Gerakan Madu Manis Entaskan Kemiskinan di Kabupaten Bantul
Dalam rangka menyambut “Hari Keluarga Nasionnal 2021” ada baiknya kita tonjolkan ciri keluarga Indonesi berupa partisipasi masyarakat membantu keluarga miskin di Kabupaten Bantul . Bantuan itu dalam menghadapi persoalan yang belum terselesaikan, yaitu kemiskinan, Kecamatan Sewon memiliki gagasan membantu pemerintah dalam mengatasi persoalan tersebut melalui Gerakan Madu Manis singkatan dari Gerakan Masyarakat Peduli Mengentaskan Kemiskinan. Suatu hari tahun lalu, bertempat di halaman Kantor Kecamatan Sewon bertepatan saat apel pagi yang diikuti seluruh Kasi, staf dan seluruh karyawan karyawati Kecamatan Sewon, Sekretaris Kecamatan Sewon, Hartini, S.IP, M.M menjelaskan bagaimana Gerakan Madu Manis ini dikembangkan. Gerakan Madu Manis merupakan Gerakan untuk peka terhadap lingkungan sekitar terutama dalam mengentaskan kemiskinan. Perwujudan dari Gerakan Madu Manis bisa berupa membantu Pemerintah dalam memberikan makanan bergizi kepada lansia terlantar, lantainisasi, ataupun memberikan rumah layak huni kepada lansia yang terlantar dengan menggandeng masyarakat sekitar dan CSR yang peduli terhadap kemiskinan.
Seperti diketahui, dalam gerakan sebelumnya, berpedoman pada Pedoman PBB SGS, yang diterjemahkan dalam 14 indikator kemiskinan BPS, atau 23 indikator keluarga sejahtera BKKBN, suatu kemiskinan dapat diselesaikan dengan melakukan “intervensi pemberdayaan” atau “dukungan pemberdayaan variabel” yang “masih dianggap negatif” sehingga upaya pengentasan kemiskinan tidak semata-mata memiberikan uang karena variabel yang masih negatif tidak akan terselesaikan melalui pemberian uang kepada keluarga miskin karena penggunaannya bisa tidak terarah. Salah satu dari variabel yang umum dari keluarga miskin adalah lantai rumah dari tanah sehingga apabila memiliki anak balita, keluarga itu terpaksa belajar merangkak di atas lantai tanah tersebut. Karena itu anak balita mudah terkena penyakit dan memerlukan dana banyak untuk mondar-mandir membawa anak balitanya ke Puskesmas atau klinik. Pada masa sebelum tahun 2000 ada gerakan yang sebagian disponsori oleh BKKBN dan sebagian lagi oleh Yayasan Damandiri yang bersama KKN Mahasiswa mencari sebab-sebab kemiskinan dengan melihat secara terperinci variabel yang perlu di intervensi. Pada waktu itu salah satu variabel yang paling banyak terlihat adalah rumah keluarga miskin banyak memiliki lantai dari tanah, atap yang bocor dan tidak berjendela. Karena itu ada kegiatan yang diberi judul menarik “Aladin” yang artinya membantu memperbaiki “atap, lantai dan dinding” agar keluarga yang bersangkutan hidupnya nyaman naik dari posisi prasejahtera menjadi sejahtera I. Keluarga itu secara bertahap makin maju dan lepas dari kemiskinan. Kegiatan “intervensi aladin” berkembang lebih lanjut pada kegiatan “jambanisasi” atau “pembuatan kakus” guna menolong agar keluarga miskin tidak membuang kotoran di belakang tempat tinggalnya mencemari lingkungan sekitar dan menyebar luaskan penyakit.
Pada tahun 2000 kegiatan Aladin itu masih marak di Bantul, salah satunya di Kecamatan Sewon. Pagi-pagi salah seorang Sekretaris Camat Sewon seorang “Srikandi” Hartini, S.IP, M.M mengadakan apel pagi dengan seluruh jajarannya. Dengan jelas Sekretaris Camat tidak berteori muluk-muluk tetapi mengajak staf untuk membangun kebersamaan dengan berbagai komponen pembangunan yang ada di Desa mencari solusi dengan mencermati hasil penelitian sebab-sebab kemiskinan yang masih diderita warganya. Sekretaris Camat tidak semata-mata membantu dengan uang atau dana yang melimpah tetapi mencari variabel apa yang ternyata tidak bisa diatasi atau disediakan oleh keluarga miskin sendiri untuk bebas dari kemiskinan.
Setelah diketahui bahwa keluarga tersebut, antara lain Pak Margiono, rumahnya berlantai tanah, maka digerakkan oleh Tim Madu Manis dan Punggawa Desa agar keluarga tersebut dibantu dengan “semenisasi” lantai rumahnya. Gerakan pertama adalah membantu menyediakan pasir secara gotong royong. Keluarga desa yang memiliki kendaraan meminjamkan mobilnya mengangkut pasir dan membawa pasir sampai ke halaman rumah pak Margiono. Kepada keluarga mampu diminta bantuan untuk membeli semen. Ternyata untuk keperluan itu dibutuhkan sekitar delapan zak semen yang dianggap cukup untuk merapikan lantai rumah yang selama bertahun-tahun berlantai tanah.
Dengan disaksikan oleh Tim Madu Manis secara lengkap maka masyarakat secara gotong royong diajak memberikan bantuan tenaga mengangkut pasir, semen dan memindahkan pasir dari kendaraan ke rumah pak Sugiono. Dengan sistem gotong royong antar tetangga dan warga yang suka rela membantu melakukan pekerjaan menutup lantai tanah rumah kediaman pak Sugiono yang akhirnya keluarga itu untuk pertama kalinya memiliki rumah dengan lantai plester.
Setelah itu ada masalah baru dikala hujan. Kalau ada atap yang bocor maka lantai rumah akan berair tergenang, yang dalam posisi lama bisa mudah terserap karena lantainya tanah. Tetapi karena berlantai semen, maka air akan menggenang sehingga atap perlu diperbaiki. Ruangan yang berlantai semen akan berakibat panas sehingga perlu dibuat jendela agar udara segar bisa membuat suasana lebih sejuk. Itulah nilai dari kata mukjizat “Aladin” memperbaiki atap, lantai dan dinding demi kesehatan seluruh keluarga, sekaligus menyelesaikan bagian penting dari kemiskinan suatu keluarga. Selamat untuk Kabupaten Bantul dengan “Gerakan Madu Manis” dan “Aladin” yang berhasil.