Akseptor KB usia Muda mengurangi Risiko Kurang Gizi dan Stunting
Suatu strategi rangkap yang dilaksanakan BKKBN bersama Departemen Kesehatan pada akhir tahun 1970 dan lebih-lebih mulai awal 1980 adalah strategi terpadu pengembangan upaya peningkatan masukan gizi pada keluarga dan mengusahakan agar peserta KB lebih banyak terdiri dari pasangan usia muda. Untuk melaksanakan strategi pertama BKKBN bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan seluruh jajaran pendukung dari berbagai komponen memperluas program UPGK dari beberapa Desa diperluas sebagai penanganan UPGK pada 15.000 Desa utamanya melalui Pos Akseptor KB yang telah terbentuk di desa-desa dan memanfaatkan bidan yang menyelenggarakan pelayanan KB untuk pembinaan akseptor.
Mulai tahun 1983 Pos KB itu disempurnakan menjadi Posyandu melalaui penanda tanganan kerja sama antara BKKBN dengan Departemen Kesehatan. Pada saat yang sama program UPGK yang dikelola BKKBN bersama Departemen Kesehatan diperluas ke 30.000 Desa bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri, khususnya Tim Penggerak PKK serta dukungan UNICEF di Jakarta.
Melalaui kerja sama tersebut maka keluarga muda yang hamil dan memiliki anak batita dan anak balita berduyun-duyun datang ke Posyandu guna mendapatkan pelayanan ibu hamil, anak batita dan anak balita serta informasi KB. Maka BKKBN menganjurkan kepada seluruh jajarannya agar pilihan untuk mengajak pasangan usia subur ber-KB lebih diarahkan pada pasangan usia subur muda termasuk mereka yang baru menikah dalam rangka persiapan ibu sehat baru mengandung. Strategi ini berhasil sehingga terjadi pengaturan kehamilan dan bahkan pengaturan jarak kehamilan bahwa “sebuah pasangan usia subur dianjurkan hanya memiliki seorang anak balita” dalam keluarganya, menjadi pedoman untuk “menjarangkan kehamilan dan kelahiran” dari setiap keluarga. Moto ini kemudian berubah menjadi petunjuk operasional yang ampuh demi kesehatan ibu dan anak. Akhirnya menjadi pedoman bagi BKKBN bahwa kesertaan dalam KB pada usia muda memberi jaminan gizi yang cekup bagi ibu hamil dan anak balitanya.
Pada berbagai kegiatan Safari KB yang diadakan untuk akselerasi mulai tahun 1994 pedoman utamanya adalah ajak pasangan muda untuk ikut KB dengan kontrasepsi pilihan pada peserta, tidak perlu IUD atau implan atau alat lain yang dianggap paling hebat. Intinya adalah bahwa sekali menjadi akseptor KB maka yang bersangkutan akan perlu ikut pembinaan dan dengan kesadaran bisa ganti cara yang lebih baik melalui fasilitas yang tersedia di mana saja. Akseptor muda bisa belum mempunyai anak, punya anak satu atau punya anak dua, sehingga mereka memiliki tingkat TFR rendah. Tatkala gerakan ini menjadi “kebijakan nasional” maka dalam waktu singkat angka fertilitas nasional turun drastis dan kita usulkan kepada Presiden RI agar target tahun 2.000 penurunan fertilitas menjadi 50 persen pada tahun 2.000 dipercepat turun pada tahun 1990. Beliau sepakat dan ternyata pada tahun 1989 sudah tercapai sehingga Indonesia mendapatkan Penghargaan UN Population Awards dari PBB.
Pada saat yang sama dari bidang kesehatan kualitas keluarga bertambah baik. Angka kurang gizi merosot tajam. Angka stunting pada akhir tahun 1990 lenyap dari caci maki pers karena sangat menurun. Sayang pada akhir tahun 1990 atau awal tahun 2000 perhatian pemerintah berubah ke bidang politik sehingga program-program tersebut terhenti sebelum kokoh menjadi budaya baru.
Mulai tahun 2015 Presiden Jokowi terkejut karena semua indikator Kependudukan dan Kesehatan stagnan. TFR program KB sejak tahun 2000 TFR stagnan pada angka 2,6 anak, program gizi berantakan karena perlu pembinaan melalaui Posyandu yang rajin terus menerus, angka gizi buruk melejit bahkan sampai terjadi stunting yang kasat mata karena sangat menonjol pada masyarakat luas dan angka kematian ibu hamil melonjak tajam melebihi angka-angka yang sempat menurun tajam sebelum akhir tahun 2000.
Dewasa ini muncul tokoh mantan Bupati Kulon Progo yang dipercaya sebagai Kepala BKKBN yang memberi harapan. Setelah bertugas segera dibebani tanggung jawab memimpin koordinasi penanganan stunting dan kurang gizi. Untuk mempertahankan fertilitas belilitas beliau beruntung karena makin banyak ibu-ibu memiliki pendidikan tinggi dan bekerja. Kepada beliau kami anjurkan agar tetap dibina dan dicari calon peserta KB keluarga muda dengan pembinaan yang intensip agar kelangsungannya bertahan lestari. Sekaligus di anjurkan masukan gizi tinggi dengan mengembangkan Kebun Bergizi di halaman rumah bagi setiap keluarga. Bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membudayakan gizi di sekolah dan pada halaman rumah-rumah keluarga agar mengurangi pergi ke pasar dan memperkuat masukan gizi pada seluruh anggota keluarga. Utamanya keluarga miskin, keluarga yang ada anggotanya hamil dan memiliki anak balita.
Karena selalu memperhatikan keluarga muda untuk gizinya, maka keluarga muda sekaligus dijadikan sasaran utama agar ikut KB secara lestari dengan kontrasepsi pilihannya. Penggunaan kontrasepsi mantab tidak perlu menjadi sasaran utama karena akan dipilih secara langsung oleh keluarga yang makin yakin akan manfaat KB. Kesertaan KB bagi keluarga muda ini akan sangat manjur sebagai upaya meningkatkan masukan gizi sehingga pasangan usia muda harus siap hamil tatkala nilai gizi dalam tubuhnya siap untuk hamil dan melahirkan. Tidak itu saja, ibu yang memiliki nilai gizi yang cukup akan sanggup memberi air susu kepada anak batitanya agar tumbuh dengan baik dan tidak terkena stunting. Suatu strategi rangkap yang sekali pukul bisa menyelesaikan tugas maha besar yang dihadapi.
Lebih dari itu perlu digunakan dengan disiplin tinggi penggunaan Peta Keluarga yang telah terbukti sangat ampuh digunakan untuk menyasar keluarga muda dalam upaya mempercepat mengajak keluarga muda sebagai peserta KB, upaya pengembangan gizi keluarga dan upaya pengentasan kemiskinan yang berhasil di masa lalu. Peta Keluarga yang di Kabupaten Madiun berhasil di tranfer ke hanphone oleh mantan Kepala PPKBPPPA Ibu Dra Siti Zubaidah MH mudah-mudahan diteruskan penggantinya Bapak Drs. Suryanto yang menurut informasi konon sama gesitnya dibanding Kepala lama yang kami beri gelar Srikandi upaya KB dan pengentasan Kemiskinan. Semoga