Kalau Mau Jadi Dokter Awet Muda, Jadilah Dokter Anak

hani1.jpg

Sejak hari Sabtu tanggal 10  Juli, kami telah duduk di muka komputer membuka Acara Webinar bersama Mas Handoko Wignyosastro,  Maestro muda sangat terkenal, ingin mendengar dialog beliau dengan Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, asal dari Bengkulu yang sekarang adalah Guru Besar dari Fakultas Kedokteran UI.  Ternyata kami kecele karena acara itu digelar pada hari Minggu pagi, bukan hari Sabtu karena kesibukan beliau.

Ada beberapa alasan tertentu kenapa  kami ingin melihat dan mendengar kiprah beliau. Salah satunya adalah bahwa baru-baru ini kami menulis sebuah buku “Sahabat Sehat” sebagai penghargaan kepada ribuan dokter dan bidan yang selama 27 tahun menjabat sebagai Eselon I dan Kepala BKKBN, selalu mendapat kehormatan dibantu para dokter dan bidan dengan ikhlas “menempatkan calon peserta KB” sebagai “orang sehat yang bersahabat” yang dengan sangat baik menikmati pelayanan KB yang ramah dan menyenangkan. Pendekatan itu dimulai dengan “melarang BKKBN di semua tempat ” memasang poster yang membandingkan calon peserta KB sebagai orang baik dan “gambar sebuah keluarga dengan banyak anak” sebagai musuh yang bertentangan prinsip KB. Bahkan tidak ada poster KB yang “orang miskin” digambarkan memakai spiral. Sekaligus, sampai akhir tahun 2000 tidak ada yang menyalahkan keluarga dengan banyak anak.

bukuBaru.jpg

Bahkan semua poster pada jaman itu, selalu menampilkan ibu muda yang cantik bersama suaminya sebagai peserta KB yang tetap cantik, bahagia dan sejahtera, suatu harapan yang “memberi rasa percaya, nikmat, bahagia dan sejahtera bagi keluarga yang ber-KB”. Hal ini ditunjukkan oleh Prof. Dr. dr Hanifah Oswari yang ketika di tanyakan kenapa “awet muda” jawabnya adalah karena selalu berhubungan dengan anak-anak yang menyenangkan, polos dan merasa tidak ditakut-takuti, sayang pada orang tua dan dokternya.  Karena itu bersama kawan-kawannya, beliau mengembangkan suatu “klinik ramah anak-anak” ditata dalam suasana  menyenangkan anak-anak dan kedua orang tuanya. Menurut Mas Handoko, teman dekat yang telah meninjau kliniknya, fasilitas klinik itu tidak menakutkan atau mengesankan tempat anak sakit, tetapi bisa menjadi tempat bermain sehingga anak-anak tidak “harus takut ketemu dokter” karena tempat yang menyenangkan dan dokter yang ramah.

Dalam perkembangan “lebih modern” utamanya mengikuti “anjuran tidak bergerombol” fasilitas kliniknya ditambah fasilitas tanpa antri dan “tidak menunggu bergerombol bersama pasien lainnya”. Orang tua dan anaknya “mendaftar on line”, datang lima menit sebelumnya, tidak usah parkir, tetap di dalam mobil dan ketika dipanggil, langsung menuju kamar dokternya. Layaknya seperti “beli hamburger on line” , buka kaca jendela, ambil pesanan hamburger, bayar dan go!

hani2.jpg

Rupanya tidak saja fasilitas disajikan sebagai sesuatau yang akrab orang tua anak-anak, tetapi para dokter, termasuk Prof Dr. dr. Hanifah Oswari, memelihara hubungan akrab bersama keluarga dan pasiennya yaitu anak-anak di bawah usia lima tahun. Sehingga pada suatu ketika seorang anak gadis kecil dalam usia lima tahun sengaja mendekati dokternya dengan akrab, berbisik mesra “dokter ganteng sekali ya”. Alangkah indah hidup ini.

Kedekatan, keramahan dan perhatian yang tinggi terhadap pasien dan keluarganya tersebut, menurut pengalaman sudah memberikan stimulan kesembuhan yang tinggi, bisa sampai 50 persen dari semua keluhan tidak perlu diberikan obat. Bahkan kadang cukup diberi placebo yang sesungguhnya tidak mengandung zat penyembuh karena anak-anak yang sayang pada dokternya merasa rindu ingin ketemu. Semoga semua dokter menempatkan pasien sebagai sahabat sehat yang akrab dan ideal. Aamiin YRA.

Haryono SuyonoComment