Dr Bambang Sadono Kumpulkan Pendapat Mengenang Warisan Sesepuh Bangsa

bs1.jpg

Dalam rangkaian mengisi bulan Agustus, bulan Proklamasi saat ini,  Dr Bambang Sadono, mantan anggota DPD RI dan mantan anggota MPR, senior Partai Golkar dan utamanya kami kenal dan bersahabat sebagai wartawan Senior dari Jawa Tengah, pada bulan Agustus yang penuh kenangan perjuangan bangsa ini, dilandasi naluri dan kerajinan beliau sebagai wartawan senior dengan pengalaman setumpuk, seacara khusus lama sekali bergelut ikut berpartisipasi dalam perjuangan menyukseskan program KB dan Kependudukan yang berhasil gemilang, mulai bekerja secara sistematis mengumpulkan pendapat pribadi para tokoh senior bangsa yang masih hidup dan banyak berkiprah di masa lalu. Upaya mengenal Pemimpin Bangsa di Bulan Merdeka itu diberi judul yang sangat menarik “Para Bapak Bangsa meletakkan Pondasi dan Menjaga Pilar Bangsa dan Negara”.

Acara yang menarik itu dimulai dengan mengadakan wawancara melalui sistem Zoom bersama yang terhormat anggota DPD RI, Prof. Dr. Jimly Assidiqie, SH, MH. Setelah itu pada hari Senin kemarin kami diminta menjadi pembicara kedua melalui sistem Zoom yang sama.

Kepada Prof. Dr. Jimly Assidiqie SH, MH dan kami diberikan arahan bahwa  Presiden pertama, Dr. Ir. H. Soekarno, selain pemimpin politik juga inspirator dan motivator dalam mencapai dan mengisi kemerdekaan. Konsepnya "nation and character building" masih relevan sampai saat ini. Beliau dan kami juga diminta pandangan mengenai gagasan yang sangat inspiratif tersebut.

bs2.png

 Kedua, Bung Karno juga melahirkan konsep Trisakti dalam membangun bangsa, yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Bagaimana pandangan kami apakah konsep ini,  masih relevan sampai saat ini ?

Ketiga,  Presiden Soeharto menyampaikan konsep Trilogi Pembangunan untuk mengisi dan mewarnai kemerdekaan yang sudah diperjuangkan oleh para bapak bangsa. 02. Bung Karno juga melahirkan konsep Trisakti dalam membangun bangsa, yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Bagaimana pandangan bapak, apakah konsep ini,  masih relevan sampai saat ini ?

Keempat, Sebagai pelaksana trilogi pemerataan kesejahteraan dan sila ke 5 Pancasila, Presiden Soeharto menginisiasi pembangunan SD Inpres, Puskesmas, menganjurkan KB, dan membentuk kementerian pengentasan kemiskinan. Apa saja yang bisa dipetik dari kebijakan ini untuk Indonesia ke depan?     

Kelima, Presiden Prof. Dr. BJ Habibie yang mencanangkan pembangunan sains dan teknologi, ternyata sangat visioner, dan makin terasa di era serba digital saat ini.  Bagaimana cara menerjemahkan dan meneruskan visi tersebut, di dunia yang makin menyatu dalam satu sistem informasi dan komunikasi, supaya Indonesia bisa mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya.

Keenam, BJ Habibie juga banyak dikenang akan kebijakannya dalam mengirim ribuan mahasiswa Indonesia untuk belajar di luar negara. Ternyata banyak negara yang berhasil membangun bangsanya dengan kebijakan seperti itu, sebut misalnya Cina, Malaysia, dan sebagainya. Dari kebijakan tersebut bahkan banyak anak muda yang diakui kepandaiannya, dan sampai diminta menerapkan ilmunya di  negara lain. Apakah kebijakan tersebut masih relevan sampai saat ini

Ketuju, Presiden Abdurahman Wahid, dikenal dengan kebijakannya yang menghormati kebhinekaan dan multikulralisme, sehingga memperkuat persatuan Indonesia. Menurut bapak legacy apa saja yang bisa kita wariskan kepada generasi muda saat ini, dalam menghadapi tantangannya ke depan

 Walaupun Presiden Gus Dur juga hanya menjabat dalam waktu pendek, dalam merawat persatuan bangsa misalnya dikenang telah memfasilitasi warga Tionghoa untuk merayakan hari besar keagamaan dan tradisinya. Juga memberikan kesempatan pada warga Papua untuk lebih mengekspresikan jatidirinya.  Apa komentar bapak mengenai hal ini ?

bs3.jpg

Dalam pandangan pakar Hukum Tata Negara dan anggota DPD RI, Prof. Dr. Jimly Asshdiqie SH, MH, keempat presiden yang sudah wafat, Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, dan Abdurahman Wahid, punya peran dan jasa masing-masing. Legacy-nya banyak yang relevan sampai saat ini, bahkan untuk masa mendatang. 

Menurut Mantan Menko Kesra dan Kepala BKKBN, Prof. Dr. Haryono Suyono, MA, PhD, konsep filofofis Bung Karno seperti "nation and character building", Trisakti, dan sebagainya, kemudian diterjemahkan  oleh Pak Harto dalam Trilogi Pembangunan dan Pelita. Prof. BJ Habibie memberi perspektif sains dan teknologi untuk menyongsong masa depan. Sedangkan Gus Dur melengkapi dengan melibatkan semua komponen bangsa untuk berperan dalam mengisi kemerdekaan sungguh sangat relevan pada masanya dan secara jujur perlu diakui memiliki jalur merah yang berkembang sesuai dengan mayoritas penduduk dan cita-citanya pada masanya. Garis merah itu menjadi anutan bangsa dan mengantar berbagai pembangunan politik dan pencapaian cita-cita masa depan bangsanya. Arahan pak Harto dengan tahapan pelita menegaskan bahwa pembangunan perlu diberi arahan demensi waktu agar tidak grasa grusu yang bersifat melompat lompat dan bisa sampai tujuan dengan nyaman. Sayang tahapan demensi waktu itu tidak diteruskan sehingga ada kesan “serabutan” tegantung pemikiran para pemimpinnya pada suatu waktu tertentu.

bs4.jpg

Gus Dur secara bijak mengisi ajakan partisipasi dari semua komponen pembangunan bangsa yang karena kesibukan atau alasan lain oleh para pemimpin terdahulu lupa digarap atau terselip tidak banyak diingatkan dan tercecer belum memperlihatkan diri secara wajar. Biarpun Gus Dur hanya sebentar saja sebagai Presiden membuktikan kepada dunia internasional bahwa Negara Republik Indonesia siap memberi kepada setiap warganya untuk menjadi pemimpin bangsanya.

Marilah bersama-sama kita ikuti acara yang bagus dari Dr Bambang Sadono yang mengisi bulan Agustus yang penuh kenangan.

Haryono SuyonoComment