Pembangunan Ekonomi Rakyat Desa Model Posdaya
Setelah program KB berkembang pesat, para Akseptor KB bersatu dalam Kelompok Akseptor sebagai forum silaturahmi antar akseptor KB. Kegiatan mereka umumnya membandingkan keadaan pribadi masing-masing setelah mengikuti KB dengan minum Pil atau dipasang IUD. Pembicaraan sangat bebas, ada yang serius tentang rasa pusing atau rasa adanya sesuatu dalam rahim karena ada IUD, sampai kepada hal-hal yang “bersifat pribadi” tentang “hubungan suami istri”, sambil cekikan dibisikkan “ bertambah nikmat” karena “tidak takut hamil” lagi. Kelompok Akseptor yang anggotanya makin banyak karena ada ajakan dari anggota kepada ibu lain sahabat mereka sehingga menimbulkan tanda tanya bagi yang bukan akseptor, termasuk ibu-ibu tua yang segan ikut KB karena tidak lagi memiliki kegiatan reproduksi. Mereka juga ingin menjadi anggota karena tidak mau dikucilkan.
Karena minat keluarga yang tidak KB atau belum KB makin tinggi, maka Kelompok Akseptor diubah namanya menjadi Kelompok Peserta KB dengan menampung yang menaruh simpati KB sebagai anggota. Setelah tahun 2000 banyak Kelompok KB ini bergabung dalam Kelompok Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya yang dikembangkan oleh Yayasan Damandiri dan berbagai Perguruan Tinggi melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan Posdaya berlangsung sampai sekitar tahun 2015 ketika Ketua Yayasan Damandiri digantikan oleh Ketua yang baru. Tetapi Kegiatan itu berlanjut secara mandiri.
Wartawan Pelita Mas Dwijo, sahabat Gemari, menulis dalam Pelitanya bahwa setelah pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) merupakan pengejawantahan konsep Millenium Development Goals (MDGs). Target Pembangunan Millenium yang harus selesai tahun 2015. Negara-negara di dunia membuat kesepakatan baru melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi pembangunan berkelanjutan. Sustainable Development Goals (SDGs).
Angka Kematian Ibu (AKI) yang menjadi salah satu target MDGs, Indonesia gagal mencapainya tahun 2015, yakni menurunkan separo dari AKI yang ketika disepakati di PBB dalam MDGs posisi AKI Indonesia berada di angka 125/100.000 kelahiran hidup malah meningkat menjadi 228/100.000 dan terakhir menjadi 307/100.000 kelahiran hidup.
MDGs yang menjadi kesepakatan internasional dan Indonesia menandatanganinya, mengharuskan untuk menurunkan AKI sampai separo atau 102/100.000 kelahiran hidup. Bagaimana SDGs untuk kurun waktu 15-30 tahun mendatang, mampukah Indonesia mencapai SDGs. Atau sebaliknya, Indonesia bakal mengulang kegagalan yang sama seperti dalam MDGs.
Bupati Gorontalo Prof. Dr. Ir. Nelson Pomalingo, MPd memiliki.kiat-kiat untuk mencapainya. Bersama Prof Dr Haryono Suyono, Nelson Pomalingo mengembang Posdaya. Dua guru besar yang birokrat berusaha mencari cari cara membangun masyarakat agar mencapai derajat kesehatan yang paripurna. Haryono Suyono yang malang melintang di birokrasi sejak awal pembangunan Indonesia berbagi ilmu dan pengalaman. Haryono Suyono menawarkan konsep Posdaya dengan strategi pemberdayaan keluarga. Meningkatkan kesejahteraan perempuan yang akan berdampak kepada keluarga, terutama anak-anak, bayi dan balita.
Pendidikan, kesehatan dan perbaikan ekonomi keluarga menjadi titik sentral pembangunan. Pendidikan yang baik memungkinkan kesehatan menjadi baik. Pendidikan dan kesehatan yang baik lebih mungkin untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga yang lebih baik lagi.
Nelson Pomalingo yang guru besar pendidikan menyerap ilmu dari sang guru. Banyak belajar, mengkomparasi dan menggali pengalaman langsung di lapangan. Sebagai kepala daerah yang memiliki kewenangan mengeksekusi kebijakan, langsung menerapkan dalam program kerja, memberdayakan masyarakat dengan penekanan keluarga. Nelson Masuk Desa (Nomaden) menjadi semangat baru di Kabupaten Gorontalo. Kreativitas berkembang, banyak inovasi yang dilakukan, banyak juga hasil yang didapatkan. Nomaden mengharuskan Nelson berusaha lebih dekat dengan masyarakat yang dipimpinnya. Memberikan pelayanan prima, mendekatkan diri dengan masyarakatnya. Nelson Pomalingo mantan Rektor Universitas Negeri Gorontalo dan Universitas Muhammadiyah Gorontalo ini menggelar Program Nomaden.
Bupati dan seluruh perangkatnya berkantor pindah-pindah dari satu desa ke desa yang lain. Bupati Nelson Pomalingo berharap agar lebih dekat dengan masyarakat di Kabupaten Gorontalo. Nomaden yang dimaksud Nelson Pomalingo bukan hidup berpindah-pindah, melainkan melakukan pelayanan kepada masyarakat berpindah-pindah. Program Nomaden, berarti juga Nelson Masuk Desa yang dilakukan mulai September 2019. Demikian antara lain tulisan Wartawan Pelita yang baru saja terbaca.