Hari Pendidikan Nasional Menjadi Awal Gerakan Pendidikan Anak Bangsa
Hari Pendidikan Nasional yang kita peringati hari ini antara lain mendapat inspirasi dari Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantoro yang semasa hidupnya berjuang dengan gigih mendirikan Sekolah Dasar dan seterusnya, sampai akhirnya mendirikan juga Perguruan Tinggi. Salah satu Perguruan Tinggi yang terkenal dan bermutu adalah Perguruan Tinggi Taman siswa yang ada di Yogyakarta yang dipimpin oleh Rektornya Prof. Drs. H. Pardimin MPd PhD. Hari Pendidikan Nasional pada saat Presiden Soeharto mulai menjabat sebagai Presiden menghasilkan gagasan dikeluarkannya Inpres SD, SMP sampai SMA karena pada waktu beliau menjabat ternyata tingkat pendidikan kita sangat rendah. Selain tingkat pendidikan yang sangat rendah, cakupan anak didik dibanding dengan jumlah penduduk setiap usia untuk SD, SMP dan SMA juga sangat rendah. Karena itu Inpres Sekolah Dasar dan seterusnya diikuti dengan Keputusan Wajib Belajar, suatu keputusan yang sangat bijaksana.
Tatkala semangat memasuki bangku sekolah makin tinggi, anak-anak keluarga miskin tidak kebagian bangku di SMP dan SMA, sehingga pemerintah menggagas pendirian Sekolah Menengah Kejuruan seperti Sekolah Teknik atau STM dan Sekolah Menengah Ekonomi Atas atau SMEA dan lainnya. Kami masih ingat, selaku Menteri dan setelah pak Harto lengser, mendapat perintah agar membantu anak-anak keluarga miskin dengan beberapa skim bea siswa agar hambatan biaya sekolah dapat diatasi,. Anak-anak sekolah kejuruan itu setelah tamat sekolah terus bekerja sehingga bisa membantu orang tuanya mengentaskan kemiskinan. Karena itu sampai pensiun kami tetap berjuang agar anak-anak SMK mendapatkan beasiswa sehingga tertolong dan sesudah tamat sekoilah segera mendapatkan kerja.
Yang menjadi perhatian sejak dicanangkannya Hari Pendidikan Nasional adalah bagaimana meningkatkan cakupan dari jumlah anak, laki-laki-laki dan perempuan yang sedang sekolah, bukan pada kepintaran yang selalu dibuat sebagai lomba antar anak-anak dari suatu sekolah atau antar sekolah. Dalam strategi yang sama mutu harus diperhatikan tetapi perlu ditonjolkan cakupannya.
Pada akhir-akhir ini muncul gagasan perluasan jangkauan dari Menteri P dan K yang baru Nadien Makarim MA, PhD tentang Kuliah Merdeka dan Kampus Merdeka yang memberi kesempatan Perluasan cakupan pada timgkat Pendidikan Tinggi. Pada tingkat SMK di Jawa Timur pada masa Gubernur terdahulu terdapat insentif pelajaran praktik dilakukan di Desa sehingga menarik perhatian anak desa dan orang tuanya “memihak kepada SMK” mendidik anak-anak mereka agar siap bekerja sehingga memperluas cakupan karena menghasilkan anak siap bekerja. Pentingnya masalah cakupan ini menjadi perhatian PBB melalui penilaian hasil pembangunan dalam rumusan Indikator MDGs dan SDGs yang diukur bukan kepandaian tetapi kemajuan cakupan anak didik.
Kebijakan Menteri P dan K Nadiem Anwar Makarim MA, MBA dengan program Belajar Merdeka atau Kampus Merdeka juga memberi kesempatan perluasan cakupan anak didik karena sebagian dari waktu belajar dilakukan di kampung masing-masing. Apalagi dengan adanya pandemi dewasa ini dengan program belajar dari rumah. Melalui sistem ini cakupan anak didik bisa diperluas. Program ini bisa disempurnakan dengan membentuk kelompok belajar di desa yang jumlah anggotanya relatif kecil sehingga dengan protokol kesehatan yang ketat, guru atau dosen menjemput bola, datang pada kelompok-kelompok belajar tersebut. Atau kelompok kecil itu datang ke sekolah dengan setiap kelas dibatasi jumlah muridnya, tetap dengan menggunakan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Kita kutip pernyataan dari Rektor UST yang memberi tekanan bahwa dewasa ini perlu diperkuat pendidikan budi pekerti sehingga pendidikan yang memanfaatkan sistem daring perlu disempurnakan agar masalah pokok tersebut dapat diketemukan solusinya. Karena itu beliau menuliskan panjang lebar strategi pendidikan khususnya dalam masa pandemi dewasa ini. Selamat Hari Pendidikan Nasional.