan Ibu-ibu Dharma Wanita yang gencar ditambah kegiatan ibu-ibu PKK di berbagai daerah, maka lama-kelamaan kegiatan Ibu Astuty dalam KB juga makin menonjol. Berbagai kegiatan itu mengantar Ibu Astuty Haryono mendapatkan Penghargaan Bintang Maha Putera Utama dari Presiden RI. Dan berkat penghargaan tersebut Ibu Haryono diberi kehormatan dimakamkan secara militer pada Makam Pahlawan Kali Bata. Selamat Ulang Tahun Ibu Astuty Haryono, semoga Istri tercinta Almarhumah Ibu Astuty tenang bertda di sisi Nya. Kami semua mencintai nenek. Aamiin YRA.