Strategi Jemput Bola Akan Mulai Diterapkan

Prof Dr Haryono Suyono

Prof Dr Haryono Suyono

Satu demi satu Strategi penanganan Covid-19 yang secara berturut-turut dimuat dalam media sosial gemari.id secara terbuka mulai mendapat perhatian dan diterapkan. Yang pertama adalah bahwa serangan Virus  tidak dianggap sebagai penyakit seperti halnya kehamilan. Tetapi akan menjadi penyakit kalau “daya tahan” tubuh tidak kuat. Karena itu penanganan pertama adalah memperkuat daya tahan tubuh yang dilakukan melalui Vaksinasi dan memperkuat dengan Vitamin dan makanan bergizi yang sebaiknya dilakukan dengan menggerakkan setiap keluarga menanam sayur, buah-buahan, memelihara ternak dan ikan di kolam sekitar rumahnya. Dalam mengembangkan program KB dibuat Lembaga baru BKKBN, tetapi dalam kasus Corona Menteri Kesehatan yang biasanya selalu seorang dokter ditunjuk Menteri Kesehatan baru yang bukan seorang dokter dengan wakilnya seorang Guru Besar yang dokter yang mempermudah “pendekatan di luar klinik bisa dilaksanakan dengan berani”.

Strategi kedua, karena sasarannya yang terbesar adalah “orang sehat”,  agar tidak sakit terkena Virus dalam keadaan tidak siap terlindung, maka pendekatan pertama adalah “tidak boleh menakut-nakuti penduduk”. Pada tingkat awal Pemerintah melakukan kesalahan dengan siaran TV, Radio dan Media Massa serta media sosial yang isi tayang utama yang menakut-nakuti. Lengkah tersebut kami lawan keras dan akhirnya tayang TV  seperti iyu dihilangkan dan diganti dengan semangat untuk menjaga diri dan memperkuat daya tahan tubuh dengan gerakan Vaksinasi. Tayangan yang dihapuskan diganti adanya gerakan penduduk yang bertahan dari serangan. Biarpun pendekatan itu belum sempurna, seharusnya adalah tayangan semangat penduduk desa menjahit Masker sendiri dan dengan rajin mengolah halaman rumah masing-masing menjadi Kebun Bergizi, ditanami pohon kelor dan berbagai jenis sayur yang bergizi tinggi guna memperkuat daya tahan tubuh. Perlu juga ditayangkan kemudahan dan berbondongnya penduduk dengan semangat tinggi mendatangi tempat-tempat Vaksinasi dengan menggunakan prosedur kesehatan yang ketat. Kepada sasaran strategis, seperti keluarga muda dalam hal Program KB, alangkah baiknya bahwa “petugas Vaksinasi menjemput bola” datang kepada penduduk yang dianggap berbahaya untuk datang ke tempat pelayanan Vaksinasi. Jangan dibiarkan minat yang ada terganggu oleh oknum yang anti Vaksinasi, tetapi perlu dipamerkan tokoh dan penduduk yang berpengaruh ikut vaksinasi dengan ceria. Tidak boleh sama sekali ada berita kegagalan vaksinasi dipamerkan pada publik secara luas karena kegagalan pasti ada, tetapi sangat kecil dibanding manfaat untuk rakyat banyak.

Sambil menunggu Vaksinasi tuntas pasti ada daerah yang aman karena sebagian besar penduduk sudah vaksinasi atau sangat sehat dan memiliki daya tahan tinggi. Daerah seperti ini yang  bukan zona merah perlu diberi kebebasan bekerja dan sekolah dengan disiplin kesehatan yang ketat agar timbul semangat dan harapan sehingga “keberhasilan itu menular” ke daerah lain dengan usaha dan status yang sama. Diusahakan dengan sungguh-sungguh pada setiap daerah ada contoh usaha Kepala Desa dan masyarakat yang memiliki pengaruh tinggi untuk mengembangkan “gerakan mandiri” memberdayakan anggota masyarakatnya untuk bekerja keras mengembangkan kemandirian masyarakat untuk memiliki “daya tahan tinggi” dengan rajin mengusahakan vaksinasi untuk warganya, mengolah halaman rumah menjadi Kebun Bergizi dan mengembangkan kontrol ketat kepatuhan protokol kesehatan, mandiri dalam membuat Masker atau disinfektan, meningkatkan disiplin tidak keluar rumah dan tidak bergerombol. Kalau perlu kecamatan mengadakan “lomba ketat disiplin protokol kesehatan” yang diberikan hadiah menarik oleh pejabat. Tidak boleh lagi kontrol hanya oleh Polisi, TNI atau Satpol PP, tetapi dilakukan dengan pendekatan budaya oleh masyarakat seperti halnya pada program oleh “kelompok Akseptor KB” yang terdiri dari keluarga peserta KB sendiri, melelui program memelihara keluarga sehat bebas Covid sebagai “gerakan Masyarakat” yang gegap gempita.

Usaha Vaksinasi dibuka di mana saja sudah sesuai dengan Strategi yang pernah dilaksanakan pada program KB yang berhasil. Apalagi diarahkan pada “sasaran terfokus” seperti lansia dan petugas kesehatan sungguh sangat tepat sehingga mendorong turunnya kasus kematian. Sayang tidak segera diikuti pada sasaran penduduk pulang kampung yang bergerombol terdiri dari penduduk yang bervariasi, sebagian penduduk yang membawa virus tetapi tidak sakit karena daya tahan tubuhnya tinggi, dan tidak menularkan virusnya kepada penduduk lain sehingga menyebabkan kenaikan penduduk pulang mudik atau penduduk desa tertular dan meninggal dunia karena tidak siap dengan daya tahan tinggi. Kalau penduduk pulang mudik diharuskan Vaksinasi terlebih dulu barangkali lonjakan yang terjadi akhir-akhir ini bisa dicegah.

Dalam pengembangan Desa Sehat bebas Covid-19 dapat dilakukan seperti hanya pada saat Gerakan KB ingin membuat contoh keberhasilan suatu desa sebagai “pemicu desa lain” dengan “sistem jemput bola” seperti dianjurkan Presiden Jokowi dalam kunjungan beliau ke Madiun hari ini, khususnya untuk Vaksinasi dan pengembangan “kebun Bergizi” pada halaman rumah. Semoga masyarakat makin digerakkan agar tidak terkesan sebagai “suatu petempuran” tetapi semata merupakan “Gerakan Masyarakat” membangun “Budaya Baru” yang sehat dan sejahtera. Semua komponen bangsa ikut aktif dan para pimpinan formal, informal, para sesepuh berpengaruh dan lansia partisipai aktif membangun masyarakat baru dengan “budaya dan norma barunya”. Semoga bermanfaat untuk masyarakat luas. Aamiin YRA

Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin.        

Haryono SuyonoComment