Acara Pembacaan Doa Untuk Satu Tahun Almarhumah Ibu Astuty dimulai
Siang ini Acara Pembacaan Doa untuk Almarhumah Ibu Astuty Haryono dimulai di Cinangka. Acara pembacaan doa untuk memperingati kepergian beliau itu sengaja diadakan di tempat-tempat terpisah karena adanya Covid-19. Hari ini diadakan di Cinangka menghindari berkumpul terlalu banyak, sehingga menurut rencana acara lain akan diadakan di beberapa tempat mulai satu hari sebelum Ibu meninggal dunia sampai satu hari setelah ibu meninggal dunia. Acara pertama di Cinangka untuk Keluarga Mertua Bapak Moh. Izhi yang dulu semuanya di Kampung Melayu. Dewasa ini keluarga induk itu menyebar di Bekasi, Depok, Kampung Makassar dan lain-lainnya. Para tamu keluarga ada yang ahli listrik, ahli AC dan pedagang aneka keperluan hidup sehari-hari. Sejak pagi telah mulai berdatangan dengan anak cucunya. Keluarga kami itu biasa mengadakan arisan secara bergilir dan sudah agak lama tidak bertemu karena adanya serangan Virus Covid-19. Setiap tamu yang datang mengenakan Masker dan langsung di cek suhu badannya dengan termometer otomatis yang disediakan dr. Rina khusus untuk melakukan periksa kesehatan guna mencegah segala kemungkinan.
Begitu sampai lokasi, anak-anak bermain di halaman Kebun Astuty dengan ceria. Siang harinya datang Mas Tri, mBak Ria dan Jess dengan anaknya tercinta. Tidak lama datang juga mas Rudi menemani para tamu yang makin siang makin banyak datang hampir dari segala sudut Jakarta, Bekasi, Pondok Gede, Kramat, Sentiong dan Depok. Ternyata keluarga yang semula berasal dari “satu induk” di Kampung Melayu berhasil “menguasai Jakarta” dan sekitarnya. Ada Keluarga Iwan, Tina, Lisa, Uta, Rizal, Dedi, , Abu Dada, Pono, Ita Suparman, Andri, Ropi, Isa ci Nani, Embet, Ci Dung, Bang Bikin dan Maman. Dari cara dan logat bicara masih kental bahasa induknya Betawi asli yang medok ala Kampung Melayu sehingga suasana menjadi sangat meriah karena nostalgia keluarga.
Setelah diperkirakan sebagian besar keluarga datang maka dibacakan doa bersama yang dilakukan seluruh keluarga dengan khusuk. Ibu Astuty termasuk anggota keluarga almarhum Bapak Moh Izhi yang dipandang tua sehingga keluarga itu biasa mengadakan arisan dengan kehadiran Nenek Astuty yang sangat mereka cintai. Kepergian Nenek Astuty merupakan kehilangan besar yang mempersatukan seluruh keluarga turun menurun tersebut. Acara doa bersama berlangsung mengharukan dilatar belakangi rasa rindu kepada almarhumah Ibu Astuty. Semoga dengan iringan doa penuh kasih sayang itu Almarhumah tenang berada di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin YRA.