Dunia dalam Genggaman HP

hp.jpg

Siapa sangka peradaban manusia bisa berubah secara drastis dengan keberadaan teknologi Handphone (HP), tepatnya HP pintar. Salah satu perilaku yang mencolok di awal abad ini adalah keterikatan sebagian besar orang dengan HP.

Kini dunia seolah ada dalam genggaman dengan kamampuan HP yang dapat memfasilitasi hampir semua hal dalam kehidupan. Mulai dari komunikasi, pencarian informasi, hiburan, pesan/beli makanan dan produk – produk lain, pembayaran, transfer, menghitung, melihat arah kiblat, lokasi, mengukur kalori tubuh,  memesan alat transportasi, bahkan belajar, bermain dan membaca pun bisa dari HP.

Ke depan akan banyak hal lain yang bisa dilakukan dengan menggunakan HP pintar, membuat alat ini menjadi benda ajaib yang dapat memfasilitasi berbagai kebutuhan kita, baik dalam pekerjaan, maupun dalam interaksi sosial.

Di Indonesia jumlah kepemilikan HP sebanyak 355.5 juta,  sudah melebihi jumlah penduduk itu sendiri ( 133%) dari jumlah  populasi sebanyak 268.2 juta orang (Kemkominfo, 2019). Indonesia menjadi salah satu negara pengguna HP terbesar di dunia.

Dimana – mana manusia masa kini tidak lepas dari HP dalam kehidupannya, saat makan bersama selalu ada HP ditangan, saat pertemuan bahkan saat bersama – sama berkumpul, perhatian lebih besar diberikan pada HP. Melihat HP  untuk membaca pesan, menulis atau menjawab pesan. Sehingga kadang orang – orang di kanan kirinya terlupakan.

Bisa jadi kalau sebagian besar waktu manusia akan dihabiskan dengan ‘memantengi’ HP, dan gejala tersebut kini sudah dimulai. Indikasinya, kapan saja, kecuali waktu tidur, layar HP selalu mencuri perhatian.

Gejala menunduk (membaca pesan atau menulis di HP) menjadi budaya baru. Mata fokus pada HP dan asyik dengan apa yang dilihat atau disaksikannya pada layar HP. Sering kali lupa pada lingkungan sekelilingnya.

HP juga menjadikan aktifitas pekerjaan dan pribadi menjadi bercampur, karena dilakukan dalam satu perangkat HP, dan bisa dilakukan bersamaan. Waktu bekerja dan waktu berinteraksi sosial dalam jaringan (daring) tidak bisa dibedakan.

HP telah memfasilitasi aktifitas kehidupan manusia dengan lebih cepat, mudah dan juga nyaman. Banyak hal bisa dilakukan dengan bantuan HP, sehingga lebih efisien dan praktis. Kehidupan orang – orang kini seperti memiliki “asisten pribadi” sendiri dengan menggenggam HP.

Namun hidup dengan HP juga melahirkan fenomena sosial yang bisa menggerus kemanusiaan, yaitu ketergantungan pada HP.

Orang – orang menghabiskan waktu yang banyak dengan HP. Mengurangi kesempatan interaksi sosial langsung antar manusia, juga mengurangi aktifitas lainnya yang diperlukan manusia, seperti olahraga, komunikasi sosial langsung dan lain – lain.

Ketergantungan pada HP juga menyebabkan kehilangan kemandirian. Bagaimana hidup tanpa HP? Ketergantungan juga menyebabkan masalah mental/psikis. Seolah – olah tidak bisa hidup tanpa HP. Tantangan lain adalah pengaruh HP terhadap perkembangan pertumbuhan mental anak-anak yang digital native terlahir di era digital, dimana akses terhadap smart phone dan internet sedemikian dekat dan mudah.

HP seolah harus ada dalam genggaman untuk bisa melakukan beragam kegiatan. Maka kemudian muncul fenomena dimana kehilangan HP seolah kehilangan segalanya...

Fenomena lain, dengan HP ada dalam genggaman  orang – orang yang dekat secara fisik terlihat jauh dan orang – orang jauh bisa terasa dekat.

Fenomena sosial tersebut menyebabkan permasalahan sosial baru – kurang peduli pada lingkungan fisik terdekat. Disamping itu faktor kesehatan juga dapat terpengaruh, terutama mata dan otot leher, kepala dan pinggang, akibat radiasi tinggi HP dan posisi beraktifitas dengan HP. Disamping sakit mata dan otot, gejala sakit kepala akibat pemakaian HP yang berlebihan juga semakin sering.

Ke depan harus dicari alternatif penyeimbang, bagaimana HP yang sebenarnya  membantu kehidupan manusia, bisa diminimalkan dampak negatifnya.

Kecanduan pada HP dikhawatirkan bisa menimbulkan bencana baru kemanusiaan, baik psikis maupun fisik.

Pendewaan terhadap HP sudah harus dikurangi untuk bisa hidup lebih seimbang sebagai manusia.

(Aam Bastaman, Akademisi di Universitas Trilogi).

www.aambastaman.com

Foto: Sumber open access

Aam BastamanComment