Pikiran Para Pangeran (The Princes Mind)

Aam Bastaman - Formal.jfif

Catatan: Aam Bastaman

Pangeran (prince) karena faktor keturunan, terlahir ke dunia dalam suasana yang serba gemerlap, lebih dari sekedar berkecukupan tapi kemewahan dan mendapat perlakuan yang sangat istimewa. Dunia masih disisakan beragam bentuk kerajaan (monarki), siapapun yang terlahir dari rahim istri-istri raja akan mendapat “privilege” sebagai bukan orang biasa.

Benua Eropa dan Asia, termasuk Asia Timur/Tenggara/Tengah/Timur Tengah meninggalkan warisan beberapa bentuk negara kerajaan. Negara – negara tua Eropa, seperti Inggris, Spanyol, Swedia, Belanda dan lain – lain tercatat masih memiliki tradisi monarki yang kuat. Monarki memiliki kekuasaan atas negara dan rakyat.

Di Timur Tengah, mulai Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait, Jordania dan lain – lain juga masih memiliki tradisi monarki yang kuat. Demikian pula di kawasan Asia lain, seperti Bhutan di Asia Tengah atau Jepang, di Asia Timur, Thailand, Malaysia dan Brunei Darussalam di Asia Tenggara.

Raturan pangeran terlahir di pusat – pusat monarki dengan segala keistimewaan dan perlakuan khusus. Mereka lahir, tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda dengan kebanyakan orang.

Sebagian kemudian tumbuh dengan kemuliaan dan paham mengenai peran dan kewajibannya dalam memberikan pelayanan kepada rakyatnya. Kemudian menjadi sosok yang populer dan dicintai rakyatnya.

Namun tidak sedikit juga pangeran yang dimabuk status, dibuai kekayaan dan penghormatan. Akhirnya lupa diri, memuaskan hasrat hidupnya dengan pesta, kencan, gonta – ganti pasangan, menikmati kemewahan dunia, tenggelam dalam dunia kesenangan, lupa atas status dan tanggung jawabnya. Rakyatnya membenci, mencibir, membicarakan, emosi, sehingga para pangeran  menjadi figur-figur yang tidak populer di kalangan masyarakat.

Dunia mencatat banyak pangeran yang tidak peduli pada misi kepangeranannya, yang penting ego dan kepuasan diri sendiri. Sudah menjadi nasib rakyatnya, karena pertiwi terlanjur melahirkan para pangeran yang salah.

Sebagian pangeran kontroversial  tersebut ada yang menjadi raja. Namun rakyat hanya pura – pura memuja. Pikiran para pangeran layak dikupas, karena di dalamnya terdapat nasib manusia lain dalam genggamannya. Mungkin bentuk Republik jadi pilihan, karena Monarki dianggap tidak memberikan keadilan. Tapi aspirasi tidak bisa disampaikan begitu saja.

Ratu Elizabeth IV barangkali salah satu ratu terlama yang masih dicintai rakyatnya, namun anak – anaknya, termasuk Pangeran Charles yang menjadi pangeran mahkota belum tentu penghargaan rakyatnya sebesar kepada ibunya.

Di Thailand Raja Bhumibol Adulyadej (almarhum) begitu dicintai dan dihormati rakyatnya. Namun penghormatan rakyat Thailand terhadap rajanya sekarang jauh berbeda, malah semakin berani  protes rakyat atas kelakuan raja yang seringkali dianggap menunjukkan kekurangpantasan. Apalagi sewaktu sang raja masih menjadi pangeran kerap menjadi cibiran rakyatnya, karena perilakunya yang playboy, gemar pesta, kurang senonoh,  sampai banyaknya skandal.

Namun karena faktor keturunan, sang pangeran itu berhak menjadi raja, dengan gelar Raja Rama X (Paduka yang mulia Raja Maha Vajiralongkorn), sebagai Raja kesepuluh dari Dinasti Cakri. Padahal Kelakuan minusnya yang kurang pantas dianggap oleh banyak rakyat Thailand sebagai tidak banyak berubah.

Drama pangeran sebenarnya terjadi  hampir di semua monarki di dunia, dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Timur, sampai Asia Tenggara, seperti Brunei Darussalam.

Banyak monarki lain di seluruh dunia mengawasi para calon penerus tahta dengan pertanyaan dari rakyatnya dengan nada yang mengkhawatirkan, apakah para pangeran dan sang putra mahkota kelak layak menjadi raja?

(Aam Bastaman, dosen Universitas Trilogi). Tulisan-tulisannya bisa dilihat di www.aambastaman.com

Photo: Dokumentasi pribadi

Aam BastamanComment