Program AFS Intercultural: Membangun Saling Pengertian antar Bangsa

afs.jpg

AFS Intercurtural Program (AFS), semula bernama American Field Service merupakan organisasi nirlaba global yang bergerak di bidang pertukaran pelajar antar bangsa, dengan tujuan untuk membangun dan menciptakan saling pengertian antar bangsa demi tercapainya perdamaian dunia.

Gagasan untuk menciptakan saling pengertian antar bangsa didorong oleh keprihatinan yang mendalam atas terjadinya perang dunia I dan kemudian perang dunia II yang telah menewaskan jutaan umat manusia, baik tentara maupun masyarakat sipil seperti orang tua, wanita dan anak – anak.

afs 1.jpg

Saat perang dunia I American Field Service (AFS) merupakan organisasi relawan ambulan Amerika yang bertugas mengangkut tentara yang luka – luka di Perancis. Terminologi ‘field’ mengacu kepada lapangan pertempuran  (medan pertempuran).

Di medan perang dunia I di Perancis pada akhir perang tercatat terdapat 127 orang relawan sopir ambulans yang tewas. Para relawan tersebut telah mengambil resiko dan mengorbankan dirinya untuk kemanusiaan, antara lain menyelamatkan tentara korban perang yang terluka.

afs 6.jpg

Saat perang dunia II meletus, kembali AFS mengirim para sukarelawannya di Perancis dan kemudian ke tentara Inggris yang sedang bertugas di Afrika Utara, Italia dan India.

Para relawan sopir ambulans tersebut kembali menyaksikan keganasan perang dunia yang telah menewaskan jutaan orang dan membuat orang yang selamat mengalami penderitaan besar baik fisik maupun psikis  karena kehancuran sosial ekonomi dan infrastruktur.

afs ambulans.jpg

Pasca perang dunia II, tepatnya September 1946, Presiden AFS saat itu Stephen Galatti mendirikan beasiswa Internasional AFS (namanya kemudian menjadi AFS Intercultural Program). Selama tahun 1947-1948 telah terpilih siswa dari sepuluh negara untuk belajar di Amerika Serikat, di antaranya dari Chekoslovakia, Estonia, Perancis, Inggris, Yunani, Hongaria, Belanda, Selandia Baru, Norwegia dan Suriah. Siswa yang terpilih sudah melalui beberapa seleksi dan rekomendasi guru mereka. Sejak saat itu mulailah penyelenggaraan program pertukaran antar bangsa, dengan tujuan untuk menciptakan saling pengertian antar masyarakat dunia.

afs 2.jpg

Jika semula pertukaran pelajar dilakukan antara pelajar – pelajar Amerika dan negara – negara di luar Amerika, terutama dengan negara – negara Barat, maka kini pertukaran pelajar juga dilakukan di luar Amerika Serikat, seperti Indonesia dengan Australia, atau Indonesia dengan Jepang, atau Jepang dengan Australia, atau Australia/Indonesia/Malaysia dengan negara – negara Eropa.

Pada tahun 2015 tercatat ada lebih dari 50 organisasi AFS yang berorientasi nirlaba yang melayani lebih dari 60 negara memberikan peluang pertukaran lebih dari 12.000 pelajar setiap tahunnya.

afs 4.jpg

Program AFS di Indonesia dimulai oleh Wartomo Dwijoyuwono bersama Ibrahim Kadir dan Mohammad Diponegoro yang pada tahun 1956 dikirim untuk mengikuti kegiatan Youth Specialist Program selama empat setengah bulan atas undangan pemerintah Amerika Serikat. Mereka bertemu dengan sejumlah pelajar dari berbagai negara yang tengah mengikuti program AFS. Sepulang dari Amerika Serikat mereka memprakarsai dan memulai program AFS di Indonesia.

Program pertukaran pelajar AFS di Indonesia dimulai setelah mengirimkan 7 pelajar, diantaranya Taufik Ismail dari Pekalongan dan Z.A. Maulani dari Banjarmasin untuk program satu tahun di Amerika Serikat.

afs 5.jpg

Program AFS di Indonesia kemudian berkembang, setiap tahunnya rata – rata mengirimkan lebih dari 100 pelajar Indonesia ke Amerika Serikat dan negara – negara lain, seperti Eropa, Australia, Selandia Baru dan Jepang untuk jangka waktu satu tahun maupun jangka pendek, sekitar 3 bulan.

Saat ini pengelolaan program AFS Intercultural dilakukan oleh yayasan Bina Antar Budaya sejak Mei 1985.

yes 1.jpg

Disamping program AFS Intercultural yayasan Bina Antar Budaya juga menyelenggarakan program pertukaran pelajar Kennedy-Lugar Youth Exchange Study (YES) untuk membangun saling pengertian antara masyarakat Amerika Serikat dengan masyarakat negara-negara Muslim. Program YES sepenuhnya dibiayai dan disponsori oleh pemerintah Amerika Serikat. Penyelenggaraan program YES dilakukan dengan koordinasi oleh program AFS Intertercultural (di Indonesia oleh Yayasan Bina Antar Budaya).

afs 8.jpg

Program AFS/Yes terbuka untuk seluruh pelajar yang berusia antara 16-18 tahun, terutama saat duduk di kelas 2 SMA dan lulus melewati berbagai jenis seleksi, seperti pengetahuan umum, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, penguasaan talenta tertentu seperti oleh raga, seni budaya, wawancara, baik Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia, dan lain-lain,

afs 9.jpg

Saat ini terdapat lebih dari 424.000 pelajar di seluruh dunia yang telah berpartisipasi dalam program AFS/YES, dan setelah menjadi alumni (biasa disebut ‘returnee’) banyak berkontribusi kepada masyarakat (nasional/global) sesuai dengan bidang keahlian dan profesinya, trutama dalam turut membangun saling pengertian antar masyarakat dunia demi terciptanya bumi manusia yang lebih damai.

(Aam Bastaman – Akademisi, Penulis. Alumni Program AFS Intercultural).

www.aambastaman.com)

Foto: Sumber Open Access.

Aam BastamanComment