Bersama Ibu Maya menyapa Rakyat di Kebun Sayur di Wonosobo

smr1.jpg

Dalam suasana pandemi Covid-19 yang tidak kunjung berakhir, bahkan Presiden Jokowi memperpanjang PPKM sampai tanggal 9 Agustus nanti, kami ajak Saudara sekalian mengadakan kunjungan simpati kepada para ibu petani sayur di daerah Wonosobo yang rajin memelihara kebunnya karena dibutuhkan rakyat dan lebih-lebih dibutuhkan keluarga sendiri mendukung makan dan melanjutkan hidup yang penuh pengabdian untuk sesama keluarga yang makan dengan makanan penuh gizi. Makanan yang mengisi setiap tubuh manusia bukan hanya dilindungi dengan Vaksinasi, tetapi diberi masukan makanan bergizi yang diramu dari sayur, buah-buahan dan lainnya dalam “pabrik pribadi” bagi setiap ummat. Ironinya adalah bahwa masukan sayur bergizi tersebut agak terabaikan, kalah bersaing dengan masukan buatan pabrik, sehingga harga sayur merosot tajam karena konsumen berkurang, suatu paradox yang sangat mengkhawatirkan. Padahal sesungguhnya harga sayur harus meningkat karena konsumen butuh tambah makan sayur lebih tinggi agar daya tahan tubuh bertambah kuat. Tetapi karena mereka “mendengar banyak ilmuan dan pejabat” yang menganjurkan “makan vitamin”, masyarakat menurut dan  terkecoh, lebih banyak penduduk yang lari kepada vitamin yang diolah pabrik dari bahan baku alami menjadi ekstrak yang lebih padat vitamin. Saudara-saudara dari “Kelompok Tani” dan “Pejabat Teras Bidang Pertanian” tidak biasa berkampanye agar rakyat makan sayur, akibatnya petani sayur yang menyajikan bahan sayur yang harus diolah secara alamiah kalah bersaing dengan pabrik Vitamin  modern. Akibatnya, sementara kebutuhan makanan bergizi bertambah tinggi, kebutuhan sayur menurun, harga sayur jatuh terpuruk menjadi sangat rendah.

smr2.jpg

Hari ini kami ajak Saudara sekalian bersama Ibu Maya Rosida, mantan Wakil Bupati Wonosobo yang hari-hari ini rajin keliling Kebun menyapa ibu-ibu petani sayur, membesarkan hati mereka, mengajak bersabar dan berdoa agar keadaan pandemi mereda sehingga setiap keluarga kembali makan sayur dan buah, mengolah dalam pabrik pribadinya, menyerap berbagai jenis vitamin dan zat yang sangat vital dalam kandungan sayur dan buah, menyerap hasil olahan pabrik pribadi yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa guna memenuhi kebutuhan tubuh secara bertahap, bukan dalam bentuk “suatu ekstrak Pil” yang padat nutrisi seperti yang diproduksi oleh pabrik.

Kita temui Ibu Prayogo yang sudah berusia 70 tahun, bersama suaminya sudah bertahun-tahun menekuni sebagai petani kubis dengan rajin, biarpun ceria beliau secara jujur bercerita bahwa harga kubis per kilogram sekarang hanya berkisar antara Rp. 1000,- - Rp. 50000,- dan terpaksa dijual karena jumlah yang banyak tidak akan habis dimakan sendiri. Ibu Maya menghibur agar Ibu Prayogo bersabar karena sesungguhnya harga kubis per kg bisa mencapai Rp. 25.000,- per kg. Diajaknya Ibu Prayogo dan keluarganya tetap berdoa agar Tuhan memberi jalan bagi para pejabat membantu pemasaran dan harga yang wajar bagi sayur segar tetap bisa berdampingan dengan pil vitamin hasil “pabrik Pil” yang kini menjadi pesaing sayur dan buah.

smr3.jpg

Selanjutnya Ibu Maya mengajak kita meninjau hamparan Kebun Cabai yang perlu segera dipanen karena sudah sangat sarat dengan buah yang warnanya merah menarik hati. Kita bayangkan bahwa pohon yang begitu sederhana menghasilkan penyedap makan yang bervariasi dan muncul dalam rasa pedas sekali seakan bisa membakar mulut, sampai pedas lembut yang memberi rangsang penyedap mulut seakan “ciuman seorang gadis” yang pertama kali dicium bibirnya, nikmat seakan dunia runtuh, sehingga seseorang tidak tega meninggalkan piringnya karena ingin diisi tambahan makanan lagi berkat penyedap alami yang sangat merangsang tersebut. Cabai penyedap ini mengalami nasib sama. Harga jualnya juga menurun biarpun tingkat produksinya bisa secara alamiah terkontrol.

smr4.jpg

Sebelum Ibu Maya meninggalkan Kebun, diajaknya para ibu dan keluarga yang mengolah Kebun untuk meningkatkan disiplin penggunaan Masker, tidak saling menyentuh, segera cuci tangan dan ganti baju serta dengan disiplin tinggi tidak bergerombol karena tidak ada yang bisa menjamin bahwa kawan kita bicara membawa Virus Covid-19 yang sangat berbahaya. Sampai ketemu di Kebun bersama Ibu Maya. Salam sejahtera.

Haryono Suyono1 Comment