Kebun Astuty Haryono di Cinangka terus Bebenah

kba1.jpg

Selama bulan Ramadhan, sambil mengenang dan mendoakan ibu, nenek dan buyut tercinta, anak-anak mbak Ria, Mas Fajar, mas Rudi, dr. Rina serta para sahabat lain beramai-ramai mengadakan program rehabilitasi secara besar-besaran atas “Kebun Nenek” di Cinangka, perbatasan Jakarta Bogor. Kita juga berhubungan dengan Bapak Dirjen Hortikultura memohon bantuan untuk mengembangkan Kebun itu menjadi ajang agro turisme sebagai perluasan dari ajang pendidikan melalui kemah setiap hari Jumat sampai hari Minggu atau hari-hari liburan yang selama ini telah berjalan. Kegiatan lain yang direncanakan adalah penyelenggaraan “PAUD ALAM” sebagai pelaksanaan gerakan “Sekolah Merdeka” atau “Kampus Merdeka” dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim MA, MBA yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk belajar dari sesama teman dan lingkungan alam sekitar.

kba2.jpg

Semasa hidupnya, Ibu Astuty, biarpun sebentar, selalu rajin mengadakan peninjauan ke kebunnya di Cinangka. Pada saat-saat terakhir, ibu yang sudah agak sukar berjalan mengeluh bahwa jalan setapak keliling kebun yang dilapis beton, karena tanah yang menurun di beberapa bagian yang jalannya retak sehingga sukar dilewati atau terganggu. Karena retak-retak itu ibu harus dituntun, bahkan ketika ibu mulai sering memakai kursi roda, ibu tercinta tidak bisa lagi keliling kebun. Kursi rodanya banyak terhambat sehingga hatinya menjadi kesal.

kba3.jpg

Barangkali karena Kebun Astuty tinggalan Almarhumah Ibu Astuty sejak semula dikembangkan beliau sebagai wadah pendidikan berupa pengenalan dan tambahan pengetahuan tentang pohon langka, bertani bagi anak muda atau anak muda kota, maka sebelum masa Pandemi selalu ditambah dengan tanaman langka, Sehingga sejak awal Kebun Astuty telah digunakan sebagai  wadah bagi anak-anak muda, SMP, SMA dan Pramuka untuk berkemah. Selama berkemah bapak atau Ibu Guru atau Pimpinan Pramuka memberikan beberapa pelajaran tentang Botani atau pengenalan tentang tumbuhan, tanaman dan contoh nyata di lapangan. Mereka juga mengadakan “permainan main tebak”  nama-nama pohon yang diberi nomor atau membuat lomba bagi anak-anak muda untuk menebak. Pada umumnya anak-anak muda menikmati permainan tersebut. Pada tingkat awal banyak sekali anak-anak yang salah tebak karena tidak kebal secara fisik pohon-pohon tersebut. Lebih banyak anak-anak mengenal pohon-pohon itu hanya lewat gambar dalam buku pelajaran yang mereka pelajari.

kba4.jpg

Upaya rehabilitasi yang dikerjakan dan diawasi oleh mbak Ria, Mas Fajar, Mas Rudi, dr Rina dan  Mas Sule dan teman-temannya berjalan lanjar. Sementara bagian-bagian tertentu sudah selesai. Bahkan beberapa bulan ini dilengkapi dengan Coffee Shop yang setiap hari Sabtu, Minggu atau hari libur sudah sangat ramai dengan kunjungan penggemar sepeda keliling desa yang mampir istirahat minum kopi dan makanan kecil. Mereka selalu tertib mengenakan protokol kesehatan takut dilarang jalan oleh polisi. Karena makin populer, sering anak-anak muda datang sekedar minum kopi atau ngobrol bersama teman-temannya. Kita harapkan di kemudian hari, apabila pandemi sudah mereda tempat ini bisa dilengkapi dengan komputer agar anak-anak yang ingin membaca buku bisa mengakses dari komputer bacaan yang sangat luas diakses dari Perpustakaan Nasional.

kba5.jpg

Bahkan direncanakan Kebun ini bisa menjadi salah satu Kebun praktik berkebun bagi para pensiunan dan peminat Kebun Bergizi yang secara teoritis “kuliah Virtualnya” telah mulai dari pembuatan pupuk, persiapan lahan,  penanaman dan pemeliharaan tanaman. Kalau suasana makin aman dari Virus Covid-19, para peserta acara lewat Zoom bisa praktik dengan mudah di Kebun Nenek Astuty di Cinangka sambil olah raga bersepeda serta minum kopi pada hari-hari tertentu. Mohon doa restunya agar gagasan ini segera terwujud. Aamiin YRA.