Ziarah Almarhumah Ibu Astuty di Makam Pahlawan Kalibata pada Hari Lebaran
Pada Hari Lebaran hari pertama 13 Mei 2021, sejak pagi dr. Rina, karena ada berita tidak bisa ziarah ke Makam, telah menghubungi Makam Kalibata menanyakan apakah aturan itu berlaku untuk Makam Pahlawan Kalibata. Dengan perasaan lega kita segera mengambil persiapan untuk menuju Kalibata guna bersiap doa untuk Almarhumah Ibu tercinta. Tetapi mendadak telah ada anggota keluarga siap untuk bersama mengadakan silaturahmi lebaran. Dan pada jam 9.00 pagi itu komputer yang dicoba membuka Zoom untuk acara jam 10.00 pagi sejak pagi itu sudah ada yang masuk. Maka kita putuskan bahwa ziarah ke Makam tunda nenek tercinta dilaksanakan pada siang hari setelah acara “Buka ZOOM” bukan “Open House” seperti biasa selesai dilaksanakan. Maka seluruh anggota keluarga, termasuk Mas Fajar, Isterinya Fini, mas Bima, Lila, Ocha dan Lola yang sudah pada datang. Mas Rudi yang selesai sarapan setelah sembahyang Ied ikut juga bergabung
Langsung di ruang tengah yang biasa digunakan untuk Pelatihan HSC kita saling peluk mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri dan maaf memaafkan. Kali ini adalah pertama kali tidak ada menyembah dan peluk kasih sayang untuk nenek karena hampir satu tahun lalu nenek mereka tercinta meninggalkan kita semua. Suasana agak berbeda dan kita bersama mendoakan nenek sudah tenang ada di surga disisi Allah Yang Maha Kuasa. Pelukan pertama diberikan kepada cucu terkecil Lola yang dengan mesra dan penuh kasih sayang mencium kakeknya. Disusul anak terkecil dr. Rina dan suaminya Mas Rudi yang sejak Ibunya sakit selalu menunggui siang malam. Tugas itu dilanjutkan sebagai dokter pribadi, penjaga dan pengawas Bapaknya yang dianggap sepuh. Karena itu dilarang pergi dari rumah kecuali untuk keperluan sangat penting.
Acara sungkem dan saling peluk dilanjutkan bagi anak pertama Ria Indrastuty yang namanya dikaitkan dengan berlangsungnya Sensus Industri tahun 1964, suaminya Mas Tri serta anak-anaknya. Suasana sungguh sangat mengharukan karena biasanya setelah melakukan sungkem kepada bapaknya, anak-anak dan cucu langsung sungkem pada ibu atau neneknya dengan manja. Suatu peristiwa yang pertama kali terjadi, kita semua merasa sangat rindu pada ibu atau nenek tetapi tetap mendoakan agar almarhumah tetap tenang dan bahagia di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.
Acara sungkem dan peluk cium dilanjutkan pada Mas Fajar, istri serta anak-anaknya, Beda kedua selain tidak cium nenek lagi, anak-anak mas Fajar tergolong “besar dan berbobot” di mana anak pertama sekarang sedang kuliah pada Semester kedua Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Surabaya dan yang kedua pada tingkat akhir SMA di Jakarta.
Acara rutin setiap Hari Raya sungkem dan peluk cium itu sangat mengharukan sehingga rasanya segala kesalahan anak, cucu maupun bapak atau kakeknya dilebur saling dimaafkan dan dianggap kita balik tidak memiliki lagi kesalahan yang dipanjangkan. Kita kembali dengan saling bahagia dan sejahtera.
Acara segera dilanjutkan dengan Acara “Open Zoom” yang menarik. Sahabat dan Saudara yang telah diberi tahu melalui SMS atau WA tidak perlu datang ke rumah takut pandemi dan berkerumun. Karena itu saudara maupun sahabat dari berbagai penjuru saling berebut mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri dan saling mohon maaf memaafkan sesama antar Saudara dan sahabat.
Acara dilanjutkan dengan silaturahmi melalui “Open Zoom” yang meriah karena saling rebutan antara para saudara dan sahabat sehingga suasana seperti pasar bicara karena setiap sahabat dan keluarga saling berebut lebih dulu untuk menyapa. Maklum baru pertama kali dilakukan silaturahmi melalui sistem Zoom.
Acara yang menarik itu berhasil menjadi ajang saling mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1442 H dan saling menyapa mengucapkan permintaan saling maaf memaafkan dari keluarga di Pacitan dan sahabat dari berbagai daerah di Indonesia. Sungguh suatu revolusi budaya yang tetap akrab dan membahagiakan.
Setelah acara diakhiri dengan makan siang bersama, maka kita putuskan bagi yang hadir di Perdatam untuk bersama sama ziarah ke Makam Almarhumah Ibu Astuty di Kalibata. Kita langsung ternya di Kalibata tidak ada larangan Ziarah. Tampak banyak keluarga yang memiliki keluarga di makamkan di Kalibata melakukan ziarah dengan khusuk.
Anak-anak, cucu dan cicit saling menaburkan bunga dan menata bunga di Pusara ibu, nenek dan buyut dengan penuh kasih sayang dan mengharukan. Cucu dan cicit yang masih balita masih ingat bahwa nenek sangat baik, sering membelikan baju, makanan dan susu sehingga ingatan cucu dan cicit pada nenek dan buyutnya, bahkan cicit tersayang sengaja melukis dan mengirim “lukisan kasihsayang” pada neneknya. Suatu ingatan, rasa kangen serta bahagia yang indah diiringi doa semoga menambah ketenangan dan kebahagiaan nenek disisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin.