Cikal Bakal FKM di Indonesia
Pada sekitar tahun 1973 – 1980 kegiatan Program KB di Indonesia relatif baru dikembangkan sari pendekatan klinis sejak tahun 1970 menjadi pendekatan berbasis masyarakat. Program yang dicanangkan secara resmi Presiden HM Soeharto tahun 1970 melalui suatu proses panjang dengan awalan Program resmi oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin itu berkembang sangat cepat. Kegiatan KB didukung secara nasional bahkan oleh Konperensi Kependudukan Asia Tenggara tahun 1967 di Jakarta.
Pada awal Gerakan KB yang menggunakan pendekatan klinik hampir semua posisi penting dalam kantor BKKBN Pusat dipegang oleh seorang dokter, umumnya dokter ahli Kandungan yang sangat sibuk berhubung jumlah dokter ahli kandungan sangat langka. Begitu juga posisi kedua atau jaringan Unit Pelaksana dari berbagai Kementerian lain umumnya diwakili seorang dokter, umumnya dokter senior yang sibuk pada sore hari dengan kewajiban praktik melayani pasien yang sangat banyak.
Karena BKKBN masih relatif baru dan mulai tahun 1975 melaksanakan koordinasi antar Departemen untuk pendekatan masyarakat, maka setiap kali perlu mengambil keputusan antar instansi yang digodok secara internal dan sesudah matang, dikoordinasikan dengan berbagai Unit Pelaksana dalam rapat bersama. Karena situasi sangat sibuk, maka Rapat Koordinasi itu diselenggarakan mulai pagi sampai setelah makan siang, bahkan sering sampai sore. Apabila rapat tersebut dapat diselesaikan sebelum makan siang, tidak ada masalah karena segera sesudah makan siang Rapat selesai dan peserta pulang atau kembali ke kantor masing-masing.
Namun apabila Rapat tidak dapat diselesaikan sebelum jam 12.00 bisa menjadi rawan, lebih-lebih kalau menjelang pukul 14.00, karena materi Rapat harus diulas semua Unit Pelaksana, maka peserta, umumnya para dokter senior, satu demi satu pamit meninggalkan Rapat, sehingga keputusan tidak bisa diambil. Kebiasaan rekan-rekan dokter itu pada akhirnya dapat dimaklumi karena beliau terikat pada praktik sore hari melayani para pasien yang mulai jam 15.00 atau 16.00 sudah antri di tempat dokter tersebut membuka praktik dengan pasien melimpah. Pada waktu itu belum banyak Dokter lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat yang umumnya tidak membuka praktik pelayanan kepada pasien sore hari.
Karena itu timbul gagasan untuk membuka Fakultas Kesehatan Masyarakat yang lebih banyak di Indonesia agar kebutuhan lulusan Fakultas itu bisa membantu memenuhi kebutuhan BKKBN dan merangsang pelayanan kesehatan berbasis masyarakat yang ternyata dalam studi pengembangan BKKBN sangat berhasil. Sejak hasil study itu mulai diperkenalkan pada masyarakat setelah tahun 1975 di desa-desa.
Gagasan membnatu membuka Fakultas Kesehatan Masyarakat itu secara internal diterima Pimpinan BKKBN sehingga Deputy KB pada waktu itu, Dr Haryono Suyono, ditugasi mencari dukungan pada Donor Agency. segera dibicarakan dengan berbagai Donor Agency untuk mendapat dukungan pembiayaan dan bea siswa untuk pengiriman dosen guna memperoleh gelar S2 dan S3.
Gagasan itu segera dibahas dan diterima Donor US AID dan Ford Foundation. Kedua Donor itu ditugasi melatih tenaga Dosen di luar negeri guna melengkapi tenaga dosen yang masih langka. Akhirnya bekerja sama dengan FKM UI, khususnya dipimpin Prof. Dr. Does Sampurno (almarhum), suatu Tim dibentuk guna mengadakan koordinasi bersama lima Perguruan Tinggi di Indonesia (UI, Airlangga, UNDIP, USU dan UnHas) segera dikoordinasikan. Karena Program Studi Kesehatan Masyarakat sangat dibutuhkan, maka gagasan itu segera dapat direalisasikan dengan cepat. Pada waktu yang sama di pilih tenaga dosen Senior untuk tugas belajar ke luar negeri guna mendapatkan gelar S2 atau S3. Banyak tenaga yang dikirim ke luar negeri pada waktu itu dewasa ini telah menyandang gelar Guru Besar, menduduki Jabatan Dekan atau jabatan tinggi lainnya.
Sejak itu lulusan FKM bertambah dengan sangat baik sehingga kalau ada rapat-rapat sampai lebih pukul 14.00 sangat jarang yang setiap kali melihat jam tangannya karena takut ketinggalan jam buka praktik, tidak tergesa-gesa melanjutkan tugas mulia melayani pasien yang sama pentingnya sedang menunggu di tepat praktiknya. Suatu perjuangan kemanusiaan yang sangat luhur dan perlu kita berikan hormat yang setinggi-tingginya karena perjuangan yang sangat hebat itu, Indonesia berhasil menurunkan tingkat kelahiran separo dibanding keadaan tingkat pada tahun 1970 sekitar sepuluh tahun lebih cepat. Alhamdulillah.