Evelusi ataukah Revolusi Pembelajaran?

pembelajaran.jfif

COVID-19 telah merubah cara belajar di perguruan tinggi dengan cepat. Perubahan dan interaksi tatap muka langsung menjadi tatap muka berbasis online (dalam jaringan).

Meskipun perubahan pola dan mekanisme pembelajaran di perguruan tinggi merupakan suatu keniscayaan, namun COVID-19 telah mempercepat proses perubahan yang sudah disadari banyak insan akademik.

Kemajuan teknologi informasi. Internet dan dunia digital akan menggerus siapa saja yang lambat melakukan adaptasi dan perubahan, termasuk dunia pendidikan tinggi.

Bangunan fisik kampus yang luas ke depan bisa jadi harus berubah fungsi, karena proses pembelajaran bisa dilakukan di mana saja. Kampus yang tidak bisa beradaptasi dipastikan akan mati.

Wajah kampus ke depan akan berubah seiring perubahan cara belajar, cara diseminasi ilmu pengetahuan dan cara memperoleh ilmu pengetahuan baru. Dunia pendidikan tinggi akan semakin bergantung pada teknologi digital dan internet of things.

Peran dosen akan dituntut untuk melakukan improvisasi dan inovasi dalam melakukan diseminasi ilmu pengetahuan. Dosen dituntut semakin ‘mobile’ dalam berselancar di dunia internet untuk memberikan layanan pembelajaran yang kreatif.

Peran dosen lebih sebagai fasilitator atau class manager, dengan fokus memberi ruang yang lebih besar kepada mahasiswa untuk melakukan pembelajaran aktif, yang menantang, namun juga memberikan antusiasme belajar.

Berbeda dengan dulu, dimana dosen merupakan pusat sumber pembelajaran. Saat ini sumber pembelajaran bisa diperoleh dari beragam sumber yang terbuka dan mudah diakses. Dosen lebih berperan dalam mengarahkan dan memfasilitasi, terutama berkaitan dengan metode dan sistematika pembelajaran.

Peran – peran dosen yang lain, seperti memimpin dalam pembahasan studi kasus, akan diperkaya dengan dukungan media video dan artificial intelligence. Sehingga peran utama dosen adalah menjadi pendorong, motivator dan inspirator dalam pembelajaran, baik terstruktur dalam jaringan, mapun luar jaringan. Termasuk dalam pembelajaran yang tidak terstruktur, yang dilakukan secara mandiri.

Ilmu pengetahuan terus berkembang dosen perlu terus belajar ( to learn ) sepanjang hayat (long life learning), menanggalkan pengetahuan yang tidak relevan lagi ( un-learn ) dan terus belajar kembali ( re-learn ) pengetahuan dan kebijaksanaan (wisdom) baru.

Kampus yang sebenarnya bukan lagi bangunan fisik, dalam proses pembelajaran di era digital kampus adalah alam semesta dan kehidupan itu sendiri. Penguasaan teknologi informasi telah memungkinkan bahwa kita bisa belajar dimana saja, kapan saja, tidak lagi tergantung pada bangunan fisik, seperti kampus.

Dosen dapat lebih fokus pada kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dua kegiatan yang tidak bisa digantikan oleh artificial intelligence sekalipun. Era digital ini memberikan peluang untuk meningkatkan produktifitas penelitian dan publikasi karya ilmiah dosen.

(Aam Bastaman).

Photo: Sumber open access

Aam BastamanComment