Peluncuran Buku Tantangan DUNIA PERBUKUAN & LITERASI BACA TULIS (Penulis: Aam Bastaman)

COVER BUKU.jpg

PELUNCURAN BUKU:

Tantangan DUNIA PERBUKUAN & LITERASI BACA TULIS

Penulis: Aam Bastaman

Editor: Ricardi S. Adnan

Desain Sampul & Penata Isi: Rafika Nabila

Pembaca Pruf: Azka Maulida Bastaman

xxii+132 halaman; 14x21 cm

Agustus 2021. ISBN: 978-602-6372-74-1

Diterbitkan oleh: Polimedia Publishing Jalan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan telepon: 0852 1600 2259 email: polimediapublishing@gmail.com c 2021, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG.

PENGANTAR

Oleh: Bambang Wasitoadi (Akademisi dan Pemerhati Perbukuan)

Saya mengenal Dr. Aam Bastaman sebagai seorang akademisi yang aktif memberikan perhatian terhadap masalah Perbukuan Nasional dalam wadah Afiliasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI), sebuah organisasi perbukuan yang didedikasikan untuk Perbukuan di jenjang Pendidikan tinggi. Beliau juga aktif mengikuti perkembangan dunia perbukuan di tanah air dan di berbagai event buku internasional.

Tidak banyak akademisi yang memberikan perhatian terhadap isu perbukuan dan literasi. Kali ini perhatian Pak Aam terhadap perbukuan nasional dituangkan dalam karya tulis Ontologi Perbukuan dalam bentuk Bunga Rampai dengan judul ‘Tantangan Perbukuan &Literasi Baca Tulis’, yang disajikan dalam 22 serial sub titel dengan gaya Bahasa jurnalis populer melalui pendekatan kritis akademis dan dituturkan dengan cair mengalir.

Buku dan Literasi menjadi sebuah kesatuan sebagai sarana dalam upaya mencerdaskan bangsa, karena itu isi buku ini menjadi sangat relevan dengan rumusan konsideran Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 yang secara tegas menyatakan: “bahwa buku sebagai salah satu sarana membangun dan meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus guna mendorong masyarakat berperan dalam tingkat global”.

Saya diberikan amanah Pak Aam untuk memberikan pengantar atas karya beliau. Sejujurnya, agak berat bagi saya, memenuhi permintaan ini, mengingat ‘trackrecord’ dan ‘raw matrials’ yang saya miliki tidak cukup memadai untuk mengantarkan kepada sidang pembaca sebelum masuk pada substansi buku ini.

Namun demikian sebagai sahabat, rasanya memang kurang elok untuk menolak sebuah amanah, karena kebetulan ada sedikit kebersinggungan dengan ranah kebijakan perbukan nasional yang pernah saya ikuti.

Dari sisi kebijakan publik, sejauh yang saya pahami, Buku belumlah ditempatkan sebagai ‘Kubu’ yang diperjuangkan secara sistematis, konsisten dan berkesinambungan oleh para pemangku kepentingan. Eksistensi Buku dari sisi produk komoditas terlihat lebih menonjol ketimbang eksistensinya sebagai produk budaya dan sumber pembelajaran primer masyarakat literat.

Kronik sejarah perkembangan perbukuan nasional belum mampu menciptakan ‘suplay and demand’ yang seimbang antara buku sebagai produk komoditas disatu sisi dengan buku sebagai produk budaya di sisi lain. Sebagai produk budaya, buku tumbuh dan berkembangan dari akulturasi budaya baca tulis masyarakat yang kuat melalui proses Panjang. Kohesi positif kedua sisi buku tadi akan menciptakan atmosfir kondusif perbukuan yang dapat mendorong daya literasi masyarakat.

Kondisi ideal ini harus secara sadar diciptakan melalui ‘politiccal will’ negara yang konsisten sehingga terwujud sebuah ekosistem perbukuan yang kondusif. Prasyarat inilah yang harus diperjuangkan untuk mewujudkan daya literasi masyarakat. ‘Effort’ perbukuan yang selama ini telah dilakukan, terbukti belum cukup menempatkan Buku sebagai ‘Kubu’ pendorong daya Literasi masyarakat yang bermuara pada peningkatan kecerdasan bangsa.

Diskursus dalam buku ini menjadi relevan dari titik pandang korelasi marwah Buku sebagai produk komoditas disatu sisi dan daya lietarasi masyarakat sebagai produk budaya disisi lain. Tantangan Dunia Perbukuan dan Literasi Baca Tulis xvii Tantangan Dunia Perbukuan dan Literasi Baca Tulis xviii Mengkombinasikan kedua sisi dalam atmosfir kondusif menjadi titik krusial dalam menghadirkan kebijakan bidang perbukuan yang sistemik dan terstruktur

Proposisi bahwa tidak ada negara didunia yang masyarakatnya berbudaya tinggi dan menguasai IPTEK tanpa didukung kehadiran daya literasimasyarakat yang tinggi pula. Pada konteks ini pula sinergitas kebijakan negara dengan pelaku ekonomi perbukuan menjadi kenicayaan yang tak terhindarkan untuk disinkronkan.

Pemerintah bukan tidak menyadari potret buram kondisi perbukuan dan daya literasi berbagai Kebijakan terkait hal ini pernah ditempuh semenjak Pemerintah Orde hingga keluarnya legislasi tentang sistem perbukuan di tahun 2017. Namun, sejauh ini pula kondisi Perbukuan Nasional belum mampu menjadi pendorong bagi terciptanya daya literasi masyarakat yang tinggi sebagaimana di negara maju.

Empat tahun berselang semenjak keluarnya regulasi perbukuan, belum terlihat langkah pada tataran kebijakan implementasi yang dapat menjadi rujukan operasional bagi pelaksanaan konsep Buku 3M (Mutu, Murah dan Merata) sebagi hulu pengembangan daya literasi dengan muara akhir pada mencerdaskan kehidupan bangsa. Tantangan Dunia Perbukuan dan Literasi Baca Tulis xix

Perjalanan yang hampir dapat dipastikan sungguh tidak ringan, namun apapun rintangannya akan menjadi ringan apabila seluruh pelaku perbukuan bersama dengan otoritas perbukuan dapat bersinergi, berkomitmen membangun sebuah ekosistem sebagai ‘Kubu’ perjuangan bagi Buku Indonesia yang Berjaya.

Buku ini dapat menjadi inpirasi dialektika bagisemua pemangku kepentingan perbukuan terutama dalam upaya menyusun rancangan teknokrasi benang merah sistem perbukuan nasional yang dapat menjadi pijakan bagi implementasi Undang-Undang Sistem Perbukuan Nasional.

Jakarta, Mei 2021

Bambang Wasitoadi

Aam BastamanComment