Bulan Agustus Bulan Kenangan yang Indah

uk1.jpg

Hari ini anak-anak Ria, Fajar dan Rina bersama suaminya, tidak seperti gambar di samping lagi, kita ajak berkunjung Kebun Astuty di Cinangka dan pulangnya makan siang bersama di Restoran Sate kegemaran kami. Kebersamaan dengan seakan mengembalikan kebahagiaan yang rindu mengingat bahwa bulan Agustus  adalah bulan yang membawa kenangan sangat indah. Pada akhir bulan, tepatnya tanggal 30-31 Agustus 1963 kami menikah. Acara pernikahan dilakukan dalam “adat Betawi”, sehingga Acara itu “diiringi pesta” tiga hari dan tiga malam tanpa henti di tempat kediaman pengantin perempuan di Kampung Melayu. Dalam Acara itu biasanya pengantin laki-laki boleh pulang ke rumahnya, tetapi kami bandel ikut dalam silaturahmi antar sahabat pengantin. Sewaktu-waktu nimbrung menemani tamu sambil memperkenalkan diri. Malam harinya, biarpun terpaksa menggelar kasur di lantai kamar pengantin untuk tidur bersama menikmati “malam pertama”. Tempat tidur pengantin harus tetap terpajang indah dengan aneka hiasan karena setiap tamu ingin melihat indahnya hiasan kamar dan tempat tidur pengantin.

uk2.jpg

Pengalaman “malam pertama yang indah” tidak di atas tempat tidur dengan kasur empuk, terasa sangat nikmat dan mengesankan, biarpun kami berdua menikmati malam pengantin di atas kasur yang digelar di muka tempat tidur pengantin.

Beberapa hari berikutnya merupakan hari yang bahagia bagi kami berdua, utamanya bagi Almarhumah Ibu Astuty Haryono karena pada tanggal 3 September 1963 kami mengadakan “Acara unduh mantu” di Bidara Cina 6 mengundang kawan-kawan dari BPS dan teman lainnya, yang apabila beliau masih hidup akan sangat indah di kenang karena di lakukan tepat pada Hari Ulang Tahun beliau tanggal 3 September 1963, suatu peristiwa ulang tahun ulang disertai pesta nikah yang sangat anggun.

Apabila beliau masih hidup, suatu angka yang beliau inginkan akan dicapai dalam keadaan sehat wal’afiat adalah ulang tahun pada usia 77 tahun, tetapi ternyata tidak kesampaian karena beliau meninggalkan kita dengan tenang pada usia 76 tahun karena komplikasi diabetes yang tidak lagi dapat diatasi secara medis. Kita semua sangat kehilangan tetapi kita ikhlas karena yakin bahwa Ibu dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan persiapan yang sangat baik. Setiap hari sebelum tidur yang dilakukan hanya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan doa yang sangat khusuk sebelum memejamkan mata beliau. Kami berdoa bahwa dengan segala amal ibadahnya kepada keluarga miskin dan anak duafa, almarhumah ditempatkan di tempat yang terbaik disisiNya. Aamin.

uk3.jpg

Satu tahun setelah menikah Ibu melahirkan anak kami yang pertama, Ria Indrastuty, bertepatan dengan penugasan kami sebagai Ketua  Asisten Expert Sensus Industri PBB Dr. KNC Nair dari India. Kelahiran anak pertama ini setiap tahun disusul adik-adiknya Dewi Pujiastuty, Fajar Wiryono dan akhirnya Rina Mardiana. Barulah Ibu menjalani KB karena program baru muncul setelah kami memiliki empat orang anak yang sangat membesarkan hati.

uk4.png

Sejak awal Ibu Astuty sangat mencintai anak-anak sehingga sampai dewasa ini kami telah mendirikan dan mengelola PAUD di Pacitan, yang sangat terkenal, di Loji untuk anak-anak keluarga sekitar, di Jakarta di Kompleks Perumahan serta satu lagi sedang dipersiapkan di Cinangka menunggu ijin. Kecintaan pada anak-anak itu di rangsang oleh Ibu Tien Soeharto yang setiap kali bertemu selalu menanyakan apakah ada kegiatan untuk anak-anak  yang memerlukan binaan sejak saat yang sangat dini. Presiden BJ Habibie dan Ibu juga sangat ingin PAUD didirikan sebanyak-banyaknya di daerah agar kebiasaan sekolah dapat dibina mulai saat yang sangat dini. Suatu kenangan indah cinta pada anak-anak sejak usia sangat dini. Mohon doa agar Ibu tenang berada di tempat yang terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin YRA.

Haryono SuyonoComment